Share

DUA

Dua bulan kemudian...

Kantor Pusat National Aeronautics and Space Administration  (NASA),

Washington DC – Amerika Serikat...

Seorang pria berusia 51 tahun bertubuh tinggi kurus dan berambut pendek memutih memasuki Administrator NASA dengan membawa sebuah map di tangan kanannya. Dia adalah  John Whilton, Direktur Penelitian NASA yang sudah bekerja selama lebih dari 20 tahun di lembaga antariksa milik .

Administrator NASA Robert Payton yang tadinya sedang fokus pada layar monitor di meja kerjanya mengalihkan pandangannya pada John.

“Saya sudah dapatkan hasil dari Hubble dan satelit Prometheus. Itu memang benar bintang baru dengan kategori bintang kerdil bertipe  K. Tapi saya rasa kategori ini bisa berubah.” Ujar John.

“Oya, bintang kita itu telah mempunyai nama. Alpha Veta,” Pria itu menambahkan.

“Alpha Veta?” Robert mengerutkan keningnya.

“Penemunya yang menamakan demikian.”

“Prof. Peter Gilbert?”

“Prof. Peter Gilbert hanya membantu mengidentifikasi dan mempublikasikan bintang ini pada jurnal ilmiahnya. Yang pertama kali melihatnya adalah seorang mahasiswa Indonesia saat dia sedang mengamati konstelasi bintang Ursa Mayor dan Ursa Minor untuk tugas kuliahnya.” John menjelaskan.

Robert tertegun mendengar ucapan stafnya. Amerika Serikat memiliki lebih dari 500 satelit, dan lebih dari sepertiganya  dimiliki NASA untuk eksplorasi luar angkasa. NASA juga memiliki lima super teleskop yang dapat “melihat’ ke jarak yang sangat jauh bahkan hingga ke luar galaksi Bima Sakti. Tapi semuanya tidak dapat mendeteksi adanya bintang baru di sekitar tata surya, dan malah seorang mahasiswa dengan teropong “seadanya” yang lebih dahulu menemukannya. Walau kemudian pemuda itu menyerahkan hasil penemuannya pada NASA untuk diteliti lebih jauh, tetap saja sejarah akan mencatat kalau dia yang pertama kali menemukan bintang baru.

“Ini foto yang diambil dari Hubble dua bulan yang lalu,” John menunjukkan sebuah foto berukuran 10R pada Robert.

Robert melihat foto yang menampilkan gambar cahaya sebuah bintang yang terlihat sangat redup.

“Dan ini foto yang baru saja diterima satu jam yang lalu.” John menyodorkan foto kedua. Obyek pada foto kedua sama dengan obyek foto pertama, tapi dengan pancaran cahaya yang terlihat jauh lebih terang.

“Dua bulan yang lalu,  Alpha Veta masih masuk kategori bintang M. Sangat redup dan hampir tidak terlihat. Tapi satu jam lalu, kami menangkap suhu di permukaannya semakin meningkat sehingga sekarang masuk kategori bintang K, hanya dalam waktu dua bulan. Saya cemas jika perubahan suhu yang sangat cepat masih belum berhenti. Jika suhu Alpha Veta terus meningkat kan tipenya naik menjadi tipe G seperti matahari, akan sangat berpengaruh besar pada planet-planet di tata surya kita, terutama bumi. Dan jika suhunya terus meningkat hingga mencapai tipe F, berarti kehancuran bagi tata surya ini, karena massa Alpha Veta lebih besar dari massa matahari.”

Robert terdiam mendengar ucapan John.

Ada beberapa klasifikasi bintang, baik menurut ukurannya, maupun panas yang dihasilkan. Menurut ukuran, Bintang dapat dibagi menjadi beberapa kategori yaitu :

  1. Supergiant Star (bintang super-raksasa)

Merupakan bintang terbesar. Yang terbesar yang ditemukan sejauh ini luminositasnya 10 juta kali luminositas Matahari. Jika Matahari sebesar itu, tidak akan ada Bumi karena sudah ‘dilahap’ dan bintang ini masih lebih besar dari itu. Contoh supergiant adalah Betelgeuse (α Ori), Rigel (β Ori), dan μ Cephei.

  1. Giant Star (bintang raksasa)

Mempunyai luminositas (luminositas: intensitas cahaya/energi yang dipancarkan bintang per detik) hingga 1000 kali luminositas Matahari dan bisa 200 kali lebih besar. Contoh giant star adalah Aldebaran, atau α Tauri, bintang tercerah di konstelasi Taurus.

  1. Dwarf (bintang katai/cebol)

Matahari kita merupakan dwarf. Selama masa hidupnya, bintang mengalami banyak fase. Bila ukurannya seimbang dengan beratnya, bintang itu disebut ‘dwarf’.

