Share

Nyaris Ternoda

last update Last Updated: 2021-10-10 20:35:43

**Athikah_Bauzier***

Zeeta membeliakkan mata menatap ketiga pria yang menyorot tubuhnya tanpa ampun. Semakin direkatkan rengkuhan pada kedua lututnya.

"Hai, cantik! Siapa namamu? Jangan takut. Kami akan memperlakukanmu dengan lembut." Salah seorang pria mengenakan kaus biru terpana menatap Zeeta yang semakin meringkuk.

"Ma–maafkan saya, Tuan. Sa–saya mau pulang."

"Menyingkir kalian berdua! Wajah mesum kalian membuatnya takut!" Pria bersweater putih mendorong tubuh kedua rekannya seraya menyeringai. Lalu, mengulurkan tangan pada wanita di hadapannya. "Kemarilah, Cantik! Aku akan mengantarmu pulang," ucapnya terdengar lembut saat menyorot Zeeta.

Zeeta hanya menggeleng.

"Tidak perlu takut. Baiklah! Aku tidak akan menyentuhmu. Kau bisa keluar sendiri," lanjut pria itu lagi.

Zeeta pun mengangguk.

"Ayo, keluarlah," tandas pria itu lagi.

'Ya Allah ... turunkan untukku seorang Malaikat tak bersayap kali ini. Aku sungguh takut,' batin Zeeta berucap. Dengan perasaan enggan, ia pun mencoba turun dari bathub di mana tempatnya bersembunyi.

Saat berada di kamar, ia menatap pria-pria tadi duduk di bibir ranjang seraya menyoroti dirinya tanpa mengedipkan mata.

"Tidak biasanya Rezvan membawa wanita seperti ini," tukas pria yang tadi bersikap lembut pada Zeeta.

"Jangan gegabah, Danny! Kita tidak tahu dia siapa. Siapa tahu dia saudara Rezvan," ujar pria satunya lagi.

"Saudara? Tengah malam begini? Ckckck!" Pria bernama Danny itu bangkit lalu mencoba mendekat pada Zeeta yang terlihat bergetar.

"Tu–tuan, saya permisi pulang dulu!" Zeeta hendak melangkah keluar dari pintu kamar.

Namun, pria bernama Danny menghalangi langkah Zeeta. "Kau mau ke mana, Cantik?"

Kedua bola mata wanita cantik itu pun membelalak sempurna. Denyut nadinya seakan nyaris terhenti saat mendapati pria bertubuh tegap itu berdiri tepat sejengkal di hadapannya.

***Athikah_Bauzier***

Rezvan dan Erga membuka pintu utama. Sesaat terdengar suara teriakan melengking dari kamar di lantai atas. "Sh*ttt!" Dengan tergesa keduanya berlari menyusuri tangga.

"Jangaaannn! Lepaskan saya, Tuan! Tolong!!" Teriakan Zeeta terdengar histeris.

Danny dengan beringas membuka paksa pakaian yang Zeeta kenakan. Sementara kedua pria yang lain berusaha menahan kedua tangan dan kaki wanita itu supaya tidak meronta.

"Bening sekali dia. Rezeki kita malam ini!" seru Danny dengan tatapan penuh nafsu.

"Bro, apa tidak menunggu Rezvan saja?" ucap pria berkaus biru.

"Alaaahhh!" Danny tak mau tahu. "Sudah tengah malam juga. Sikat saja!"

Ketiga pria itu pun tetap berusaha hendak melancarkan aksi bejatnya.

"Kalian!" Sebuah suara menghentikan aktivitas ketiganya seketika.

Rezvan mendekat lalu mencengkram kerah sweater bagian belakang yang Danny kenakan, membanting tubuhnya ke lantai, lalu meninju wajah pria itu sehingga terpental.

Sementara Erga juga menghajar kedua pria yang lainnya.

"Rezvan! Kau!" Danny mengelus rahangnya yang terasa ngilu.

"Keluar kalian bertiga!" perintah Rezvan dengan suara menggelegar.

"Van, apa-apaan ini, hey? Bukankah kita akan bersenang-senang malam ini?" Danny berusaha bangkit seraya mengusap darah yang mengalir dari sudut bibirnya. Lalu buru-buru menaikkan resliting celananya ke atas.

"Sudah kutekankan! Jangan pernah sekalipun menyentuh milikku kalau tidak aku izinkan!" Rezvan mendorong keras tubuh Danny berulang kali sehingga pria di hadapannya terhuyung.

