•Ketika rasa amarah itu sudah tumbuh, jangankan benci , bahkan meskipun kau benar kau akan tetap bersalah di matanya•
_______________________________________
Sesosok gadis yang berada di dalam mobil tertegun cukup lama melihat apa yang baru saja ia lakukan, saat ini ia berharap bahwa semua ini hanyalah mimpi.
"Tidak," ucap Grace tersadar bahwa ia telah menabrak seseorang. Ia turun dari mobilnya melihat seorang gadis tergeletak di aspal dengan darah yang begitu banyak di kepala, "haaaa...astaga tolong bantu aku," dengan wajah panik Grace segera menghampiri gadis tersebut.
"Tolong, tolong aku," teriak Grace meminta bantuan dan meletakkan kepala Jesseli di atas paha.
Datanglah seorang pria yang baru saja keluar dari pintu bar, sepertinya ia juga habis mabuk, "hai kau menabrak teman ku," ternyata pria itu adalah Pete, Ken menyuruh Pete untuk menjemput Jesseli karena Ken merasa terlalu lama hanya untuk mengambil kunci mobil saja. Pete kembali masuk ke dalam, tentu saja ia akan memanggil Ken.
Terlihat Pete yang berjalan dahulu disusul dengan Ken dan Roger dari belakang, "hai, apa yang kau lakukan," teriak Ken mendapati pemandangan tak sedap seperti itu.
Raut wajah cemas Ken terlihat jelas ketika semakin banyak darah yang mengalir di hidung Jesseli, lebih parahnya ia menutup mata tak sadarkan diri di pangkuan gadis yang entah siapa ia sama sekali tak ia kenal, "kau... kau menabrak tunangan ku," Ken bersujud di depan tubuh Jesseli dan meraih kepala nya dari pangkuan Grace.
Ia menangis hebat di tempat itu, ternyata benturan itu cukup parah di kepala Jesseli, tangan Ken menyentuh hidung Jesseli dan ternyata Jesseli sudah tak bernafas, "tiiiiidddaaaakk ... tidaaak.. bangunlah, kumohon bangunlah," teriakan itu begitu keras.
Ia memeluk tubuh Jesseli dan mencium kening yang sudah penuh akan darah, "bangunlah, kumohon, kita akan menikah bukan,"
Tiba-tiba saja raut wajah amarah itu keluar dan menatap Grace dalam-dalam, "kauu... kaaauu yang sudah membunuh tunangan ku," sedangkan Grace hanya diam menatap sendu karena memang itulah kenyataannya.
"Aku... aku bisa jelaskan.... dia berjalan tanpa melihat kiri dan kanan," ucap Grace berkata jujur, karena memang benar Jesseli menyebrang dengan ceroboh.
"Jadi kau yang menabrak, dan sekarang kau berkata bahwa tunanganku yang bersalah, seperti itu?" Ken menatap Pete dan memberi instruksi untuk menggendong tubuh Jesseli, Pete pun melakukan itu dan mengendong tubuh Jesseli memasuki mobil dibantu dengan Roger.
Peluh keringat Grace semakin menjadi ketika Ken mulai mendekati dan menatap dengan tatapan yang menyeramkan, "kau... jadi kau yang menabrak tunanganku ha," Ken mengangkat tangan ingin sekali mencekram rahang gadis di hadapannya namun niat itu ia urungkan melihat Grace yang menutup mata.
"Maaf, aku bersalah tapi aku juga tidak bersalah sepenuhnya tunangan mu sungguh ceroboh, maaf aku buru-buru," Grace berlari kecil memasuki mobil karena adiknya sudah menunggu di apartemen.
Seperti merasa tak bersalah Grace mengemudikan mobil begitu saja melewati Ken yang masih terpaku di sudut jalan menatap kepergian gadis itu. Ken mengepalkan tangan kuat-kuat, "shit... dia kabur dan bodohnya aku hanya diam saja," ia merutuk dirinya sendiri.
"Ken sudahlah itu urusan belakang, mari kita bawa jesseli ke rumah sakit," teriak Pete, Ken segera datang dan menuju rumah sakit terdekat.
___***___
"Maaf tuan, kami tidak bisa menyelamatkan nyawa gadis itu," sang dokter pun pergi setelah mengatakan itu di depan Ken, Roger dan Pete di ruang tunggu.
Ken meneteskan air matanya, "tidak, mengapa kau meninggalkanku," ia duduk lemas di kursi, hanya pandangan kosong yang terlihat di wajah Ken.
