The Magic of Friddenlux
Episode 8"Nenek bilang padaku bahwa kita adalah keturunan penyihir. Kita keturunan penyihir Friddenlux. Kata nenek kita bukan manusia biasa," kata Audrey yang serius kepada Andrew.
"Memangnya penyihir itu ada? Maksudku yang berbadan hijau, hidung panjang, memakai topi lancip dan sapu terbang itu?" tanya Andrew.
"Bukan. Kata nenek kita adalah keturunan penyihir ksatri. Jadi kita keturunan penyihir tipe petarung garis depan," jawab Audrey.
"Audrey menurutmu ini masuk akal?" tanya Andrew sambil memegang bahu Audrey.
"Entahlah aku tidak mengerti apa-apa, kita juga tidak punya petunjuk lebih soal ini," jawab Audrey.
"Kata nenek juga, nanti akan ada dua golongan penyihir yang mencari kita. Pertama adalah penyihir yang menginginkan darah kita sebagai pengorbanan dan yabg kedua adalah penyihir yang ingin melindungi kita," sambung Audrey.
"Apa maksud kamu zombie ini ada hubungannya dengan perkataan nenek?" tanya Andrew.
"Bukan cuman ini. Kau ingat saat aku berteriak mengira ada hantu di kamar mandi," kata Audrey.
Andrew mengangguk. Dengan lebih serius ia sampai mengangkat kedua kakinya. Ternyata masalah ini bukanlah masalah yang sepele.
"Waktu itu, hantu itu muncul dari cermin. Ia berkata bahwa aku adalah keturunan Johanson, katanya masa kejayaan kita sudah berakhir. Dan sekarang waktunya untuk melayani mereka," sambung Audrey.
"Jadi masalah ini ada 3 dan itu semua berhubungan?" tanya Andrew.
"Apa yang akan terjadi pada kita setelah ini? Semuanya masih menjadi misteri," ujar Audrey.
"Audrey bagaimana kalau kita ke perpustakaan kota saja? Aku rasa kita akan mendapatkan lebih banyak informasi tentang sihir dan penyihir. Iya atau tentang zombie," kata Andrew.
"Iya boleh, besok saja sepulang sekolah. Aku akan izin bekerja dari Nail," balas Audrey.
Kemudian Audrey pergi ke kamarnya. Sedangkan Andrew memeriksa kembali pintu dan jendela rumah. Setelah semua pintu dan jendela aman, Andrew pergi ke kamarnya.
Di kamarnya, Audrey belum bisa tidur. Ia masih memikirkan diskusinya dengan Andrew tadi. Audrey memikirkannya sambil tiduran di kasur dan memegang ponselnya.
Tiba-tiba saja ia mendengar suara yang aneh. Dan ia terasa ada air yang menetesinya dari langit-langit. Saat ia menoleh ke atas. Ternyata zombie itu hendak menyerang Audrey.
"Kyaaa!" teriak Audrey yang spontan terjatuh dari kasurnya.
Zombie itu merayap di langit-langit kamar Audrey. Dengan wajah yang mengerikan ia terbalik dari hadapan Audrey. Dengan gemetaran, Audrey perlahan mundur dengan posisi merangkak.
Tidak lama kemudian, ada cahaya yang sangat tajam yang menyinari mata zombie itu. Zombie itu pun terjatuh dan mengusap-usap matanya.
Ternyata Andrew yang datang karena mendengar teriakan Audrey. Ia datang membawa senter dan stik golf. Saat zombie itu sedang sibuk mengatasi matanya yang sedang silau. Andrew langsung memukul kepala zombie itu dengan stik golf, hingga zombie itu kesakitan.
Melihat zombie itu yang kesakitan, Audrey tidak sengaja meneteskan air matanya. Ia langsung memeluk Andrew dan menangis di pundak sang adik.
Perlahan zombie itu terkikis bagaikan pasir yang terkena ombak. Dan bekas kikisan itu berubah menjadi debu yang berterbangan. Kali ini Andrew dan Audrey telah membunuh satu zombie.
Andrew memapah Audrey turun ke lantai satu. Andrew tidak bisa membiarkan Audrey tidur di kamarnya. Sekarang zombie itu mulai masuk ke dalam rumah. Padahal sudah beberapa hari ini mereka tidak menyerang Audrey dan Andrew.
"Duduklah, akan aku ambilkan minum," kata Andrew.
Audrey yang bertatapan kosong karena syok pun duduk. Gemetaran yang ia rasakan belum hilang. Mungkin itu karena pengaruh serangan zombie yang tiba-tiba kepada Audrey.
Kalau saja Andrew tidak cepat datang. Mungkin telah terjadi sesuatu dengan Audrey saat ia di kamarnya.
