Share

Bab 2

Author: Hes_Re
last update Huling Na-update: 2021-08-28 13:52:46

•Ketika rasa amarah itu sudah tumbuh,  jangankan benci , bahkan meskipun kau benar kau akan tetap bersalah di matanya

_______________________________________

Sesosok gadis yang berada di dalam mobil tertegun cukup lama melihat apa yang baru saja ia lakukan, saat ini ia berharap bahwa semua ini hanyalah mimpi.

"Tidak," ucap Grace tersadar bahwa ia telah menabrak seseorang. Ia turun dari mobilnya melihat seorang gadis tergeletak di aspal dengan darah yang begitu banyak di kepala, "haaaa...astaga tolong bantu aku," dengan wajah panik Grace segera menghampiri gadis tersebut.

"Tolong, tolong aku," teriak Grace meminta bantuan dan meletakkan kepala Jesseli di atas paha.

Datanglah seorang pria yang baru saja keluar dari pintu bar, sepertinya ia juga habis mabuk, "hai kau menabrak teman ku," ternyata pria itu adalah Pete, Ken menyuruh Pete untuk menjemput Jesseli karena Ken merasa terlalu lama hanya untuk mengambil kunci mobil saja. Pete kembali masuk ke dalam, tentu saja ia akan memanggil Ken.

Terlihat Pete yang berjalan dahulu disusul dengan Ken dan Roger dari belakang, "hai, apa yang kau lakukan," teriak Ken mendapati pemandangan tak sedap seperti itu.

Raut wajah cemas Ken terlihat jelas ketika semakin banyak darah yang mengalir di hidung Jesseli, lebih parahnya ia menutup mata tak sadarkan diri di pangkuan gadis yang entah siapa ia sama sekali tak ia kenal, "kau... kau menabrak tunangan ku," Ken bersujud di depan tubuh Jesseli dan meraih kepala nya dari pangkuan Grace.

Ia menangis hebat di tempat itu, ternyata benturan itu cukup parah di kepala Jesseli, tangan Ken menyentuh hidung Jesseli dan ternyata Jesseli sudah tak bernafas, "tiiiiidddaaaakk ... tidaaak.. bangunlah, kumohon bangunlah," teriakan itu begitu keras.

Ia memeluk tubuh Jesseli dan mencium kening yang sudah penuh akan darah, "bangunlah, kumohon, kita akan menikah bukan,"

Tiba-tiba saja raut wajah amarah itu keluar dan menatap Grace dalam-dalam, "kauu... kaaauu yang sudah membunuh tunangan ku," sedangkan Grace hanya diam menatap sendu karena memang itulah kenyataannya.

"Aku... aku bisa jelaskan.... dia berjalan tanpa melihat kiri dan kanan," ucap Grace berkata jujur, karena memang benar Jesseli menyebrang dengan ceroboh.

"Jadi kau yang menabrak, dan sekarang kau berkata bahwa tunanganku yang bersalah, seperti itu?" Ken menatap Pete dan memberi instruksi untuk menggendong tubuh Jesseli, Pete pun melakukan itu dan mengendong tubuh Jesseli memasuki mobil dibantu dengan Roger.

Peluh keringat Grace semakin menjadi ketika Ken mulai mendekati dan menatap dengan tatapan yang menyeramkan, "kau... jadi kau yang menabrak tunanganku ha," Ken mengangkat tangan ingin sekali mencekram rahang gadis di hadapannya namun niat itu ia urungkan melihat Grace yang menutup mata.

"Maaf, aku bersalah tapi aku juga tidak bersalah sepenuhnya tunangan mu sungguh ceroboh, maaf aku buru-buru," Grace berlari kecil memasuki mobil karena adiknya sudah menunggu di apartemen.

Seperti merasa tak bersalah Grace mengemudikan mobil begitu saja melewati Ken yang masih terpaku di sudut jalan menatap kepergian gadis itu. Ken mengepalkan tangan kuat-kuat, "shit... dia kabur dan bodohnya aku hanya diam saja," ia merutuk dirinya sendiri.

"Ken sudahlah itu urusan belakang, mari kita bawa jesseli ke rumah sakit," teriak Pete, Ken segera datang dan menuju rumah sakit terdekat.