"Hanya karena wanita?! Hanya karena seorang wanita kita seperti ini?" Danny mendengkus kesal seraya menyeringai.

"Keluar!" tekan Rezvan lagi.

"Argghhh! Tidak asyik! Ayo, kawan kita cabut!" Danny dan kedua rekan lainnya bergegas meninggalkan kamar.

Erga mendekat pada Zeeta—di tengah tengah ranjang—yang terlihat shock dan kacau. Wanita itu hanya duduk bergeming, menatap kosong ke depan dengan kedua tangan yang diremas di depan dada. Sementara tubuhnya bergetar hebat. Patahan kata tak mampu ia ucapkan, bahkan isakan pun tak terdengar. Hanya derai air mata mengalir tak terhenti dari kedua benik matanya yang membuka lebar.

Erga menarik selimut dari lemari lalu menyelimuti tubuh wanita dengan pakaian yang nyaris saja terlepas dari tubuhnya itu. "Kau tidak apa-apa?" tanyanya kemudian.

Zeeta hanya bergeming. Tampak kaku.

"Van! Dia shock!" celetuk Erga.

"Ya jelaslah! Damn! Danny!" Rezvan meremas rambut kacau. "Dia tidak terluka, kan, Bro?"

"Aman!" sahut Erga.

"Syukurlah!" timpal Rezvan.

"Hanya sedikit lagi! Andai kita ... " Erga menatap lekat pada wanita di hadapannya. "Terlambat," imbuhnya kemudian.

"Arrghhh! Si*l!" umpat Rezvan. Lalu, menunduk meraih minuman hangat yang tadi ia beli dari luar sepaket dengan makanan yang tak sengaja dijatuhkannya di lantai.

"Minumlah dulu!" Rezvan menaiki ranjang, lalu menyodorkan sedotan pada bibir Zeeta. Namun, wanita itu menolak dengan menghempas tangan pria itu dengan keras.

"Hey, kau!" Rezvan menyorot tajam ke arah Zeeta.

"Tu–tuan! Ba–bawa saya ... be–bersama A–anda saja, Tuan! Sa–saya ta–kut!" Zeeta menatap Erga, lalu buliran bening pun kembali luruh menderas dari kedua benik matanya.

Erga pun menoleh pada Rezvan yang tampak terperangah. Mereka berdua pun saling memandang.

"Hey, kau! Aku yang menyelamatkanmu dari Danny tadi." Rezvan tampak terlihat kesal.

Namun, Zeeta sedikit pun tak menoleh pada Rezvan. Ia merasa sangat sakit hati. Wanita itu hanya berpikir, andai tadi pria itu membiarkan dirinya pulang, mungkin semua ini tidak akan terjadi.

"Kau tidak apa-apa, bukan?" tanya Rezvan lagi.

"Ba–bagaimana bisa Anda bertanya saya tidak apa-apa, Tuan? A–apa saya terlihat baik-baik saja?" lirih Zeeta kemudian.

"Arrghhh! Wanita ini! Maksudku, Danny tidak sampai mem*rkosamu, bukan? Lalu masalahnya di mana?" timpal Rezvan.

"Van, sudahlah!" perintah Erga.

"Sialll! Tidak jadi kita bersenang-senang malam ini!" gerutu Rezvan lagi.

"Van!" Erga memberi isyarat mata agar Rezvan segera menghentikan ocehannya.

"Argghhh! Sudah aku bayar mahal juga!"

"Sa–saya tidak mengerti apa maksud Anda sudah membayar mahal, Tuan?" pekik Zeeta.

"Jangan sok polos!" putus Rezvan.

"Su–sungguh, Tuan!"

"Argghhh! Erga, kau diamkan saja wanita ini. Setelah dia tenang, biarkan dia memuaskan kita berdua saja malam ini!" perintah Rezvan.

"Sa–saya tidak mengerti apa maksud Anda sudah membayar mahal, Tuan?" pekik Zeeta.

"Jangan sok polos!" putus Rezvan.

"Su–sungguh, Tuan!"

"Argghhh! Erga, kau diamkan saja wanita ini. Setelah dia tenang, biarkan dia memuaskan kita berdua saja malam ini!" perintah Rezvan.

"Rezvan!" Suara Erga sedikit terdengar lantang.

Mendengarnya, kembali tangisan Zeeta berderai. "Tu–tuannn! Ma–maafkan saya. To–tolong jangan seperti ini. Sa–saya bukan wanita seperti itu! Sa–saya wanita baik-baik, Tuan," ibanya.