Rasa sesal begitu melekat, mengapa ia pergi ketika hari pernikahan mereka sudah dekat dan yang lebih menyedihkan adalah ia telah mencoba bermain judi mempertaruhkan Jesseli, Ken merasa ia tidak akan kalah dengan hal itu dan ia memang benar ia memenangkan itu namun Ken tak pernah menyangka jika ia harus melihat tunangannya yang terakhir kali setelah berpesta kecil itu, "andai saja, andai saja kita tak meminum bersama, pasti ini semua takkan terjadi, " Ken sungguh menyesal, penyesalan itu takkan pernah hilang sampai kapanpun.
Roger menyentuh pundak Ken yang terlihat kacau, "kita harus melihat Jesseli untuk yang terakhir kalinya," mendengar itu Ken berdiri dan memasuki ruang dimana Jesseli sudah tertutupi oleh selimut putih.
Ia membuka perlahan selimut yang menutupi wajah Jesseli, "kau meninggalkanku, kau bohong. Kau pernah berkata bahwa kau akan selalu di sisiku tapi apa ini? Kau bahkan meninggalkan ku terlebih dahulu," tangis Ken lemah.
Di sisi lain Grace membawa adiknya di ruang UGD akibat penyakit yang kambuh, tentu saja ia tadi terburu-buru meninggalkan Ken karena adiknya yang lebih membutuhkannya. Ia harus pulang ke apartemen dan menjemput Chris lalu membawa Chris kerumah sakit dengan secepat mungkin.
"Tenanglah Chris kau akan baik-baik saja," Kata Grace mengigit jari nya dengan panik. Seorang perawat pun memberi tahu bahwa Grace tak diperbolehkan memasuki ruang pemeriksaan, "Baiklah," Ia pun keluar dan menunggu di ruang tunggu.
Ia menyenderkan kepalanya di tembok, "tidak Chris kau pasti sembuh, kita sudah tidak punya ayah dan ibu jangan biarkan aku kehilangan mu," ia memejamkan matanya tak tahu dengan apa yang harus ia lakukan.
Masih di tempat yang sama,
Terlihat Pete yang keluar dari pintu karena ia ingin memberi ruang privasi terhadap Ken yang menangis di dalam, namun seketika mata Pete tertuju dengan satu gadis yang duduk di depan nya dengan mata terpejam "gadis itu," Pete segera masuk kembali dan memberitahu Ken.
"Ken," panggil Pete.
"Jangan ganggu Ken dahulu Pete," Roger menegur teman nya itu.
"Ken aku melihat gadis yang menabrak Jesseli," Pete mengucapkan kalimat itu, sontak Ken menatap Pete tak percaya, "oh ya? Dimana"
Tangan Pete menunjuk arah depan pintu, "disana, ia sedang duduk dengan mata terpejam," Mendengar itu Ken pergi meninggalkan ruangan itu, tanganya mulai membuka pelan gagang pintu.
Kini matanya hanya tertuju dengan satu gadis itu, hanya satu gadis itu yang ia tatap tak memperdulikan pemandangan lain, ia melihat gadis yang menabrak tunangan nya sedang duduk dengan mata terpejam, "kau ada disini rupanya," ia mulai melangkah pelan mendekati Grace.
Dengan perlahan Grace membuka pelan matanya, ia sungguh terkejut dengan pria yang ada di depan, parahnya pria itu menatap dengan tatapan seperti membunuh, "kau,"
"Yah ini aku.... tunangan dari gadis yang baru saja kau bunuh," tanpa mengurangi tatapan tajam itu bahkan saat berbicara.
"Dengar, aku juga tidak bersalah karena tunangan mu itu yang berjalan dengan ceroboh," ucap Grace berdiri dan membalas tatapan tajam Ken tanpa takut.
"Kau membunuh tunanganku tanpa rasa bersalah, katakan padaku aku harus berbuat apa denganmu sekarang, dasar gadis idiot," api amarah seperti sudah menyala di kedua mata Ken.
"Aku akan tanggung jawab, tenanglah aku akan berusaha membayar biaya pengobatan itu sebagai permohonan maaf ku," Grace tahu ucapan yang baru saja ia lontarkan akan membuat ia semakin pusing. Tapi tak apa ia tak ingin terlibat lebih dalam dengan pria itu.
Sejenak Ken menatap keindahan tubuh Grace, "aku menginginkan hal lain, jika hanya masalah uang aku bisa membayar biaya tunanganku sendiri,"
"Maksudmu?" Grace menatap bingung.
Ken menarik tubuh Grace dan memojokkan nya di tembok, "aku menginginkan kau menjadi istriku,"
Grace tertawa kecil, "hah? Jangan bermimpi ya.. aku mengerti bahwa aku ini cantik... tapi kau tidak bisa seperti itu," Grace mendorong Ken dengan sekuat tenaga.