___***___

"Maaf tuan, kami tidak bisa menyelamatkan nyawa gadis itu," sang dokter pun pergi setelah mengatakan itu di depan Ken, Roger dan Pete di ruang tunggu.

Ken meneteskan air matanya, "tidak, mengapa kau meninggalkanku," ia duduk lemas di kursi, hanya pandangan kosong yang terlihat di wajah Ken.

Rasa sesal begitu melekat, mengapa ia pergi ketika hari pernikahan mereka sudah dekat dan yang lebih menyedihkan adalah ia telah mencoba bermain judi mempertaruhkan Jesseli, Ken merasa ia tidak akan kalah dengan hal itu dan ia memang benar ia memenangkan itu namun Ken tak pernah menyangka jika ia harus melihat tunangannya yang terakhir kali setelah berpesta kecil itu, "andai saja, andai saja kita tak meminum bersama, pasti ini semua takkan terjadi, " Ken sungguh menyesal, penyesalan itu takkan pernah hilang sampai kapanpun.

Roger menyentuh pundak Ken yang terlihat kacau, "kita harus melihat Jesseli untuk yang terakhir kalinya," mendengar itu Ken berdiri dan memasuki ruang dimana Jesseli sudah tertutupi oleh selimut putih.

Ia membuka perlahan selimut yang menutupi wajah Jesseli, "kau meninggalkanku, kau bohong. Kau pernah berkata bahwa kau akan selalu di sisiku tapi apa ini? Kau bahkan meninggalkan ku terlebih dahulu," tangis Ken lemah.

Di sisi lain Grace membawa adiknya di ruang UGD akibat penyakit yang kambuh, tentu saja ia tadi terburu-buru meninggalkan Ken karena adiknya yang lebih membutuhkannya. Ia harus pulang ke apartemen dan menjemput Chris lalu membawa Chris kerumah sakit dengan secepat mungkin.

"Tenanglah Chris kau akan baik-baik saja," Kata Grace mengigit jari nya dengan panik. Seorang perawat pun memberi tahu bahwa Grace tak diperbolehkan memasuki ruang pemeriksaan, "Baiklah," Ia pun keluar dan menunggu di ruang tunggu.

Ia menyenderkan kepalanya di tembok, "tidak Chris kau pasti sembuh, kita sudah tidak punya ayah dan ibu jangan biarkan aku kehilangan mu," ia memejamkan matanya tak tahu dengan apa yang harus ia lakukan.

Masih di tempat yang sama,

Terlihat Pete yang keluar dari pintu karena ia ingin memberi ruang privasi terhadap Ken yang menangis di dalam, namun seketika mata Pete tertuju dengan satu gadis yang duduk di depan nya dengan mata terpejam "gadis itu," Pete segera masuk kembali dan memberitahu Ken.

"Ken," panggil Pete.

"Jangan ganggu Ken dahulu Pete," Roger menegur teman nya itu.

"Ken aku melihat gadis yang menabrak Jesseli," Pete mengucapkan kalimat itu, sontak Ken menatap Pete tak percaya, "oh ya? Dimana"

Tangan Pete menunjuk arah depan pintu, "disana, ia sedang duduk dengan mata terpejam," Mendengar itu Ken pergi meninggalkan ruangan itu, tanganya mulai membuka pelan gagang pintu.

Kini matanya hanya tertuju dengan satu gadis itu, hanya satu gadis itu yang ia tatap tak memperdulikan pemandangan lain, ia melihat gadis yang menabrak tunangan nya sedang duduk dengan mata terpejam, "kau ada disini rupanya," ia mulai melangkah pelan mendekati Grace.

Dengan perlahan Grace membuka pelan matanya, ia sungguh terkejut dengan pria yang ada di depan, parahnya pria itu menatap dengan tatapan seperti membunuh, "kau,"

"Yah ini aku.... tunangan dari gadis yang baru saja kau bunuh," tanpa mengurangi tatapan tajam itu bahkan saat berbicara.

"Dengar, aku juga tidak bersalah karena tunangan mu itu yang berjalan dengan ceroboh," ucap Grace berdiri dan membalas tatapan tajam Ken tanpa takut.

