Share

The Heart Between Stars
The Heart Between Stars
Author: Luna Torashyngu

SATU

15 Mei 2012

01.42 WS (Waktu setempat) ,

Observatorium Boscha, Lembang – Bandung..

Arya melepaskan matanya dari lensa teleskop raksasa yang sedari tadi dihadapinya. Pemuda berusia 23 tahun itu mendesah pelan. Tampak kelelahan terpancar dari wajahnya. Sejak tiga hari terakhir ini, dirinya bagaikan menjadi seekor kelelawar, tidak tidur setiap malam. Itu dilakukan  Arya untuk mengejar tugas skripsinya di jurusan Astronomi ITB.

Pintu di lantai bawah ruang teleskop utama terbuka. Seorang pemuda yang usianya hampir sebaya dengan Arya memasuki ruangan. Namanya Purwanto. Kedua tangannya memegang dua gelas kopi panas yang baru dibuatnya. Purwanto menaiki tangga menuju ke arah teleskop utama.

“Aku sudah buatkan kopi untukmu.” kata Purwanto sambil meletakkan salah satu gelas yang dipegangnya di atas meja kecil dekat Arya.

“Thanks, ” balas Arya.

“Bagaimana? Udah ketemu apa yang kamu cari?” tanya Purwanto.

Melihat ekspresi wajah Arya, Purwanto merasa dia telah menemukan jawaban atas pertanyaannya.

Arya mengambil selembar kertas dari lembar-lembar kertas yang berserakan di mejanya.

“Koordinatnya udah betul, kenapa nggak ada?” Arya seakan berkata pada dirinya sendiri.

“Kau yakin?” tanya Purwanto.

Arya mengangguk pasti.

“Mungkin yang kau lihat bukanlah bintang. Mungkin saja itu planet atau benda angkasa lain, dan sekarang semuanya telah berpindah tempat.” Ujar Purwanto.

“Tidak! Itu adalah bintang. Kau kira aku tidak bisa membedakan bintang dan benda lain? Aku telah mengamatinya secara teliti, dan telah kucari dalam semua  literatur. Yang kulihat bukanlah termasuk salah satu rasi bintang yang ada. Aku yakin itu!” sahut Arya bersikeras.

“Atau mungkin bintang yang kau lihat itu tertutup awan?”

Kali ini pertanyaan Purwanto membuat Arya menoleh ke arahnya temannya itu.

“Jangan bercanda, Awan di musim panas ini?”

Ucapan Arya membuat Purwanto diam. Dia tahu percuma berdebat dengan Arya. Walau Arya adalah adik angkatannya saat kuliah, tapi pemuda itu sangat pintar dan bersemangat pada mata kuliahnya. Itulah yang membuat Arya hampir menyelesaikan skripsinya lebih cepat dari teman-teman seangkatannya, bahkan melampaui dirinya yang skripsinya pun baru saja dimulai.

Sudah lima hari ini mereka berdua berada di dalam Observatorium Boscha, salah satu observatorium terbesar dan tertua di Indonesia yang berada di daerah Lembang, sekitar 12 kilometer sebelah utara Kota Bandung untuk menyelesaikan tugas kuliahnya masing-masing. Arya berada di Boscha untuk menyelesaikan skripsinya yang mengambil mengangkat topik mengenai rasi bintang dan pengaruhnya kehidupan di Bumi. Sedang Purwanto berada di Boscha untuk keperluan penelitian awal skripsinya yang baru saja mulai. Rencananya Purwanto akan mengangkat topik mengenai pengaruh posisi planet-planet terhadap iklim di Bumi. Dua orang mahasiswa dengan kepentingan yang berbeda, berada di satu tempat, memungkinkan mereka bisa bekerja sama, sharing ilmu, berdiskusi dan tukar pikiran mengenai segala hal.

Tiga hari yang  lalu Arya menemukan sebuah penampakan yang tidak biasa pada layar teleskopnya Sebuah titik terang baru nun jauh di angkasa, terpisah dari deretan rasi bintang yang sedang diamatinya. Arya berusaha mencari tahu tentang titik terang yang berada di antara rasi bintang Ursa Mayor dan Ursa Minor, tapi tidak ada satu pun literasi yang menerangkan mengenai bintang tersebut. Hal itu yang membuat Arya penasaran.

“Ya sudah. Aku akan tidur sebentar. Kalau ada apa-apa bangunkan aku saja,” Purwanto menepuk bahu Arya, dan berjalan menuju tangga, sementara Arya kembali meneruskan aktivitasnya.

Baru beberapa langkah menuruni anak tangga, suara teriakan Arya menggema di ruangan, membuat dirinya tersentak.

“INI DIA! AKU TAHU PASTI AKAN MENEMUKANNYA!!”

Purwanto tergopoh-gopoh kembali menghampiri Arya.

“Akhirnya!” Arya mengepalkan kedua tangannya ke udara.

“Aku akan menyiapkan kamera untuk memotret. Silakan kalau mau lihat, tapi hati-hati. Aku tidak mau kehilangan dia untuk kedua kalinya,” ujar Arya sambil beranjak dari kursinya. Rasa pegal yang menghinggapi dirinya karena berjam-jam duduk di tempat yang sama seolah telah hilang.

Purwanto menggantikan tempat Arya di bawah lensa teleskop.

Arya benar. Melalui lensa teleskop, Purwanto melihat sebuah titik berkerlap-kerlip memancarkan cahaya redup di angkasa, begitu redupnya sehingga hampir-hampir tidak terlihat di antara gemerlap cahaya dari benda langit lain di sekitarnya. Purwanto yakin kalau di tidak keliru. Titik ini pastilah sebuah bintang, dan bintang ini belum pernah dia lihat sebelumnya.

Apakah itu sebuah bintang baru?

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Alya Snitzky
Selalu bikin penasaran
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status