"Iya, aku tahu! Aku hanya bercanda!" timpal Rezvan.

"Erga, sebaiknya kau pulang saja. Biarkan aku saja yang mengatasi wanita ini," suruh Rezvan menatap Erga yang masih duduk di bibir ranjang.

"Ja–jangan, Tuan. Sa–saya mohon jangan tinggalkan saya di sini!" Dengan cepat, tangan dingin Zeeta menahan lengan Erga.

"Argghhh! Drama macam apa ini?! Kau sekarang terperangkap dengan sikap lembut Erga, heh? Kau belum tahu siapa dia! Buaya ini bahkan bisa lebih kejam melahapmu di ranjang tanpa ampun!" pungkas Rezvan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • The Dark Side (Perawan 1 Miliar)   Mengatur Siasat 2

    "Hemh! Kau yakin dengan yang kau katakan?" Rebecca menyipitkan pandangan. Ribuan kerikil tajam seolah berdesakan memenuhi kerongkongan Zeeta, sehingga begitu sulit baginya untuk menelan. Ia saling menautkan jari jemari, lalu meremasnya kuat. Berusaha untuk tetap tersenyum dalam getir. "Ya, Bu!" Rebecca tersenyum seraya menyesap cappucino miliknya yang mulai terasa dingin. "Aku perhatikan, ada yang tampak berbeda dari tubuhmu sejak terakhir kali kita bertemu." Ia memindai tubuh Zeeta dari ujung kepala, lalu sedikit menunduk hendak memerhatikan bagian bawah tubuh Zeeta yang terhalang oleh meja. Namun, seketika Rebecca membulatkan mata sempurna. "Katakan padaku, apa kau hamil?" tanyanya lagi, lalu meletakkan cangkir di meja. Walaupun mengenakan pakaian tertutup dan longgar, Rebecca dapat melihat perut Zeeta yang tampak membulat saat dalam posisi duduk. Tatapan Zeeta pecah ke seantero sudut ruangan. "Jangan hiraukan saya, Bu. Saya hanya berharap,

  • The Dark Side (Perawan 1 Miliar)   Mengatur Siasat 1

    "Anu ... Tuan! Bibi sudah janji pada Non Zeeta agar tidak membocorkan masalah ini." Bi Netty pun akhirnya mengaku. "Jadi, Zeeta di rumah Bi Netty?" Tatap Erga penuh selidik. "I–iya, Tuan." Bi Netty tampak gugup. "Hemh! Sudah kuduga. Aku akan ke sana sekarang." "Maafkan bibi. Sebaiknya jangan dulu, Tuan. Non Zeeta ingin menenangkan diri katanya," cegah Bi Netty seraya menundukkan pandangan. "Tidak apa-apa, Bi. Aku cuma ingin menjelaskan padanya kalau hanya aku yang berwewenang membuat aturan di villa ini, bukan yang lain, apalagi Mama." Erga menatap Cindy yang tengah sibuk memasukkan amplop cokelat ke dalam tasnya. "Maaf, Tuan. Anggap bibi tidak menceritakan ini pada Tuan, ya. Pura-pura saja Tuan tidak tahu kalau sudah bibi kasih tahu." Bi Netty terlihat cemas dan meremas kedua tangan di depan dada. "Bagaimana keadaan dia, Bi?" "Sejujurnya, bibi sangat khawatir dengan keadaan Non Zeeta. Dia susah makan, Tuan. Semua

  • The Dark Side (Perawan 1 Miliar)   Kepercayaan yang Memudar

    "Wa–nita itu mengurungkan niat?! Itu berarti, wanita itu sadar sepenuhnya atas apa yang dilakukannya?" Zeeta ingin memastikan ucapan Ethan lagi. "Ya, tidak semuanya wanita yang kami tawarkan adalah hasil penculikan. Bahkan, sebagian dari mereka terang-terangan ingin menjual diri dengan sadar. Wanita itu mendesak ingin menjadi milik Rezvan, tapi Rezvan tidak sadar bahwa pilihannya tertukar. Sengaja aku memilihkan wanita sedikit terlihat liar untuk Rezvan. Kau tahu sendiri Rezvan berbeda dari Erga, bukan?" Dada Zeeta semakin terasa sesak tak tertahankan usai mendengar penjelasan Ethan. Belum juga masalah dengan Rezvan terselesaikan, kini terungkap lagi masalah yang semakin membuatnya semakin tergoncang. Erga yang selama ini ia percaya nyatanya .... "Erga marah besar padaku sehari setelah peristiwa malam di mana kau nyaris saja menjadi mainan kawan-kawan Rezvan. Tapi, ia berusaha terlihat tenang di hadapanmu dan juga Rezvan. Kau pikir apa alasan Erga selalu data

  • The Dark Side (Perawan 1 Miliar)   Zeeta adalah Milik Erga, Bukan Rezan?!

