Share

File yang Ditukar (Part 1)

Seketika, tangan Zeeta menarik diri dari lengan Erga. Kembali ia semakin merekatkan selimut yang membalut tubuhnya.

"Sekarang kau mulai percaya dengan ucapanku juga, heh? Hah! Dasar polos sekali wanita ini! Rasanya ingin aku ... arrghhh!" cecar Rezvan.

"Sudahlah, jangan dengarkan dia!" ujar Erga menatap Zeeta yang masih meringkuk di balik selimut.

Erga Alterio Savian. Pria tampan bermata sendu ini adalah sepupu dari Rezvan Malven Oxley. Ia juga merupakan CEO dari perusahaan ternama SAVIAN yang juga sama bergerak dalam bidang property. Sikap lembut dan bijak dalam menghadapi sesuatu membuatnya banyak disukai bawahan maupun relasi bisnis. Namun, tak jauh beda dari kehidupan Rezvan—demi menghilangkan penat usai beraktivitas—kehidupan dunia malam juga menjadi candu baginya.

Kepolosan Zeeta tak mampu membedakan mana pria yang benar-benar tulus dan mana yang hanya modus. Ia hanya mampu menilai dari apa yang tertampak saja.

"Makanlah ini. Aku membelikan ini untukmu." Rezvan menyerahkan bungkusan kotak nasi sekaligus minuman. "Awalnya aku berniat makan berdua saja denganmu, sebelum aku menikmati tubuhmu. Sayang, para bajingan itu datang lebih dulu!"

Rezvan menatap Zeeta yang sekali lagi membulatkan matanya. "Sudahlah tidak perlu berterimakasih. Aku juga kebetulan lapar. Jadi kubelikan saja sekalian."

***Athikah_Bauzier***

"Istirahatlah malam ini! Besok ada yang ingin kutanyakan," suruh Rezvan seraya menatap Zeeta yang sedikit pun tak mau menatapnya.

"Sa–saya mau pulang, Tuan," lirih Zeeta.

"Hey, kau gila? Jam berapa ini? Tengah malam buta. Seenaknya kau minta pulang! Belum juga kau melayaniku." Rezvan mendengkus kesal.

"Ta–tapi, Tuan .... "

"Kalau kau sudah melayaniku, baru kuizinkan kau pergi! Enak saja!" seloroh Rezvan lagi.

"Ya Allah!" seru Zeeta.

"Istirahatlah malam ini! Setidaknya tubuhmu kembali pulih sebelum esok malam melayaniku." Rezvan pun melangkah keluar dan menghilang di balik pintu kamar.

***Athikah_Bauzier***

"Ga, kau belum pulang?" Rezvan mendapati Erga tengah duduk santai di ruang tengah seraya menonton acara TV.

"Nanggung. Sebentar lagi sudah subuh," jawab Erga.

"Hey, Bro!" Rezvan menepuk bahu Erga. " Jangan bilang kau khawatir padanya," sindirnya kemudian.

"Hemh!" Erga menggumam.

"Apa pun, jangan pakai hati! Kau bisa terluka! Hahaha .... " Rezvan meraih kotak makan yang sudah mulai terasa dingin. "Arrggghhh! Anyep!" Ia pun meletakkan kotak itu kembali di meja.

"Ada yang ingin kutanyakan padamu?" tanya Erga terlihat serius.

"Ada apa, Kawan?" Rezvan mencomot kacang kulit dari meja.

"Gadis itu, bagaimana bisa di sini?" Erga menatap selidik.

"Ethan."

"Ethan?!"

"Sepertinya gadis itu memang berniat untuk melamar pekerjaan di perusahaanku." Beberapa saat lalu Rezvan memang membuka lowongan pekerjaan pada bagian akuntasi di salah satu perusahaannya yang disebarkan melalui media cetak dan online. Banyak yang tergerak melamar dan beberapa di antaranya sudah melakukan interview.

Na'asnya, rupanya Zeeta menjadi salah satu korban dari oknum yang menawarkan pekerjaan padanya melalui bujukan Rena atas suruhan Evant. Evant—yang juga termasuk salah satu relasi bisnis Rezvan sendiri—adalah dalang di balik semua ini. Seakan dengan sengaja melihat peluang keuntungan besar di balik keindahan yang Zeeta miliki, pria itu pun tergerak untuk melakukan pekerjaan setali tiga uang yaitu berkesempatan untuk menjual wanita itu pada CEO dari perusahaan besar tersebut.

"Maksudmu?"

"Ada yang mau aku tunjukkan padamu." Rezvan meraih map cokelat yang tadi diserahkan oleh Zeeta.