  1. Bintang Neutron

Setelah meledak menjadi supernova, bintang yang massanya dua kali massa Matahari akan menjadi bintang neutron. Bintang ini meledak dan menghancurkan atom-atomnya, dan menyatukan proton dan elektron sehingga hanya menyisakan neutron hasil fusi tersebut. Hal ini membuat bintang neutron menjadi sangat mampat/padat. Bintang neutron yang diameternya sekitar 30 km massanya sama dengan massa Matahari. Jika kita bisa memindahkan materi sebanyak satu sendok teh ke Bumi, materi kecil itu akan seberat gunung. Bintang neutron berputar dengan kecepatan sangat tinggi. Beberapa bahkan berputar ratusan kali per detik.

  1. Pulsar

Pulsar, atau ‘pulsating star’, adalah bintang neutron yang memancarkan getaran radiasi yang teratur – biasanya gelombang radio – dari kutub magnetiknya. Contoh pulsar adalah PSR+121 (yang merupakan pulsar radio). Pulsar ini merupakan bintang neutron pertama yang diketahui sebagai pulsar. Radiasi lain yang dipancarkan adalah sinar X dan sinar Gamma.

  1. Magnetar

Magnetar diyakini merupakan bintang neutron yang mempunyai medan magnet jauh lebih kuat.

Sedangkan berdasarkan spektrum dan temperaturnya, bintang dibagi menjadi tujuh tipe:

  1. tipe O (bintang paling biru): 40.000-29.000 derajat Celcius
  2. tipe B: 28.000-9.700 derajat Celcius
  3. tipe A: 9.600-7.200 derajat Celcius
  4. tipe F: 7.100-5.800 derajat Celcius
  5. tipe G: 5.700-4.700 derajat Celcius
  6. tipe K: 4.600-3.300 derajat Celcius
  7. tipe M (bintang paling merah): 3.200-2.100 derajat Celcius

Alpha Veta sendiri diketahui merupakan bintang tipe dwarf, dengan massa yang sedikit lebih besar dari Massa Matahari. Jika Bintang yang besarnya hampir sama dengan matahari  dan berada dekat dengan sistem tata surya mempunyai suhu yang lebih panas dari Matahari, akan sangat berbahaya bagi planet-planet di dalam sistem tata surya, bahkan bagi Matahari itu sendiri. Termasuk juga berbahaya bagi Bumi dan kehidupan di dalamnya.

“Apakah ada kemungkinan umat manusia bisa selamat?” tanya Robert setelah melihat foto-foto yang ditunjukkan John.

“Kita hanya berharap kenaikan suhu ini tidak terus berlanjut. Karena letaknya yang jauh dari Alpha Veta, Bumi bisa bertahan jika bintang ini mencapai suhu tipe  F, tapi kehidupan di dalamnya tidak akan bisa bertahan. Bumi akan menjadi planet yang sangat panas dengan suhu  permukaan mencapai 500 derajat celcius, dan tidak ada makhluk hidup di Bumi yang bisa bertahan pada suhu sepanas itu.” Jawab John.

Robert  menarik napas panjang. Jika ucapan John Whilton benar, berarti umat manusia hanya tinggal menunggu waktu saja menuju kepunahan.

“Siapa saja yang tahu mengenai hal ini?” tanya Robert.

“Saat ini hanya para operator satelit dan teleskop milik NASA, serta beberapa ilmuwan kita. Kami berusaha keras untuk merahasiakan hal ini semaksimal mungkin utuk mencegah kepanikan di masyarakat. Tapi kita tidak bisa mencegah negara-negara lain jika mereka melihat hal yang sama.” Jawab John.

“Kecuali jika kita memberitahu mereka lebih dahulu dan meminta mereka untuk merahasiakan hal ini juga.” Tukas Robert.

“Anda akan memberitahu negara-negara lain?” John balik bertanya.

“Hanya negara yang memiliki teknologi ruang angkasa yang mungkin mampu untuk melihat Alpha Veta saat ini,” jawab Robert.

Robert berdiri dari tempat duduknya.

“Siapkan semua laporan dan dokumen mengenai Alpha Veta secara lengkap. Aku akan mencoba bicara akan presiden!” kata Robert.

“Anda akan bicara dengan Presiden sekarang?”

“Walau kemungkinannya kecil, kita harus menyiapkan sekoci penyelamat untuk mencegah kepunahan umat manusia.  Aku mungkin mempunyai satu ide untuk itu, dan Aku butuh dari pemerintah untuk bisa mewujudkannya,” tandas Robert.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status