Ashin Johnstone has never loved someone as much as she loved her husband, Kristoff Washington. She had spent most of her life crushing hard on him and was really elated that she finally married him in a pragmatic marriage. But she knew that he doesn't love her, not the way she wanted him to. She knew that he will never love her like a woman. He will never want her like the way she desires him. As painful as it is, she has learned to understand him and his feelings for her. She was trying to be contented with her life with him. She was trying to be contented with her relationship with him. After all, she is the legal wife. Everyone who would want him would go through her first because she's recognized one. She's the lawful wife.
View More"Ibu aku pamit pulang dulu"kata seorang gadis sambil berjalan keluar dari toko yang memberinya kehidupan baginya karena dari dia berkerja di toko ini gadis itu bisa makan dan bersekolah.
"Iya hati-hati di jalan,langsung pulang ya jangan kelayapan kemana-mana" kata ibu pemilik toko itu.Yah,pemilik toko itu sudah menganggap gadis itu seperti anaknya sendiri.
"Iya-iya,gak kelayapan kok langsung pulang"kata gadis itu sambil tersenyum manis.
"Ibu suruh dimas nganterin kamu ya? Ibu takut ada apa-apa dijalan"
"Gak usah bu kasihan bang dimas nanti kecapekan,aku bisa jaga diri kok"
"Yakin gak mau? Udah malem ini kalau terjadi apa-apa sama kamu ibu juga yang khawatir"
"Keyra yakin kok bu,ibu tenang aja percaya sama keyra,keyra pamit ya bu"kata gadis yang ternyata bernama keyra.
"Ya udah,hati-hati dijalan ya,kalau sudah sampai kabarin ibu"
"Iya,keyra pulang dulu,ibu jangan lupa istirahat”kata keyra dan berjalan menjauh dari toko.
Keyra tinggal dikontrakan yang cukup jauh dari tempatnya berkerja,saat ini dia sedang berjalan kaki menuju kotrakan.Biasanya dia naik bus tapi karna sekarang sudah jam 10.02 malam jadi dia harus jalan kaki menuju kontrakannya karena tidak mungkin jam segini masih ada angkutan umum lewat bukan.
Keyra mengambil jalan pintas agar cepat sampai di kotrakan dan tidur.Jalan pintasnya itu melewati lorong gelap.Saat memasuki lorong itu tidak ada hal-hal aneh yang dialami keyra tapi saat dia sampai di pertengahan lorong ada suara yang meminta pertolongan.
<Keyla POV>
Hay,nama gue keyra saputri bisa dipanggil keyra atau putri.Gue tinggal di sebuah kontrakan sendiri.Sebenarnya dulu gue gak tinggal sendiri,dulu gue tinggal bersama nenek tapi sekarang nenek udah meninggal beberapa bulan yang lalu jadi gue harus tinggal sendiri dikontrakan.
Sekarang ini gue duduk dibangku Smk kelas 12 semester akhir.Gue gak sabar buat cepet lulus biar bisa dapat perkerjaan yang lebih baik dari sekarang.Bukannya gue gak bersyukur dengan pekerjaan yang sekarang tapi siapa sih yang gak mau mendapatkan perkerjaan yang lebih baik? Pasti semua orang maukan?.
Saat ini gue sedang berjalan pulang sendiri,tadi sudah ditawari bu asri pemilik toko buat dianterin sampe kontrakan sama anaknya tapi gue gak enak ngerepotin bu asri terus.
Gue ngambil jalan pintas biar cepat sampai dikontrakan.Kalau udah sampai di kontrakan gue bisa langsung tidur biar gak ngantuk di kelas.
Waktu gue memasuki lorong gak ada hal yang aneh dan gue berjalan biasa tapi saat gue berarda di pertengahan lorong ada suara meminta tolong.
"T-tolong"
"Siapa di sana?"kata gue sambil melihat keadaan sekitar dengan waspada.
Beberapa saat gue diam tapi gak ada yang menyahuti ucapan gue jadi gue putusin lanjut jalan tanpa menghiraukan suara tadi.Tapi barus jalan tiga langkah suara itu terdengar lagi.
"Tt-tolong a-ku"
"Dari mana suara itu?"kata gue dan mencari suara itu.
"Akhh,t-tolong s-siapa pun tt-tolong aku”dari nadanya terdengar dia sedang kesakitan? Apa yang terjadi dengan orang itu? Gue putusin buat ngikutin arah suara tadi.