"Kau membunuh tunanganku tanpa rasa bersalah, katakan padaku aku harus berbuat apa denganmu sekarang, dasar gadis idiot," api amarah seperti sudah menyala di kedua mata Ken.

"Aku akan tanggung jawab, tenanglah aku akan berusaha membayar biaya pengobatan itu sebagai permohonan maaf ku," Grace  tahu ucapan yang baru saja ia lontarkan akan membuat ia semakin pusing. Tapi tak apa ia tak ingin terlibat lebih dalam dengan pria itu.

Sejenak Ken menatap keindahan tubuh Grace, "aku menginginkan hal lain, jika hanya masalah uang aku bisa membayar biaya tunanganku sendiri,"

"Maksudmu?" Grace menatap bingung.

Ken menarik tubuh Grace dan memojokkan nya di tembok, "aku menginginkan kau menjadi istriku,"

Grace tertawa kecil, "hah? Jangan bermimpi ya.. aku mengerti bahwa aku ini cantik... tapi kau tidak bisa seperti itu," Grace mendorong Ken dengan sekuat tenaga.

Ken sungguh semakin tertarik dengan sifat arogan gadis itu, "siapa bilang aku menikahimu karena kau cantik, aku menikahimu karena aku ingin mematahkan seluruh tulangmu dengan perlahan,"

"Haiiyy haiyy haiiyy.... pernikahan tidak pernah sah jika salah satu diantara kita tak menyetujui. Lagipula siapa yang ingin menerima pernikahan mu, aku menolak itu,"

"Kau harus menikah denganku, atau aku akan membuat hidupmu tidur di penjara selama sisa umur hidup mu," bisikan itu sungguh romantis, namun Grace yang mendengar mampu membuat bulu kuduk nya merinding tak karuan. Ken tersenyum kecil melihat tingkah gadis di depannya itu.

__________________________

Follow my i* : Hes_Ree

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • The Love MILLION tears   Extra Part

    Kiss me out of the bearded barleyNightly, beside the green, green grassSwing, swing, swing the spinning stepYou'll wear those shoes and I will wear that dressOh, kiss me beneath the milky twilightLead me out on the moonlit floorLift your open handStrike up the band, and make the fireflies danceSilvermoon's sparklingSo kiss meKiss me down by the broken tree houseSwing me, upon its hanging tireBring, bring, bring your flowered hatWe'll take the trail marked on your father's mapOh, kiss me beneath the milky twilightLead me out on the moonlit floorLift your open handStrike up the band, and make the fireflies danceSilvermoon's sparklingSo kiss meKiss me beneath the milky twilightLead me out on the moonlit floorLift your open handStrike up the band, and

  • The Love MILLION tears   End | Completed

    Grace bisa mendengar dengan jelas, bahkan Grace tidak tuli jika suara itu sangat mirip seperti suara Ken. "Kita?" Batin Grace.Grace menoleh kebelakang, ia melihat pria dengan seutas senyum di wajahnya ketika Grace menatap pria tersebut, Grace tak percaya ini. "Ini tidak mungkin," ucap Grace menggelengkan kepalanya pelan."KEEENNN?" Ucap Grace terlihat kebingungan bercampur rasa takut, tentu saja Grace takut jika itu arwah gentayangan Ken."Mengapa kau takut melihatku Grace, lupakah kau jika aku ini suamimu," ucap Ken berjalan pelan menghampiri seorang wanita yang sedang duduk di kursi roda dengan raut wajah tak percaya."Hentikan langkah kakimu atau aku akan teriak!" perintah Grace mulai memundurkan kursi rodanya.Ken menghentikan kursi roda Grace, pria itu sedikit membungkukkan badan menatap mata Grace. "Aku Ken Grace, aku adalah KEN. Apa kau ingat nama itu? Kenzo Jordanio, pri