Ken sungguh semakin tertarik dengan sifat arogan gadis itu, "siapa bilang aku menikahimu karena kau cantik, aku menikahimu karena aku ingin mematahkan seluruh tulangmu dengan perlahan,"
"Haiiyy haiyy haiiyy.... pernikahan tidak pernah sah jika salah satu diantara kita tak menyetujui. Lagipula siapa yang ingin menerima pernikahan mu, aku menolak itu,"
"Kau harus menikah denganku, atau aku akan membuat hidupmu tidur di penjara selama sisa umur hidup mu," bisikan itu sungguh romantis, namun Grace yang mendengar mampu membuat bulu kuduk nya merinding tak karuan. Ken tersenyum kecil melihat tingkah gadis di depannya itu.
__________________________
Follow my i* : Hes_Ree
•Entah Itu pria baik atau buruk , percayalah , seorang pria memiliki cara sendiri untuk memikat hati wanita •_______________________________________Mereka bertatapan mata cukup lama, Grace yang mencoba mencerna arti ucapan pria yang tak ia kenali itu, sedangkan Ken menatap Grace penuh kebencian di matanya."Maaf nona, adik anda diharuskan melakukan kemoterapi secepatnya jika ingin segera sembuh, " suara salah satu perawat yang mampu membuat Ken melepas tubuh Grace dan perawat itu pergi meninggalkan mereka berdua."Kemoterapi? Pasti itu mahal," Grace mengucapkan itu secara tak sadar jika di depannya ada sosok Ken yang masih bisa mendengar itu walau pelan, "lupakan soal membayar Jesseli tunanganku, kau membayar biaya adikmu saja tidak bisa," ejek Ken malah menghina dengan pedas di depan Grace."Kau dengar ya, aku mempunyai kekasih bernama Mario dan aku yakin
•Entah Itu pria baik atau buruk , percayalah , seorang pria memiliki cara sendiri untuk memikat hati wanita • _______________________________________ Mereka bertatapan mata cukup lama, Grace yang mencoba mencerna arti ucapan pria yang tak ia kenali itu, sedangkan Ken menatap Grace penuh kebencian di matanya. "Maaf nona, adik anda diharuskan melakukan kemoterapi secepatnya jika ingin segera sembuh, " suara salah satu perawat yang mampu membuat Ken melepas tubuh Grace dan perawat itu pergi meninggalkan mereka berdua. "Kemoterapi? Pasti itu mahal," Grace mengucapkan itu secara tak sadar jika di depannya ada sosok Ken yang masih bisa mendengar itu walau pelan, "lupakan soal membayar Jesseli tunanganku, kau membayar biaya adikmu saja tidak bisa," ejek Ken malah menghina dengan pedas di depan Grace. "Kau dengar ya, aku mempunyai kekasih bernama Mario dan aku yakin
merasa tak ada jawaban dari bibir grace, ken mengeluarkan selembar kartu nama di saku nya, "pikirkan ulang... jika kau setuju hubungi aku," ken menatap sebentar mata gadis itu lalu berbalik badan dan pergi meninggalkan grace. saat pria itu sudah benar-benar menghilang dari pintu grace membaca kartu nama itu, "kenzo jordanio, unik sekali namanya, astaga jadi dia ini orang kaya," ucap grace pelan setelah membaca kartu namanya dan melihat sosok pria itu adalah pemilik dari salah satu televisi swasta tersirat sebuah pemikiran di benak grace untuk menerima permintaan ken, namun bukan didasari dengan cinta melainkan materi, "tak apa aku menikah dengannya, mario tak perlu tahu itu lagipula kita tidak seranjang. dan aku akan mengambil seluruh uang pria itu dan setelah itu aku akan menikah dengan mario," grace mengambil lembaran uang dan atm, segera ia membayar seluruh biaya pengobatan chri ____***__
Sebenarnya persiapan pernikahan telah di mulai jauh-jauh hari sebelumnya, hanya saja yang membedakan adalah pengantin wanita saja.Ken bersama kedua temannya dan Grace menuju sebuah boutique gaun wanita, Ken mengambil kursi dan duduk dengan memandangi seluruh gaun-gaun putih itu, "baiklah kau bisa memilih Grace, terserah kau pilih yang mana," Ucap Ken.Yah anggap saja perlakuan itu itu adalah permulaan perkenalan bagi dia dan Grace, tentu saja selanjutnya Ken akan memperlakukan Grace seperti apa yang sudah ia rencanakan."Kelihatannya ini bagus Ken," Grace Menunjuk gaun putih tanpa lengan yang memiliki ekor di bagian belakang.Ken mulai mengangkat satu tanganya memanggil salah satu karyawan boutique menyuruh untuk membungkus dengan rapi gaun tersebut, Ken mulai berjalan di kasir membayar nya dengan sebuah ATM miliknya.Sesudah itu mereka kembali masuk ke dalam mobil, Ken yang men