Gue berjalan dengan hati-hati karena disini sangat minim cahaya.Waktu kaki gue mau berbelok untuk cari asal suara tadi,gue buat terkejut dengan apa yang ada di depan sana.Di....di depan sekarang terjadi pembunuhan, korbannya sudah tak berdaya dan berlumuran darah.
Glek!
Dengan kasar gue menelah salvir karena merasa gugup.Gue berjalan mundur karena rasa takut tapi baru beberapa langkah tanpa sadar kaki ini menginjak kaleng bekas dan mengakibatkan sang pelaku pembunuhan melihat ke arah gue.
"Heh ada orang ternyata,hehe"apa dia gila bisa-bisanya tertawa pada saat seperti ini?.
"K-kau apakan dia?!"kataku sambil melihat pisau yang dia pegang.
"Dia mengangguku makanya aku buat dia bungkam"katanya sambil menatapku dengan wajah kecewa?.
"Apa dengan cara kau bunuh dia?"
"Terus dengan cara apa kalau tak membunuhnya?"tanyanya dengan memiringkan kepalanya.
'Apa gue harus menelfon polisi?'batinku dan tanpa berfikir sekali lagi gue mengambil ponsel di saku.
"Kau ingin apa dengan ponsel itu? Apa kau akan menelfon polisi?"tanyanya sambil memiringkan kepalanya lagi dan setelah itu tersenyum sinis kearahku.Dia benar-benar gila,itulah yang ada di pikirkan gue.
Gue putuskan untuk lari menjauhinya.Sekuat tenaga gue lari api dia masih mengejar di belakang sambil menodongkan pisaunya.Gue putusin buuat nelfon bang dimas anak bu asri pemilik toko.Tapi telfonnya gak diangkat,sekali lagi gue coba telfon tapi tak diangkat juga.Sekali lagi gue telfon dengan perasaan harap-harap cemas.Beberapa saat kemudian panggilanku di angkat tapi karena terlalu fokus dengan ponsel ditangan tanpa gue sadari ternyata didepan adalah jalan buntu.Gue nabrak tembok dan tersungkur,ponsel yang gue pegang tadi gak tahu kemana.Waktu gue bangun orang tadi udah di depanku.
'Apa gue harus ngeluarin tenaga buat bebas dari nih orang?'
'Gak ada cara lain,kalau mau selamat ya lawan'
Gue mulai cari sesuatu buat dijadiin alat dan gue lihat ada balok kayu yang tak jauh dari tempat gue berdiri.Tanpa berpikir dua kali gue ambil balok kayu tadi dan memasang sikap siaga.
"Mau bermain eh? Kalau kau mau mari bermain denganku dengan senang hati gue layani"katanya dan tersenyum kepadaku. Senyumnya itu sanggatlah bodoh.
Setelah mengatakan itu dia maju dan menyerangku dengan pisau yang dia pegang.Tapi sampai saat ini belum ada luka di tubuh gue.
Bhuk
Satu pukulan berhasil gue layangi ke dia.Dia terlihat marah dan mulai menyerang dengan membabi buta.
"Sial"gumangku karna dia berhasil melukai tangan kiriku,ini sungguh sakit.
Dia menyerang lagi dan berhasil mengenai bahu kananku,tapi tak ku hiraukan dalam pikiranku sekarang hanya cara mengalahkan dia dan pulang.
Dia menyerangku lagi dan lagi tapi bisa kuhindari tapi tanpa di sadari dia sudah didepanku dan aku merasa sakit diperut saat kulihat ternyata pisau yang dia pegang sudah tertancam di perutku,ini sakit sekali.
Bruk!
Gue terjatuh di atas aspal dengan darah di area perut dan kepala ini terasa pusing.
'Apakah ini akhirnya?'
'Apakah sampai di sini jalan hidup gue?'batinku sambil menatap langit malam.
Dan pandangan yang mulai mengelap.
~~~~♤♤♤♤~~~~
Di waktu dan tempat yang berbeda ,lebih tepatnya disalah satu rumah sakit terkenal dijakarta.Terlihat seorang gadis cantik yang sedang terbaring lemah di ranjang rumah sakit.
Beberapa detik kemudian tangan gadis itu bergerak pertanda bahwa sebentar lagi gadis itu bangun dari tidurnya.Perlahan tapi pasti mata gadis itu mulai terbuka dan menatap sekelilingnya.
