"Tinggalkan saja dia disini. Biarkan dia merenungi kebodohannya." [Kay]
______
Pelajaran di sekolah telah usai. Saatnya untuk pulang tapi entah kenapa Ray rasanya malas untuk pulang ke mansion yang bagaikan neraka baginya.
Ray tidak sanggup bertemu dengan orang yang memiliki darah yang sama dengannya. Hati Ray kembali panas setiap kali mengingat akan hal itu. Ray sangat tidak menyukainya.
Hari ini juga tidak ada sopir pribadinya, jadi mau tak mau Ray menggunakan taksi lagi. Tapi belum saja Ray keluar dari gerbang, tiba-tiba tangannya sudah ditarik seseorang membuat Ray terpaksa mengikutinya tanpa protes apa pun.
Di belakang gedung laboratorium, tangan Ray dihempaskan dengan kasar. Ray melihat pelakunya yakni adalah Randa, Kay dan Key. Ray bahkan sudah menebak ini akan terjadi. Drama yang tak terduga.
Tatapan tajam serta hasrat untuk saling mem
"Jangan menangis, bodoh. Malu dengan tubuhmu yang besar itu." [Ray R. R.]______"Apa kau mencurigai psikiatermu?" Tanya Mios mengulang pertanyaan yang sama.Ray menoleh, melihat wajah sahabat lamanya yang bahkan hampir Ray lupakan itu. Mereka berteman sedari kecil, sebelum Ray bertemu dengan Rey. Keluarga mereka juga cukup dekat.Setiap kali Ray dibully di sekolah, Mios selalu ada untuk melindunginya. Saat Ray memutuskan untuk homeschooling, Mios juga ikut melakukannya. Bisa di bilang, kalau Ray melakukan ini maka Mios akan melakukan itu juga.Tapi saat keluarga Mios memutuskan untuk pergi ke Rusia dan menetap di sana membuat Ray merasa kosong. Saat itulah terakhir kali mereka bertemu dan sekarang mereka bertemu kembali. Seharusnya mereka berpelukkan bagaikan seseorang yang sudah lama berpisah bukan?Ray terkekeh geli dan kembali meneguk jusnya dengan liar. "Aku hanya ingin memastikannya saja Mios. Kau tidak perlu
"Lihatlah, sampai detik ini aku masih lemah. Tanpa bantuan Rey aku bukanlah apa-apa. Bagaimana aku bisa membalaskan dendam kematian kakakku?" [Ray R. R.]_______Menyaksikan hal itu, dengan cepat Wiyata meletakkan kucing hitamnya di atas meja Bartender dan meraih tisu untuk membersihkan punggung tangan Ray yang mengeluarkan darah semakin banyak.Ray hanya bisa meringis, membiarkan Wiyata membersihkan lukanya. Wiyata menarik dasi hitamnya dan membelitkannya di punggung tangan Ray. Sedangkan Ray berusaha mati-matian merasa perihnya luka akibat gigitan kucing dan hanya bisa pasrah dengan wajahnya yang memucat."Kau baik-baik saja?" Tanya Wiyata memastikan keadaan Ray.Ray menganggukkan kepalanya lemah sembari memperhatikan tangannya yang dibalut dengan dasi hitam milik Wiyata."Bagaimana dengan dasimu?" Tanya Ray.Wiyata terkekeh
"Jangan pura-pura tidur, aku tidak suka kalau ada orang yang mengabaikanku!" [Ray R. R.]_______Ray duduk di sofa single putih milik Rey, menunggu kedatangan Rey. Padahal Ray tau siapa pun orang yang masuk diruangan ini tidak bisa keluar, tapi tetap saja Ray berharap demikian. Berharap mungkin bisa saja Rey sedang keluar, membeli sesuatu untuk menyambut keberadaan dirinya. Tapi rasanya itu sangatlah mustahil.Tak henti-hentinya mata Ray menjelajahi tempat tinggal Rey. Ray dapat merasakan apa yang Rey rasakan. Dikurung seorang diri tanpa ada seorang pun yang menemani pasti rasanya sangatlah bosan. Tidak ada banyak aktivitas yang dapat dilakukan.Seperti sekarang ini, Ray seperti menggantikan posisi Rey. Merasakan kebosanan yang Rey rasakan. Mungkin karena itulah Rey terus memaksa untuk meminjam tubuh Ray.Ray tersenyum kecut, betapa egosinya dirinya.
