Share

Terperangkap Dalam Kamar Bersama Pria Asing (Part 2)

Menyadari bahaya yang akan dihadapi, sontak, Zeeta pun memekik, "Aahhh ...."

Namun dengan cepat pria itu menutup mulut Zeeta. "Jangan berteriak! Atau mereka semua akan mendengar!" tekannya.

"Akan kubuka, tapi jangan berteriak! Aku tidak akan menyakitimu. Mengerti?!" tukas pria itu lagi.

Zeeta pun hanya mengangguk seraya terisak pelan.

"Siapa kau?" tanya pria itu.

"Tu–an! Se–selamatkan saya, Tuan! Sa–saya tidak mau berada di sini. Sa–saya takut!" Buliran bening kian menderas dari kedua benik mata Zeeta.

"Sssttt!" suruh pria itu lagi seraya menoleh ke arah pintu. Ia pun bangkit, lalu mengunci pintu kamar mandi dari dalam.

Melihat pria itu mengunci pintu kamar mandi, Zeeta membelalakkan mata. Semakin dirapatkan rengkuhan pada kedua lututnya.

"Ja–jangan, Tuan! Sa–saya wanita baik-baik," Wanita itu semakin terisak.

"Sedang apa kau di sini?"

"Sa–saya hendak melamar pekerjaan, ta–tapi sa–saya tidak paham kenapa bisa seperti ini. Sa–saya takut, Tuan!" Mulut Zeeta bergetar.

Pria tersebut menyorot wanita yang terlihat gugup itu. Menyadari akan sebuah kesalahan yang tidak seperti biasanya. "Bagaimana bisa kau berada di kamar ini?" tanyanya kemudian.

"Pria itu ... me–nyekap sa–ya di kamar ini, Tuan. Di–dia mengatakan, sa–ya harus me–muaskan ka–kawan-kawannya ma–malam ini. Sa–ya bu–kan pe–lacur, Tuan. To–long! Ja–ngan apa-apakan saya!"

"Rezvan maksudmu?"

"Sa–saya tidak tahu, Tuan."

"Kau tunggu di sini! Berbaringlah di bathtub. Berusahalah! Jangan sampai kawan-kawanku melihatmu," suruh pria yang mengenakan kaus santai hitam berpadu dengan blue jeans itu.

"Erga! Cepatlah, Bro! Kau tidur atau apa di dalam?" panggil salah seorang pria dari luar.

"Mules, Bro!" sahut pria yang dipanggil Erga itu dengan tatapan masih melekat pada wanita cantik di hadapannya.

"Siapa namamu?" tanya pria itu lagi pelan.

"Zeeta, Tu–tuan," sahut Zeeta masih dengan air mata yang berderai.

"Aku Erga."

Zeeta hanya mengangguk cepat. Rasa takut masih menyelimuti perasaannya.

"Baiklah, aku keluar dulu. Ingat kata-kataku! Jangan melakukan pergerakan mencurigakan," tekannya lagi.

"I–iya, Tuan."

Pria bernama Erga itu pun melangkah keluar. Zeeta bernapas lega saat pria yang baru saja menemukannya tak mencoba melakukan hal buruk padanya.

***Athikah_Bauzier***

"Arrggghhh! Aku kehabisan rokok!" keluh salah seorang pria bersweater putih. "Masam sekali mulutku! Ke mana pula si Rezvan? Ponselnya mati juga!"

"Kita terlalu awal datang, Bro," timpal seorang yang lain.

"Ga, kau bawa motor, kan? Bukankah kau tadi bilang akan membeli sesuatu? Titip rokok!"

"Nanti saja!" Erga tampak keberatan. Sedang tangannya sibuk memainkan ponsel. Diliriknya pintu kamar mandi.

"Ayolah, Bro! Hanya kau yang membawa motor!" Pria bersweater putih itu melempar bantal ke arah Erga.

***Athikah_Bauzier**

Rezvan mengarahkan mobil ke pom bensin sebelum memutuskan kembali ke rumah. Situasi jalan tampak lengang. Hanya orang-orang penikmat dunia malam yang tampak berseliweran di beberapa lokasi hiburan.

Tepat di ujung jalan, lokasi karaoke ternama penuh dengan kendaraan. "Sial! Tahu begitu kuajak saja kawan-kawan ke sana. Arrrggghhh!" gumamnya lagi.

Usai mengisi solar, dan membayar total tagihan, Rezvan mendapati Erga hendak keluar dari parkiran sebuah pertokoan di dalam pom bensin. Bergegas ia memutar kendaraan dan mendekat pada Erga. "Ga!" panggilnya.

Erga pun mendekat. Lalu, membuka kaca pada helm teropong yang dikenakannya. "Van, kau ke mana saja?"

"Ada urusan."

Erga sedikit menengok ke dalam mobil, dan melihat dua kotak makan di kursi jok sebelah Rezvan. "Apa wanita itu?" tanyanya kemudian.

"Damn! Kalian sudah sampai? Sudah melihatnya?" Rezvan meraup wajah dengan gusar.

"Hanya aku, belum lainnya. Ia bersembunyi dan menangis di kamar mandi. Aku memintanya untuk tetap diam di sana. Hsshhh! Kenapa justru aku meninggalkannya?!"

Awalnya Erga memang sempat keberatan untuk keluar. Namun, desakan dari yang lain membuatnya harus mengalah. Alasan kuat bagi yang lain, hanya dirinyalah yang membawa motor malam ini.

"Damn! Danny! Jangan biarkan dia tahu!" pungkas Rezvan.

Tak lama, ponsel Rezvan berdering.

"Ya?"

"Kau ke mana saja, Bro?"

"Otw," sahut Rezvan.

"Cantik juga! Dari mana kau mendapatkan wanita ini? Tak sabar lagi! Cepatlah pulang!"

"Damn! Dan! Jangan kau sentuh dia!"

"Hey, what's up, Bro? Kau sudah berjanji malam ini!"

"Sedikit kau sentuh dia, aku hajar kau!" Rezvan mengeraskan rahang.

"Ayolah, Bro! Jangan main-main!"

"Jangan sentuh dia! Bangsaattt!" Rezvan membanting sekali lagi ponsel yang di genggamnya hingga mengenai dashboard. "Arrggghhh! Ponselku! Sial!"

"Van!?" Erga mengernyit.

"Gas, Bro! Danny berulah."

"Oke!" Erga menutup helm topong AGV Ducati Panigale V4 R dibalut cat airbrush dengan kolaborasi warna hitam, merah, putih abu-abu dan juga carbon, lalu menstarter motor Ducati merah miliknya.

Bersambung ....

____

Zeeta dalam bahaya. Bisakah Rezvan dan Erga datang tepat waktu?

Telat ajalah, ya. Hahahaha

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status