“Gue di mana? Sakit banget nih kepala”gumang seorang gadis sambil mencoba bangun dari tidurnya.
“Gue masih hidup?”katanya sambil melihat ke sekelilingnya.
“Akhh!”kata gadis itu sambil memegang kepalanya yang terasa sakit secara tiba-tiba.
Beberapa saat kemudian rasa sakit yang dia alami mengurang sedikit demi sedikit.
“Ini? Bagaimana mungkin!”kata gadis itu dengan raut wajah terkejut.
“Bagaimana mungkin ini gak masuk di akal.Gue pasti lagi mimpi ya gue pasti lagi mimpi”katanya dengan raut wajah tak percaya.
Plak!
Dengan tiba-tiba gadis tadi menampar dirinya sendiri dengan cukup keras.
“Sakit”katanya dengan lirih dan mengelus pipinya yang ia tampar tadi.
“Ini gak mimpi? Tapi bagaimana mungkin ini gak masuk di akal!”katanya dengan nada panik.
“Gue gak mungkin berpindah jiwa”katanya dengan lirih sambil menatap ke arah lantai dengan tatapan kosong.
Ya dia keyra,lebih tepatnya jiwa milik keyra tapi tubuh bukan miliknya.Jiwa keyra masuk ke dalam tubuh seorang gadis yang memiliki sikap berbanding balik darinya.Gadis manja dan suka membully,dia benci watak seperti itu.
Gadis itu biasa dipanggil fely,fely bisa masuk rumah sakit karena kecelakaan yang menimpanya di saat pulang dari jalan-jalan bersama sahabat-sahabatnya. Mobil yang dia kendarai menabrak pohon.
'Kalau gue ditubuh gadis ini terus gimana sama tubuh gue yang asli? Masa iya jiwa nih cewek ke tubuh gue? Amit-amit kalau iya atau tubuh gue di nyatakan meninggal makanya gue pindah tubuh?’
Keyra melihat tangan yang masih dipasang selang setelah itu dia melihat sekeliling ruangan,guna mencari seseorang dari keluarga gadis ini.Tapi nihil tak ada seorang pun dia temukan tapi samar-samar dia mendengar pembicaraan seseorang di depan ruang inapnya.
"Bara?"kata seorang cowok setelah menerima telfon di depan ruang inap yang ditempati keyra.
"Baru nongol lu bar?"tanyanya kepada cowok yang ada di depannya.
"Hm"
"Kemana aja lu? Adeknya masuk rumah sakit bukanya ngejagain,eh! malah keluyuran gak jelas"
"Ada urusan yang lebih penting dari pada njagain dia"
"Urusan apa lu? Kayak orang sibuk aja.Palingan juga ngumpul sama geng abal-abal lu"kata satria dengan menatap bara sinis.
"Emang adik lu gak sepenting itu ya buat lu?"lanjut satria dengan datar.
"Seharusnya dia bersyukur gue dateng,kalau gak karna di paksa nyokap gak bakal gue kesini"
"Kalau gak iklas kenapa kesini bego!"
"Dan gue kasih tau sama elu,ada saatnya lu bakal nyesel sama sikap lu yang sekarang sama si fely dan pada saat itu gue adalah orang pertama yang bakal tertawa ngelihat lu terpuruk"
"Dan itu gak pernah akan terjadi sama gue"kata bara dan pergi dari hadapan satria.
"Cih,liat aja nanti bara mahendra"kata satria dan masuk ke dalam ruang inap yang ditempati keyra atau bisa dipanggil fely.
"Kenapa ribut-ribut sih diluar?"kata keyra kepada dirinya sendiri sambil menyenderkan tubuhnya di kepala ranjang rumah sakit.
Ceklek
"Eh buju buset!"kata satria kaget karna melihat fely yang sudah sadar.
Keyra mencari ingatan tentang cowok yang ada di depannya ini dan menurut ingatan yang dia dapat dia adalah sepupunya yang bernama satria Mahaputra.
"Udah bangun lu? Kapan sadarnya? Aelah kenapa kagak manggil gue tadi kalau udah sadar? Terus lu duduk sendiri fel? Ada yang sakit kagak gue panggilin dokter ya? Ap-"
"Berisik"potong kayra karena kepalanya terasa pusing mendengar suara satria yang tak ada hentinya.