"Minum lah," kata Andrew sambil memberikan satu kaleng jus dari kulkas.
"Kau datang karena mendengar teriakanku?" tanya Audrey sambil menyambut jus kaleng dari Andrew.
"Iya. Memangnya apa lagi yang bisa membuat kau berteriak tiba-tiba," jawab Andrew.
"Makasih. Adik yang sigap," ucap Audrey.
"Iya mau bagaimana lagi. Kan kita tinggal berdua saja. Jadi kita harus saling menjaga," ujar Andrew yang tersimpu malu sehabis dipuji oleh kakaknya.
Setelah itu Audrey tidur di sofa, ia menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut, hanya wajahnya saja yang tidak tertutup. Sedangkan Andrew tidur dengan posisi duduk di lantai dan bersandar di kaki sofa.
Andrew sengaja seperti itu supaya tidurnya tidak nyenyak. Jadi kalau sewaktu-waktu zombie itu muncul, ia bisa langsung menyerangnya.
Dalam mimpinya, Audrey kembali didatangi oleh neneknya. Kali ini ia mencoba tidak melawan. Sehingga perjalanan ke alam mimpinya menjadi lebih muda.
Di ujung jalan, Audrey telah melihat seorang sosok yang telah menunggunya. Tak lain dan tak bukan itu adalah neneknya, Ashley Jo.
"Hai Audrey," panggil Ashley.
"Nenek!" seru Audrey sambil memeluk neneknya.
"Kali ini lebih mudah membawamu, kau pasti sudah tahu ya," kata Ashley.
"Kan nenek sudah beritahu," ujar Audrey.
"Maafkan nenek tidak bisa menemanimu lebih lama lagi ya Audrey," kata Ashley dengan nada sedih.
"Tidak apa-apa nek. Aku dan Andrew bisa mengatasi semua permasalahan yang datang pada kami. Soal biaya hidup juga, Bu Ursey telah memberikan kami uang bulanan, biaya pendidikan kami juga beasiswa, jadi nenek tidak perlu khawatir," ungkap Audrey.
"Begitu ya. Sangat bersyukur nenek bisa punya cucu yang pintar dan dewasa," ucap Ashley sambil mengelus kepala Audrey.
"Nek, kami telah diserang oleh zombie. Sudah beberapa kali, tadinya kupikir memang ada virus zombie yang menyebar seperti di film-film. Tapi ternyata bukan, zombie itu hanya mengejar aku dan Andrew," kata Audrey.
"Dari mana kau tahu kalau zombie itu hannya menyerang kalian berdua?" tanya Ashley.
"Kalau memang sedang ada virus zombie. Pasti pemerintah tidak akan diam, pasti mereka sudah memperingati semua orang, pasti juga akan ada berita dimana-mana mengenai zombie. Tapi semuanya itu tidak ada. Zombie itu hanya mengejar aku dan Andrew. Bahkan sebelum tidur aku diserang oleh zombie itu di kamar," jawab Audrey.
"Apa kalian takut?" tanya Ashley.
"Entah lah nek, dari pada takut. Kami sekarang sedang bingung. Apa yang terjadi pada kami? Kenapa zombie itu menyerang kami? Apa yang mereka incar dari kami? Semua pertanyaan itu bergeming di kepalaku dan Andrew," jawab Audrey.
"Hadapilah semampu kalian, sembari menunggu perlindungan," kata Ashley.
"Perlindungan? Perlindungan dari siapa nek?" tanya Audrey sambil mengerutkan alisnya.
"Mereka pasti akan segera datang. Karena portal Rou semakin melebar, mereka juga sudah mulai menyerang manusia," jawab Ashley.
"Rou? Siapa Rou? Apa dia yang nenek bilang yang akan melindungi kami?" tanya Audrey tambah kebingungan.
"Rou itu zombie yang menyerang kalian," jawab Ashley.
"Haa? Jadi namanya Rou? Tunggu! Jadi semuanya ini memang benar. Memang ada hubungan antara zombie itu, hantu yang di cermin dan pesan nenek?" tanya Audrey sambil menghadap ke Ashley.
"Hantu yang di cermin?" tanya Ashley.
"Iya nek, beberapa waktu yang lalu, saat aku sedang menyikat gigiku. Tiba-tiba saja ada hantu yang muncul di cermin dan mengatakan sesuatu," jawab Audrey.
"Apa katanya?" tanya Ashley dengan tatapan tajam.
"Katanya, wahai keturunan Johanson, masa kejayaanmu telah usai, dan kini saatnya kamu melayani kami," kata Audrey dengan polos.
"Audrey cepat cari mereka yang dari Friddenlux. Kalian sudah tidak ada waktu lagi. Temukan segera mereka!" seru Ashley.