Erga menerima map dari tangan Rezvan. Menyimak setiap barisan hutuf yang tertulis. Lalu, tak lama pria itu pun mengerutkan kening. "B*jing*n Ethan!" rutuknya seketika.

"Itulah! Aku baru menyadari setelah Danny dan yang lainnya pulang." Rezvan mengubah channel bola di TV.

Erga menggeleng pelan. "Bagaimana jika Danny tadi berbuat nekat? Hsshhh!"

"Ya, pastinya dia memang wanita yang ditawarkan Ethan. Salahku di mana?" elak Rezvan.

"Sejak kapan kau meminta bantuan Ethan untuk mencarikan wanita?"

"Penasaran saja dengan promosinya," jawab Rezvan sekenanya.

"Sebaiknya kau temui Ethan, Van."

***Athikah_Bauzier***

Zeeta meremas kedua tangan yang ditautkan di atas pangkuan. Sesekali mengangkat kepala dengan gugup, menatap kedua pria yang tengah duduk berseberangan dengannya.

Rezvan menyilangkan kaki kanan yang ditumpangkan di atas paha kiri dan kedua tangan bertumpu di bahu sofa. Terlihat ia tengah menggerak-gerakkan sepatu. 

Sementara Erga melipat siku kiri di atas bahu sofa, dengan posisi tangan kiri mengepal dan kepala bertumpu di atasnya. Posisi kaki kanan juga ia tekuk dan ditumpangkan di atas paha kiri. Ciri khas duduk pria kebanyakan.

Hampir tiga puluh menit kedua pria itu menyorot tajam ke arah Zeeta. Tanpa patahan kata. Sementara Zeeta merasa kaku dibuatnya. Tak lama, wanita itu pun menghela napas panjang. "Tu–tuan!?" 

Keduanya masih menatap lekat pada wanita cantik, berkulit putih yang terlihat lucu dan menggemaskan itu.

"Tidak heran kalau wanita ini menjadi incaran," ucap Rezvan seketika.

"Hemhhh!" timpal Erga kemudian masih tak mengubah posisi duduk.

"Tuan! Anda berdua. Hey .... " Zeeta mengibaskan tangan ke atas. Mencoba memecah kebekuan di antara kedua pria di hadapannya.

"Hemh?!" sahut keduanya bersamaan.

"A–apa yang Anda berdua lakukan?"

"Hemh! Ya!" Rezvan meraih sebuah bungkusan di meja lalu mendorongnya ke arah Zeeta. "Pakailah!" suruhnya.

"Pakai?" tanya Zeeta.

"Apa kau tidak dengar?!" Rezvan menyorot tajam.

"Tidak usah, Tuan. Sa–saya pakai ini saja," timpal Zeeta.

"Hei, kau! Kau tidak menghargai usahaku? Kau itu bau! Setelah kau ganti pakaian, kita akan berbicara lagi," sergah Rezvan.

Zeeta terhenyak mendengar ucapan Rezvan, lalu ia mengangkat lengan dan mencoba membaui tubuhnya. Memang sedikit masam.

"Bu–bukan begitu, Tuan. Hanya saja ... baju yang Tuan beri, sepertinya tidak layak dipakai." Zeeta menunduk.

"Tidak layak, katamu?!" Rezvan sedikit mencondongkan badan.

"Iya, Tuan," sahut Zeeta.

"Hey! Ini pertama kali bagiku memasuki toko pakaian wanita. Biasanya juga asistenku yang melakukan. Aku paling tidak suka dengan orang yang tak menghargai usahaku!" Rezvan tampak geram.

Sementara di seberang sana, Erga terlihat menahan tawa. "Kalau aku yang memberimu pakaian, apa kau mau memakainya?" tanyanya kemudian.

"Mau, Tuan." Zeeta menatap Erga.

"Arrggghhh! Sh*t!" Rezvan mendengkus kesal. Lalu menatap tajam pada Erga. "Ga! Pulanglah kau sana! Kau ini!"

"Baiklah, nanti berbelanjalah bersamaku. Kau bisa pilih pakaian sesuai dengan kemauanmu, tapi pakailah ini dulu. Ini pakaian yang layak." Erga meraih tas di meja lalu menyodorkannya pada Zeeta.

"Baiklah, Tuan." Zeeta pun meraih tas tersebut dari tangan Erga.

"A ...! Hey! Apa-apaan ini?" Rezvan ternganga menatap drama di hadapannya.

"Ta–tapi, setelahnya ... Anda akan mengantar saya pulang, kan, Tuan?" Zeeta menatap iba pada Erga.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status