Kelopak mata itu bergerak perlahan, disusul dengan gerak jari yang lemah. Gadis yang tidak sadarkan diri selama dua hari itu perlahan membuka kelopak matanya, cahaya yang masuk ke dalam matanya membuatnya silau. Keana menutup matanya dan kembali membukanya.
Bola mata Keana bergerak, memindai sekitarnya yang tampak putih. Mungkin inilah yang membuat matanya silau ketika pertama kali membuka matanya. Keana juga merasakan berat di tangan kanannya, ketika ia menurunkan pandangannya ia menemukan sebuah kepala yang menghimpit tangannya. "Arthur?"
Arthur membuka matanya ketika mendengar suara lemah yang memanggilnya, dan betapa terkejutnya ia melihat Keana yang telah sadarkan diri. "Keana! Keana sudah bangun." Arthur berdiri dan mendekat ke arah kepala Keana seraya menekan tombol untuk memanggil dokter.
Arthur tidak dapat mengekspresikan rasa senangnya ketika Keana bangun, jadi ia hanya bisa memandang lekat Keana seraya menunggu dokter datang. Beberapa menit kemudian dokt
Sidang baru saja selesai dan Emilia terlihat dendam sekali dengan Keana, sesuai dengan keputusan hakim, Emilia dijatuhkan hukuman 15 tahun penjara karena percobaan pembunuhan yang ia lakukan. Kaki tangannya juga mendapat hukuman karena telah membantunya.Keana yang hadir dengan kursi roda cukup menyita perhatian, orang tua Emilia yang mengetahui anaknya yang melakukan percobaan pembunuhan juga terkejut. Sekarang Emilia akan dibawa ke rumah tahanan."Keana baik-baik saja?" tanya Arthur, ia jelas melihat wajah tidak nyaman Keana saat Keana beradu pandang dengan Emilia, dimulai sejak Keana datang ke sini hingga sidang ini selesai.Keana mengangguk pelan. Meski ia masih agak trauma, tapi ia tidak mau membebani Arthur. "Ya, aku baik-baik saja."Arthur berjongkok di hadapan Keana agar ia sejajar dengan Keana yang duduk di atas kursi roda. "Keana jangan takut, ya? Setelah ini aku akan menjaga Keana dengan sepenuh tenaga. Aku tidak akan membiarkan hal buruk terjadi p
Wajah Emilia telah penuh dengan cairan anyir berwarna merah, darah. Semenjak tadi Emilia terus menjerit sakit karena pisau itu yang terus saja tanpa henti melukai wajahnya. Arlan benar-benar menepati ucapannya jika ia akan membuat Emilia merasakan dua kali lipat dari yang Keana terima."Jadi, kau juga mencambuknya setiap hari?" Arakan berdiri lalu mengambil sebuah rotan panjang yang berada di sudut ruangan ini. "Kau bilang sepuluh kali, bukan? Kalau begitu kau akan mendapatkan dua puluh kali."Emilia menggeleng lemah ketika Arlan mendekat ke arahnya. "Tidak, jangan lakukan itu. Ku mohon. Tolong kembali aku ke polisi, aku akan menjalani hukumannya." Bagi Emilia lebih baik ia di penjara dari pada harus menjalani kesakitan dari pria gila di depannya. Well, sepertinya Emilia tidak sadar jika dirinya juga sama-sama gila."Apa? Menyerahkan mu ke polisi?" Arlan meraba tekstur rotan itu. "Hukuman di penjara terlalu ringan untukmu. Ka
Seperti yang telah mereka sepakati mereka akhirnya tinggal di rumah Angelina untuk sementara waktu, sekarang Keana sedang bersiap-siap untuk keluar dari rumah sakit. Perban yang melingkari tangannya sudah diganti oleh dokter dan Keana juga sudah mengganti pakaiannya dari baju pasien ke baju ganti yang sudah dibawa oleh Jack."Apa Keana bisa berjalan?" tanya Arthur kepada Keana, ia membantu Keana berdiri dan memapahnya. Barang-barang Keana sudah di masukan ke dalam sebuah tas dan Jack sudah memasukannya ke dalam mobil.Keana mengangguk. "Aku bisa berjalan, kau tidak harus membantuku setiap saat." Keana mengeluh Arthur memang perhatian kepadanya, tapi ini berlebihan. Kakinya sudah baik-baik saja.Arthur menatap kaki Keana. "Benarkah?" tanyanya lagi. Hal ini membuat Keana jengah. "Apakah tidak sakit? Kalau sakit aku akan mengambil kursi roda.""Benar, tidak apa-apa. Aku bisa berdiri." Keana melepaskan pegangan Arthur dan berdiri dengan tegak. Memperlihatkan diri