"Apa nek? Kami harus temukan siapa? Nek nek?" tanya Audrey pada Ashley yang perlahan menghilang.
The Magic of FriddenluxEpisode 9Kringg...Suara dering dari jam weker.Suara nyaring membuat Andrew dan Audrey terbangun. Andrew yang sama sekali tidak tidur dengan benar. Ia tidur dalam posisi duduk, mulai membuka mata dan melihat cahaya matahari."Andrew, kau tidur seperti ini semalaman?" tanya Audrey.Andrew pun menganggukan kepalanya. Kini ia memijat lehernya karena pegal, tidur dengan posisi duduk semalaman. Dengan leher yang selalu menunduk, tentu saja itu membuat leher pegal."Kau ini, jangan seperti itu," kata Audrey langsung menarik tangan adiknya agar duduk di depannya.Audrey pun sebagai kakak yang baik, ia tidak tega melihat adiknya yang harus merasakan tidak nyaman karena lehernya pegal. Ia memijat leher Andrew dengan sangat lembut tapi sangat terasa."Pijatan ini seperti pijatan tangan nenek," kata Andrew."Oia ngomong-ngomong tentang nenek. Tadi malam aku bermimpi nenek mendatangiku lagi," ujar Audrey."Oia
The Magic of FriddenluxEpisode 10"Andrew!" seru Audrey yang berlari ke arah Andrew."Kenapa kau lama sekali?" tanya Andrew."Iya maafkan aku, tadi guru memanggilku dan memintaku membantu menyusun laporan. Ku pikir sebentar, ternyata memakan cukup waktu juga," jawab Audrey."Sudahlah ayo pergi, sebelum hari semakin sore," kata Andrew.Audrey mengangguk dan mereka berangkat dari gerbang sekolah. Tapi saat Audrey melangkah, tiba-tiba ia menabrak Xavier yang sedang berjalan bersama Julian dan ia terjatuh ke tanah."Audrey!" seru Andrew sambil membantu Audrey bangkit."Hei kau minta maaf, kau menabraknya," kata Andrew pada seseorang yang menabraknya."Hei, kakakmu lah yang menabrak dia. Kenapa kau menyuruh dia? Kakakmu lah yang seharusnya meminta maaf," ujar Julian dengan tegas."Apa? Berani-beraninya kau..""Andrew sudah lah, bukankah tadi kau bilang kita harus segera berangkat?" kata Audrey yang memotong perkataan Andrew.
The Magic of FriddenluxEpisode 11"Sihir?" tanya Audrey dengan tampang polosnya."Iya, kita melupakan sesuatu Andrew, nenek pernah bilang kalau kita keturunan penyihir kan. Kenapa kita tidak mengingatnya?" tanya Audrey sambil terkejut."Kalau tau begitu, seharusnya kita mencarinya mulai dari kata sihir," kata Andrew."Andrew, kita harus melihat isi dari jurnal Ayah," ujar Audrey, dan Andrew pun mengangguk.Audrey dan Andrew pun mulai berjalan perlahan mendekati buku sihir milik ayah mereka, Axel Jo. Tapi apa yang mereka lihat hanyalah kertas kosong.Audrey dan Andrew tampak kebingungan. Mereka sama-sama mengerutkan alis. Mereka pikir semua jawaban yang mereka cari ada di dalam buku jurnal Ayahnya. Tapi ternyata itu hanyalah sebuah buku kosong yang sudah tua dan usang.Sementara itu, di Friddenlux. Xavier dan Julian sedang berlutut menghadap Raja Sihir Friddenlux, Xion Killman. Beliau tak lain adalah ayah dari Xavier Killman."Semog
The Magicof FriddeuxEpisode 12Sudah beberapa jam Audrey dan Andrew mencari cara untuk mengetahui isi dari jurnal milik Axel Jo. Tapi mereka tidak menemukan apa-apa. Akhirnha mereka tertidur karena kelelahan.Angin malam berhembus kepada mereka. Kini perpustakaan telah benar-benar sepi. Yang ada hanya mereka berdua yang tertidur di ruang baca.Tiba-tiba terdengar suara buku menutup dengan cepat dan membuat Audrey dan Andrew terbangun.Zwwiinngg..."Andrew, ternyata sudah malam," kata Audrey membangunkan Andrew.Andrew pun membuka matanya perlahan. Angin malam yang berhembus semakin kencang. Audrey memegang lengannya untuk membuat tubuhnya hangat."Jadi ini, buku keluarga Johanson," terdengar suara yang serak berbicara di dekat telinga Audrey.Mata Audrey sontak melotot. Ia melirik ke arah suara itu terdengar. Terlihat sebuah senyum yang lebar dengan giginya yang putih bertaring.Audrey langsung terkejut dan ketakutan. Ia lang