  • The Love MILLION tears   Bab | 40

    Di sisi lainEvelyn, Pete dan Grace sedang berkumpul di ruang keluarga, raut wajah mereka terlihat sangat cemas. "Pete kau harus menelpon Ken dan Roger!" perintah Grace, Pete pun mengambil ponselnya di dalam saku untuk menelpon Roger."Roger, apa terjadi sesuatu dengan kalian berdua?" tanya Pete."Semuanya baik-baik saja Pete, tenanglah," balas Roger dari telpon."Apa disana ada Ken?""Dia sedang menyetir Pete, ada apa?"Pete melirik Grace dan menjauhkan ponselnya dari telinganya. "Grace aku akan memberitahu Ken tentang dirimu," ucap Pete, Grace tersenyum mengangguk kecil."Roger tolong katakan pada Ken jika dia akan menjadi seorang ayah," ujar Pete mendekatkan kembali ponsel pada telinganya."Apaaaaaaaa?" Teriak Roger tak percaya di telpon.TetPonsel Roger mati begitu saja. "Shit,"

  • The Love MILLION tears   Bab | 39

    Grace tak mampu mengeluarkan sepatah katapun, ia hanya mengatupkan bibirnya. "Ken," panggil Roger yang tiba-tiba memasuki toko.Membuat Grace dan Ken menoleh ke arah Roger. "Ada apa Roger?" tanya Ken melihat Roger begitu terburu-buru."Ken aku melihat Mario di depan toko bunga," ujar Roger serius menatap bergantian Ken dan Grace.Tanpa menunggu lama Ken menarik tangan Grace, Ken membayar harga music box yang ia pegang terlebih dahulu di kasir.Ken segera pergi dari sana, Ken menghampiri Pete dan ibunya yang berada di dalam mobil. "Pete kumohon lindungi Grace untukku! aku hanya pergi sebentar," ucap Ken ditujukkan pada Mario, "tenanglah Ken, Grace akan aman bersamaku," balas Pete mengangguk pelan.Ken segera memasukkan paksa tubuh Grace di dalam mobil. "Grace tenanglah, aku akan membalas semua perlakuan Mario terhadapmu," ucap Ken mencium pucuk rambut Grace sekilas sebelum Ken men

  • The Love MILLION tears   Bab | 38

    Grace bernafas lega, wanita itu sempat berpikir bahwa Ken akan menjambak rambutnya atau menampar pipi di wajahnya.Ken memungut selimut dan bantal di bawah lantai, lalu ia duduk di sofa dengan terus memandang Grace yang sudah tertidur lebih dulu. "Grace apa kau sudah tidur?" Tanya Ken.Grace tidak tertidur, wanita itu hanya berpura-pura menutup matanya. "Grace aku mencintaimu, selamat tidur Grace." Ucap Ken lalu memakaikan selimut di tubuhnya, ia tak perduli tidur nyenyak nya terganggu akan kehadiran Grace malam ini, ia hanya bahagia bisa melihat Grace tidur bersamanya walau tak bisa memeluk Grace.Keesokan harinya...Grace terbangun dari tidurnya, ia melirik jam dinding menunjukkan pukul delapan pagi, Grace ingin sekali melanjutkan tidurnya, namun ia teringat kehadiran Evelyn di rumah ini, Grace tak ingin mengecewakan Evelyn dengan melihat menantunya bangun teramat siang.Wanita

  • The Love MILLION tears   Bab | 37

    Saat ini Ken sudah sampai di kediaman Pete, pria itu terus mencoba membujuk Grace kembali meski jawaban Grace selalu tidak dan tidak."Pete dimana kau? Ada hal penting yang ingin aku katakan," teriak Ken memasuki ruang tengah."Ken," balas Pete berjalan mendekati Ken dari arah dapur."Pete kumohon bantu aku! Aku tidak mempunyai cara lain untuk membujuk Grace, sedangkan ibuku mendesakku ingin bertemu dengan Grace," Ken memijat pelipis matanya, "kumohon Pete, hanya kau yang bisa membantuku untuk masalah ini," ucap Ken memohon agar Pete ingin membantunya."Aku takkan bisa membantu mu lebih Ken, tapi aku akan mengantar mu ke kamar Grace, kau bisa berbicara sendiri dengannya," tutur Pete lalu ia melangkah menuju pintu kamar Grace, "semoga kau berhasil Ken," ucap Pete dibalas anggukan kecil oleh Ken.Ken menarik napas dalam-dalam, pria itu memegang gagang pintu dan membukanya perlahan,

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status