    Bi Netty pernah mengatakan pada Zeeta bahwa Erga memiliki ruang pribadi di lantai atas yang tidak ada seorang pun diizinkan masuk ke dalamnya. Ruangan itu berisikan koleksi karya lukisan Erga. Beberapa waktu lalu Erga memang menunjukkan ruangan lain pada dirinya, bahkan mereka berdua beberapa kali menghabiskan waktu di tempat itu untuk melukis dinding. Namun, itu bukan ruangan yang Bi Netty maksud. Zeeta berdiri tepat di depan sebuah ruangan yang bisa jadi itu adalah ruang pribadi milik Erga. Namun, sayangnya ia mendapati ruangan itu terkunci. Ia pun mencari cara agar Bi Netty bisa menyerahkan kunci ruangan itu padanya. "Bi, aku membutuhkan sesuatu, tadi Tuan Erga menyuruhku untuk mengambil sesuatu di ruang pribadinya di atas," ucap Zeeta membuat alasan. "Benarkah, Non!?" Kedua mata Bi Netty berputar seolah merasa terheran. Selain dirinya yang dipercaya untuk membersihkan ruangan itu, tidak ada seorang pun ya

  • The Dark Side (Perawan 1 Miliar)   Tipu Muslihat Erga?

    "Wilma ... Wilma! Siapa dia? Wajahnya tampak tak asing. Tapi di mana aku pernah bertemu dengannya?" Berulang kali Rezvan mencoba mengingat. Banyak wanita yang ditemui sehingga membuatnya lupa salah satu di antarnya. "Arrggghhh!" erangnya kemudian.Namun, tak berselang lama, pria itu mengingat sesuatu. "Wanita itu ... apa mungkin dia ... tapi bagaimana mungkin?" gumamnya."Tolong, periksa berkas jual beli lahan Green Bougenvil 5 tahun lalu," perintahnya kemudian pada salah satu staf.Setelah menunggu cukup lama, berkas yang diminta pun diantar ke ruang Rezvan. Lalu, pria itu pun menelisik secara seksama apa yang tertera pada setiap lembarnya. Sontak, ia mendongak seolah mulai mengingat sesuatu. Rentetan adegan beberapa tahun silam berkelebat dalam ingatan Rezvan. Namun, ia masih tak yakin akan terkaannya. Bisa saja itu hanya suatu kebetulan yang tak ada kaitannya sama sekali.Terdengar pintu ruang kerja diketuk pelan. Seorang karyawan masuk ke dalam ruanga

  • The Dark Side (Perawan 1 Miliar)   Mengusir Zeeta Secara Halus

    **Athikah_Bauzier*** "Non, istirahat saja, ya! Biar bibi saja yang selesaikan cuci piringnya. Non, kan, lagi hamil muda. Jadi harus banyak istirahat. Bibi juga takut kena marah sama Tuan Erga." Bi Netty meraih apa pun yang hendak Zeeta lakukan. "Bi, saya tidak enak kalau cuma diam saja. Sudah, bibi jangan bilang-bilang sama Tuan Erga kalau saya melakukan semua ini. Jadi, bibi tenang saja, ya!" elak Zeeta. "Tidak perlu, Non. Begini saja, lebih baik Non Zeeta lanjut melukis saja, ya. Biar cepat selesai. Open gallery sudah tinggal beberapa hari lagi, Non. Jadi, ini kesempatan buat Non Zeeta," saran Bi Netty. "Hemh! Baiklah kalau begitu, Bi. Pokoknya kalau Bibi butuh bantuan, panggil saya saja, ya." Zeeta pun mengikuti saran Bi Netty walaupun sebenarnya ia merasa tak nyaman jika tidak melakukan apa pun. Sudahlah menumpang, tapi mau enak-enakan. Itulah yang sering kali membuat Zeeta merasa tidak nyaman. ***Athikah_Bauzier*** "Zeeta!"

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status