"Ye maap atuh"
Keyra sedang berfikir apa dia harus bertingkah seperti fely atau keyra? Setelah itu dia putuskan buat berbicara sesuai dengan kepribadiannya.Toh ini jiwanya susah baginya untuk meniru gaya fely.
"Aelah kenapa lu diem ogeb? Jawab gue, gue buka patung"
"Berisik lu sakit nih pala gue dengar suara elu"
"Ye sorry,gue telfon nyokap lu dulu mau ngabarin lu udah sadar"
"Hm"jawab fely dan satria mulai menelfon mamanya fely.
"Halo tan"
"......."
"Ini tan fely udah sadar"
"........"
"Iya tan masa gak percaya sama satria,satria gak boong sumpah"
"........"
"Ya udah aku tunggu tan"kata satria dan menutup pangillannya.
"Nyokap lu lagi dijalan"kata satria sambil mendekati fely.
"Hm"
"Mau apa biar gue ambilin"
"Air"
"Nih"kata satria sambil menyerahkan air putih.
Beberapa menit kemudian dokter datang untuk memeriksa keadaan fely.
"Gimana dok keadaan sepupu saya?"
"Keadaan pasien sudah mulai membaik untuk sejauh ini tidak ada hal serius akibat kejadian yang dialami pasien"
"Terus kapan saya boleh pulang dok?"tanya fely sambil melihat dokter itu.
"Jika keadaan anda memungkinkan nanti malam kalau tidak besok pagi anda boleh pulang ke rumah"
"Apa tidak boleh siang nanti dok?"tanya fely lagi karena saat dia lihat jam yang ada diruangan jam menunjukan pukul 09.05 pagi.
"Untuk siang nanti belum bisa karena keadaan anda belum memungkinkan untuk pulang karena anda baru bangun"
"Hm"jawab fely seadanya.
"Jika tidak ada hal lain yang ingin ditanyakan saya permisi keluar"
"Silahkan dok terimakasih"
"Iya sama-sama"jawab dokter itu sambil menganggukan kepala.
Selang beberapa detik saat dokter itu keluar seorang wanita memasuki ruang inap fely.
"Gimana sat keadaan fely sekarang?"tanya wanita tadi sambil menghampiri fely.
"Kata dokter tadi fely udah membaik tan.Nanti malam kalau gak besok pagi fely udah boleh pulang"jawab satria.
"Ya udah kalau gitu"kata wanita tadi yang ternyata mamanya fely.
"Emm,dek bentar lagi mama ada meeting sama clayen mama tingal gak papa ya?"
"Hm"
"Ya udah mama pergi dulu ya? Satria kamu jaga fely ya kalau ada apa-apa bilang aja sama tente"
"Iya tan"kata satria dan mamanya fely pun pergi dari ruang inap fely.
"Nyokap lu sibuk banget keknya,masak dari pagi gue mulu yang jagain elu"kata satria dengan wajah cemberut.
Yang keluarga fely memang sibuk dengan urusan masing masing.Seperti ibunya tadi dia seorang disainer di butik ternama dan ayah fely merupakan CEO di perusahaan besar.Sebab itu fely menjadi pribadi yang buruk karena dia tidak mendapatkan perhatian dari orang tuanya dan walau pun dia punya kakak laki-laki tapi sifat kakak laki-lakinya sangat dingin dan cuek kepadanya.
"Kalau gak iklas pergi aja"kata fely dengan menatap satria sinis.
"Ye,bukannya gitu maksud gue,lu kan baru sadar ya temenin sebentar ke apa kek,masa kesini cuma izin pergi lagi,ckckck"kata satria setelah itu geleng-geleng kepala.
"Brisik gue mau tidur"kata fely sambil merebahkan tubuhnya dan tidur.
"Terus gue sendirian gitu,aelah"kata satria sambil menatap fely.