"Apakah kau sudah merasa lebih baik, Keana?" tanya Arlan. Ini adalah kesempatannya berbicara banyak dengan Keana mengingat tidak ada Arthur di sini. Beberapa saat yang lalu Arlan telah menelepon Keana di depan rumahnya karena Arlan pikir Keana pulang ke rumahnya, tapi ternyata Keana tidak pulang ke sana.Keana mengangguk. "Ya, aku sudah merasa lebih baik. Aku hanya perlu sesekali ke rumah sakit untuk memeriksa ini." Keana menunjukkan pergelangannya tangannya."Tapi, kenapa kau tinggal di sini Keana?" Hal ini sudah mengganjal dalam pikiran Arlan sejak ia datang ke rumah Keana dan tidak menemukan Keana di sana.Keana menggaruk tengkuknya, tidak yakin juga untuk menceritakannya. "Seperti yang kau tahu Emilia menghilang, kita tidak tahu ia dimana ia sekarang bisa saja ia kabur. Jadi Jack menyarankan aku tinggal di sini karena lebih aman.""Oh, iya. Dia menghilang ...." Ya, menghilang karena berada di markasnya. Ternyata mereka berpikir jika Emilia melarikan
Setelah sembuh dari lukanya, Keana kembali melakukan aktivitasnya seperti biasa. Ia juga sudah pindah kembali ke rumahnya dengan Arthur. Sekarang Keana menjadi lebih tenang dan hidupnya kembali berjalan lancar dari masalah yang ada. Seperti sekarang, mereka tengah berjalan-jalan di tepi pantai sepulang bekerja."Ah, segarnya." Keana merentangkan kedua tangannya kemudian menghirup udara yang menghantam tubuhnya, Arthur menatap Keana yang lebih dulu berjalan beberapa langkah di depannya.Arthur tersenyum kecil. "Apakah Keana senang?" tanyanya. Seperti janjinya mereka kembali ke pantai setelah sembuh.Keana membalikan badannya agar bisa menatap Arthur dengan leluasa. "Tentu saja. Di sini sangat menyenangkan dan lebih menyenangkan bersama orang yang kau cintai.""Aku senang jika Keana senang, bagaimana kalau kita-akh." Tiba-tiba saja Arthur jatuh terduduk seraya memegangi dadanya yang sakit, kali ini jauh lebih sakit dari yang biasanya hingga Arthur tidak d
Jeff menatap satu persatu tabung-tabung setinggi dua meter yang berada di dalam ruangan itu, setiap tabung itu berisi sesuatu yang merupakan bahan percobaan dan penelitiannya. Ada berbagai macam di dalamnya, mulai dari hewan bahkan manusia pun ada. Beberapa tampak seperti janin. Itulah yang membuat Jeff dijuluki ilmuan gila.Yang pastinya semua yang berada di sini tidak mendapatkan izin dari pemerintah, ia melakukan penelitian ilegal. Orang-orang hanya tahu jika ia melakukan penelitian biasa. Tidak peduli jika itu membahayakan manusia atau tidak, yang penting ia mencapai tujuannya.Pintu terbuka.Jeff menatap Erwin yang baru saja masuk, Erwin terlihat tergesa-gesa berjalan ke arahnya. "Pak, aku menemukan sesuatu yang luar biasa."Jeff memandang Erwin, menunggu perkataan pria itu selanjutnya. "Apa?" tanya Jeff penasaran. Apakah Erwin terlihat sangat terkejut dan juga senang, seolah menemukan hal yang sudah lama mereka cari.Erwin menarik napa
Seperti yang dikatakan oleh Jack, mereka perlu 2 jam sebelum akhirnya sampai pada pantai tujuannya. Sekarang mereka tinggal menurunkan barang-barang dari mobil yang Jack parkirkan di tempat parkir yang telah di sediakan."Keana dan Angelina, kalian bawa saja tendanya. Benda berat lainnya biar kami yang bawa." Jack mengambil tas-tas yang berisi barang-barang yang mereka butuhkan, begitu juga dengan Arthur.Keana mengambil satu tenda sedangkan tenda lainnya dibawa oleh Angelina, Keana memandangi sekitarnya yang memang sepi, hanya ada beberapa pengunjung yang sepertinya tidak akan berkemah seperti mereka mengingat hanya mereka yang akan mendirikan tenda."Keana, ayo." Suara Angelina mengalihkan perhatian Keana."Ah, iya." Keana mendekat kepada Angelina seraya membawa tenda yang seharusnya mereka dirikan.Keana meletakan tenda yang masih berupa gumpalan itu ke tanah. "Kita akan mendirikannya d
Malam telah tiba langit yang awalnya berwarna biru cerah kini digantikan oleh warna hitam, tidak lupa dengan kelap-kelip bintang yang menghiasi langit malam. Di tambah dengan bulan yang menggantung indah.Mereka berempat menikmati pemandangan lautan, Jack memetik gitar yang ia bawa menyanyikan lagu-lagu yang sekiranya ia hafal. "Hei, bukankah saatnya kita memanggang sosis?" cetus Jack, ia meletakan gitarnya.Api unggun yang berada persis di depan tenda menjadi penerangan ketika mereka berkumpul, sebenarnya api unggun ini tidak menjadi satu-satunya penerangan karena di dalam tenda juga telah di sediakan lampu cas."Sekarang? Baiklah, udara juga terasa dingin kita harus memakan sesuatu yang hangat." Angel menyahut. "Jack, bisakah kau mengambil pemanggang yang berada di dalam tenda?""Oke." Jack berlalu untuk mengambil pemanggang yang dimaksud."Arthur dan Keana, kalian bisa mengambil bahan makanan karena aku akan menyiapkan apinya.""Baik, kam