"Jangan mendengar apa yang orang lain katakan padamu Ray. Ketahuilah, mereka hanya iri kepadamu." [Rey R. R.] ________ Rey berdiri disana, di air kolam yang memantulkan sinar bulan. Tersenyum hangat ke arahnya serta lambaian tangan menyapanya. Ray terpaku melihat Rey yang berdiri sembari tersenyum ke arahnya. "Hai Ray, apa kau merindukanku?" Tanya Rey. Perlahan Ray menganggukkan kepalanya dengan raut wajah yang berubah menjadi sendu. Sendu yang mengisyaratkan kalau dirinya sedih karena berpisah dari Rey. Rey hanya tersenyum melihat respon yang diberikan Ray. "Aku tau apa yang terjadi belakangan ini. Kau pasti sangat lelah." Lagi dan lagi Ray hanya bisa menganggukkan kepalanya, membenarkan apa yang Rey katakan. "Kemana saja kau selama ini? Apa kau tau? Aku sangat kesepian. Aku merasa seperti menjadi orang yang bodoh dan tak berdaya tanpamu." L
"Lihatlah, aku malah berharap. Apa dia senang membuatku seperti itu?" [Elvara Viandra]______Vara mengernyitkan dahinya bingung, "Aku harus pulang, ini sudah malam Ray. Kalau aku tidak pulang, aku harus tidur dimana?" Tanya Vara."Tidurlah bersamaku.""Apa?!"Kedua mata Vara terbelalak tak percaya setelah mendengar apa yang Ray katakan. Dan yang lebih parahnya lagi, Ray mengatakannya dengan wajah tak berdosanya."Tidak! Kenapa aku harus tidur denganmu? Aku bisa pulang sendiri, kau tidak perlu khawatir." Tolak Vara.Ray meremas sedikit pergelangan tangan Vara membuat empunya meringis kesakitan. "Jangan salah faham. Ini sudah larut, tidak ada taksi yang lewat. Sopirku sedang cuti, aku juga tidak bisa mengantarmu. Dan sekarang Ayahku pasti sudah tidur. Lebih baik kau tidur di sini saja."Vara terdiam, berusaha menyima
"Jangan seperti itu lagi. Apa kau tau? Kau membuatku sedih." [Elvara Viandra]________Sedangkan Vara hanya bisa tersenyum malu-malu dan menundukkan kepalanya karena merasa kedua pipinya terasa panas."Ayo kita makan, aku sudah lapar. Aku juga tidak sabar ingin mencicipi masakan calon menantuku." Ujar Bryan memecah keheningan.Setelah selesai makan, Ray mengantar Vara pulang kembali ke kostannya. Hanya keheningan yang menyelimuti keduanya di dalam mobil sampailah saat Vara turun, Vara masih engan untuk mengucapkan terima kasih kepada Ray."Sampai jumpa." Ujar Ray.Vara mendonggakkan kepalanya. Vara dapat melihat semburat rona merah di kedua pipi Ray membuat Vara tersenyum. "Terima kasih. Maaf sudah merepotkanmu." Balas Vara."Seharusnya aku yang mengatakan itu."Setelah mengatakannya, Ray menjalankan mobilnya pergi meninggalkan Vara yang masih bingung, tidak mengerti dengan apa yang Ray katakan.
Hallo pembaca setia Ray. Selamat pagi, siang, sore, malam, kapan pun kalian baca ini lah:v Maaf ya author lama update sampai ada yang nanya-nanya lagi, "Kak up nya kapan?", " Kak jangan lama-lama dong.", "Kak langsung double up ya." Hehe maaf ya, nilai author ada yang kosong jadi harus author perbaiki dulu eakkk ya kan, namanya juga author masih pelajar, agak ribet. Tapi kalau semuanya udah kelar, author bakalan rajin update kok. Author bakalan kasi ending terindah untuk kalian, jadi tenang aja. Author ngk bakalan ngegantungin cerita tapi untuk sekarang bersabar aja ya. Tetap tungguin kelanjutan perjalanan Ray ya, jangan sampai ketinggalan:)) By Dedek Chan♥
"Ternyata benar. Aku hanya menjadi mainan mereka sedari awal." [Ray R. R.]_______Dan disaat itulah Vara kembali tersadar dan yakin dengan pendengarannya, karena setelah melumat bibirnya Ray kembali menyatakan perasaannya."I love you, Vara."Vara masih membeku, berusaha mencerna apa yang dikatakan Ray tadi. Perlahan senyuman terukir di bibirnya yang bengkak membuat Ray yakin kalau Vara menerimanya.Dan benar tebakan Ray, Vara akhirnya mencium Ray kembali dan kali ini Vara yang memulainya terlebih dahulu.Ciuman yang diberikan Vara adalah sebagai jawaban kalau Vara menerima untuk menjadi kekasih Ray.Pangutan keduanya lepas, Ray menatap Vara dengan tatapan sayu. Perlahan Vara memajukan wajahnya sembari berbisik, "I love you too, Ray."***