Ken keluar dari kamar Grace membanting keras pintu itu dan berjalan menuju kamarnya, setiba ia di kamar terlihat laptop yang sudah berada di atas kasur , ia duduk di atas kasur dan membuka laptopnya"dasar jalang , paras mu memang cantik Grace justru itu aku takkan menyia-nyiakan kecantikan mu "Drt .. drt ..Dering ponsel Ken bergetar , ia melihat di depan layar tertulis nama ibunya ia pun mengangkat telepon itu "ada apa ibu ""Ken aku melihat Grace bukanlah wanita yang buruk ""Ibu kuharap jangan ikut campur , kumohon""Baiklah Ken terserah padamu tapi jangan pernah menyesal di kemudian hari, ibu takkan mengurusi hidupmu tapi ibu hanya mengingatkan""Baik ibu terimakasih"Ken mematikan pembicaraan singkat itu, membuang kasar ponsel itu di kasur " jalang sialan , bagaimana ibu bisa menyukai gadis
Kedua pria itu bersulang kecil dengan segelas minuman yang sudah terisi dengan cairan keemasan "aku pulang Roger " menepuk pundak Roger seperti biasa "jangan pulang dulu Ken , bukankah kau ingin membuat dia menangis " menahan pundak Ken sebentar.Pete yang hampir kewalahan menahan tubuh Grace yang selalu merontah kembali berjalan mendekatkan gadis itu pada Ken "Ken mau kau apakan istrimu ini , aku sudah tidak sanggup menahan nya lagi " Pete melepaskan tubuh Grace berganti Ken yang mengunci tangannya "kau lelaki brengsek Ken , kau mesum , kau menjijikan , lepaskan aku " teriak Grace masih dalam dekapan Ken."Kita lihat siapa yang lebih menjijikan nantinya" Ken mendorong tubuh Grace tepat di arah Roger "oohh rileks lah sejenak gadisku " sahut Roger yang menangkap tubuh nya dan mencolek dagu Grace "jangan pernah sentuh aku dengan tangan kotor mu itu bodoh " dengan berani gadis itu meludahi wajah Roger .Hal itu membuat emos
Jangankan untuk tidur dengan pria asing , tidur dengan suaminya saja Grace sama sekali tidak ingin melakukan itu, "tidak, bagaimana bisa aku menyerahkan mahkota ku dengan pria asing dan lebih asing dari Ken. Tidak, aku tidak menginginkan itu," batin Grace.Entah apa jadinya jika Mario mengerti bahwa ia sudah tidak perawan saat menikah dengan Mario."Mariooo tolong aku," teriak Grace.Mendengar nama itu Roger tertawa lucu, "Mario? Kau memanggil Mario? Kau harus dengar ini Grace, tak ada yang menolong mu karena Ken lah yang menyuruh ku untuk memperkosa mu," mungkin Grace mengerti bahwa pria yang kini berstatus suami itu akan menghancurkan hidupnya, namun Grace sungguh tak menyangka bahwa Ken sejahat itu menyuruh pria lain untuk tidur dengannya. Seakan itu adalah sebuah petir yang menyambar hati Grace, tak bisakah pria bernama Ken sedikit lebih baik daripada ini? Sehina ini kah arti dirinya dimata Ken?
Grace memasuki kamarnya, ia mengunci erat-erat kamar itu. Membanting semua perabotan yang ada di atas meja rias, "brengsek,"Seluruh tirai yang tergantung di atas jendela ia tarik begitu saja, membuang sprei dan bantal guling ke sembarang arah, "bisa-bisanya kau menyerahkan tubuhku pada teman mu Ken, apakah kau tak tahu betapa susahnya aku menjaga semua ini,"Gadis itu melepas seluruh pakaian yang ia kenakan dengan mengambil sebuah handuk di lemari, ia berjalan ke kamar mandi dan memutar kran air, "aku sangat menjijikan," walau Roger tidak berhasil mengambil keperawanannya tapi tetap saja pria itu menyentuh seluruh bagian sensitifnya, "aku harus menemui Mario, aku harus membicarakan semua ini kepada Mario," ucap Grace di dalam hati.Air mata yang berlinang membasahi kedua pipinya dan menjadi satu dengan guyuran air yang turun dari atas, Grace menoleh ke arah kaca melihat bercak merah di lehernya, sudut bibir