The Magic of FriddenluxEpisode 13"Apa kita sudah aman?" tanya Audrey."Audrey, kita harus cepat pergi dari sini. Kita akan kehabisan oksigen, disini tidak ada celah," kata Andrew."Iya iya aku tahu, tapi bisakah istirahat sebentar, aku sangat lelah," balas Audrey sambil duduk."Oh ayo lah Audrey, kita akan istirahat disaat sudah aman," kata Andrew sambil menarik tangan Audrey.Andrew dan Audrey menyusuri gedung yang baru saja mereka masuki. Gedung tua ini ternyata tidak ada penghuninya. Tapi tidak ada jalan keluar selain rooftop dan pintu depan.Audrey dan Andrew mendobrak beberapa pintu di gedung itu, mereka sedang mencari tempat bersembunyi dari pasukan Rou dan Clint."Audrey kita harus keluar, benar-benar harus keluar dari sini," kata Andrew yang menarik tangan Audrew dan berjalan lebih cepat."Tapi bagaimana jika Rou dan Clint ada di depan?" tanya Audrey."Kita hadapi, apapun yang ada di depan," jawab Andrew sambil membe
The Magic of FriddenluxEpisode 14Perlahan Audrey mulai membuka mata. Ia tersadarkan karena hembusan angin dan rumput yang bergoyang. Dengan posisi terbaring, Audrey mulai memerhatikan sekelilingnya."Apa ini? Dimana aku? Dimana Andrew?" tanya Audrey dengan suara pelan.Masih dengan posisi yang sama, Audrey teringat bahwa mereka baru saja dikejar oleh pasukan Rou, yang ia dan Andrew kira selama ini sebagai zombie.Audrey masih melirikan matanya untuk mencari dimana Andrew. Tapi yang ia lihat adalah Clint. Audrey tidak menyerah, ia tetap menggerakkan matanya untuk mencari Andrew.Setelah mencari Andrew dengan hanya meliriknya dengan posisi terbaring. Audrey berhasil menemukan Andrew yang tak sadarkan diri. Andrew sedang terikat pada sebuah kayu pohon besar.Melihat Andrew yang tidak tersadarkan diri, membuat Audrey melotot. Ia langsung bangkit dengan tangan yang terikat."Lepaskan adikku!" teriak Audrey."Cepat juga kau
The Magic of FriddenluxEpisode 15"Sedang apa kalian? Menghajar seorang wanita?" tanya seseorang yang baru saja datang menyelamatkan Audrey.Orang yang datang menyelamatkan Audrey adalah Xavier Killman. Seorang pangeran Friddenlux yang sudah sewajarnya datang ketika ada seseorang yang mencoba merusak tanahnya.Xavier menggendong Audrey, ia memandangi wajah Audrey yang penuh luka di sekujur tubuhnya. Kemudian Xavier memandangi Andrew yang sedang tidak sadarkan diri di sebuah pohon kayu besar.Xavier teringat kepada wajah Audrey dan Andrew. Ia sadar bahwa Audrey dan Andrew adalah teman sekolahnya yang sering mendapatkan masalah di sekolah.Xavier sedikit terkejut. Karena ia tidak menyangka bahwa ada pasukan Rou yang membawa Audrey dan Andrew ke tanah suci di Friddenlux."Apa yang kalian lakukan di tanah suci ini?" tanya Xavier dengan tatapan tajam."Cih ada penghalang yang tiba-tiba saja datang, kau mengganggu saja," jawab Clint yang tidak
The Magic Of FriddenluxEpisode 16Pagi itu, Audrey membuka matanya. Audrey melihat ke sekelilingnya, banyak barang-barang asing disekitarnya. Audrey terbangun di sebuah kamar yang besar. Banyak barang-barang mewah di kamar dan itu membuat Audrey bingung.Audrey memaksakan dirinya untuk bangkit dari tempat tidurnya. Dengan posisi duduk di kasur, Audrey memegang pundak nya. Rasa sakit dan nyeri masih sangat terasa di tubuhnya. Hal itu dikarenakan Audrey memaksakan bertarung, padahal Audrey belum mempunyai dasar bertarung."Aku dimana? Apa aku berhasil dibawa oleh Clint? Haah, Andrew dimana? Aku harus mencarinya sekarang," kata Audrey.Kemudian Audrey membuka selimut yang membungkus tubuhnya. Ia perlahan menurunkan kakinya ke lantai. Disaat Audrey mencoba untuk berdiri, ia malah terjatuh karena tubuhnya belum kuat."Tubuhku, ada apa dengan tubuhku? Aku harus bisa, aku harus kuat," kata Audrey meyakinkan dirinya.Lalu Audrey kembali bangki