ASHANTI“I can’t take it anymore,” I told Kristoff as we were in the labor room. This morning, I had several Braxton-Hicks that made Kristoff panic. The contractions had been intensified from then up to now.“Baby, just hold on a little longer.” I don’t know who Kristoff is telling that—me or the baby.He gripped onto my hand as before planting a kiss on my sweaty forehead.I’ve known how painful it is to give birth but the ones I have read never really made me feel this way. This is—by far—the worst pain in my life. I have never even imagined feeling this excruciating pain.Dr. Johnson, my OB, with a nurse came towards us. The nurse explained that the doctor will be checking my cervical dilatation.“You’re fully dilated now, Mrs. Marx. You can push now.” Dr. Johnson told me and encouraged me to bear down.Kristoff was holdi
ASHANTI“I want to eat ice cream.” I raised my brow at what Kristoff told me. We are cuddling on the couch while watching the closing ceremonies of Asian Games, and then, there he is, pouting at me and hugging my body tightly.It was such an awful sight, to be honest. Kristoff and pouting should never be used in one sentence.“But it’s the middle of the night,” I replied and he pouted even more.I almost scoffed when I saw his face like that. Is he kidding me? Why is he acting like this right now? It was as if he is a baby or what.Truthfully, he was like this for the past few days. It’s too extreme to the point that I think he’s the pregnant one. He’s the one with raging hormones and not me.It’s too funny to even think about his expressions when he tells me that he likes pizza, ice cream, twin bananas, dragon fruits and what so ever.I’ve searche
ASHANTI“Are you alright?” Kristoff asked me as I paled when I was looking at the calendar. I was looking at my normal cycle before realizing that I am delayed. Three weeks delayed.I looked at him and nodded.He narrowed his eyes on me and sat closer to me. “Come on. You can’t fool me with that face of yours,” he beamed. “Tell me. What’s wrong, baby?” he asked in the sweetest voice that I have ever heard in my whole life.The way he calls me baby! I can feel my intestines coil with each other and the butterflies are flying all the way up to my throat. I want to throw up.I gulped when I realized that it’s true. I want to throw up. I immediately ran to the toilet and vomited on the bowl. Kristoff came running behind me, panicking about my condition.“Hey, what’s happening?” he asked me as he caressed my back. “Come on, I’l
ASHANTI“Please come to the bridal shower party!” Genevieve beamed at me as she just barged into my office like this. It’s her wedding in two weeks. Finally! We worked our butts off for this wedding because Genevieve wanted a different theme. She wanted a horror theme. According to her, marriage is scary. Hence, horror theme.I looked at her. “You know Kristoff won’t approve that kind of idea,” I replied.She pouted then walked to my desk. “Well they have this thing called Bachelor Bash and I think Kristoff told Chester that he would come,” she told me as she sat on the chair in front of my desk.My eyes widened at her. “What?!” I asked in disbelief.Genevieve nodded at me.I shut my eyes and contained my cool. How could he do this? He told me he wouldn’t go because he doesn't want me to go!I sighed hard.Genevieve looked at me. &ldqu
ASHANTIKristoff walked me inside his office and he led me to his couch. I looked around and wow. His office is really big and neat. It’s not like mine.His office is like those offices I see in dramas. All leather and all made of expensive woods.He let me sit on the couch and he sat beside me. Really, really close. I can feel my heart beating really, really fast.He always had that effect on me. He always had that power in me. He makes my heart beat faster and slower at the same time.“Are you sure you're okay?” he asked me as he looked at me.I smiled and nodded. I can't even talk because I am too nervous I would stutter because of all the feels.I just can't get enough of Kristoff and his grease. He would always make me feel nervous. No matter how long we’d stayed together.He smiled at me and wrapped his arm around me. “I missed you,” he told me as he kissed m
ASHANTI“What are you cooking, Ashanti?” Genevieve asked me as she leaned on the table while I am cooking something. She sounded really awful though. Oh. I can’t blame her though. I am not a goddess in the kitchen, okay. I acknowledge that.None taken.Instead, I chuckled at her. “I’m cooking something for Kristoff,” I replied as I continued to slice the onions.Genevieve wrinkled her nose. “That? You’re cooking that for your husband?” she asked me as she pointed at the onions.I looked at the onions then blinked at her, nodding. “Why? Is there something wrong?” I asked her.She sighed hard and rolled her eyes on me. Really now, Genevieve? What in the heavens did I do wrong?“Sissy, you won’t make a circle-shaped onion when you cut it that way. Cut it cross-sectional!” she told me.I looked at her confused. “Cro
Welcome to GoodNovel world of fiction. If you like this novel, or you are an idealist hoping to explore a perfect world, and also want to become an original novel author online to increase income, you can join our family to read or create various types of books, such as romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel and so on. If you are a reader, high quality novels can be selected here. If you are an author, you can obtain more inspiration from others to create more brilliant works, what's more, your works on our platform will catch more attention and win more admiration from readers.
Comments