Share

Bab 12 : Mangsa

"Saya harus kembali ke ruang Laboratorium, Sati masih ada disana." Hans harus membawa Sati untuk pergi bersamanya, membawa kehidupan menjadi lebih berarti.

"Saya akan mengikuti profesor, kita harus segera keluar dari rumah sakit ini." Akhirnya Ronald menemukan manusia normal lainnya dan berusaha keras agar tidak berpisah, karena dalam fikirannya semangkin banyak manusia normal maka semangkin besar peluang untuk hidup.

"Kita harus bergegas dokter Ronald." Hans berusaha bangkit dari duduknya.

"Tapi kondisi profesor masih tidak baik?" Ronald melihat wajah Hans kesakitan saat berusaha bangkit berdiri.

"Saya tidak apa-apa, ikuti saya."  Perlahan Hans berjalan menuju ke arah laboratorium dengan disertai Ronald. Rasa sakit tidak lagi dirasakan, tidak sebagai penghenti melakukan kegiatan yang memang harus dilakukan.

Ronald dan Hans pergi ke ruang Laboratorium untuk menjemput Sati, dengan waspada mereka berusaha tidak menimbulkan bunyi dalam melangkah yang dapat mengundang manusia terinfeksi. Menaiki anak tangga dengan terburu-buru dan tidak memikirkan apakah ada suara yang ditimbulkan dari langkah jejak kaki karena harus berpacu dengan nyawa diri sendiri. Beranggapan tempat yang dijalani ruang tertutup jadi menyimpulkan bahwa suara akan teredam dan tidak terdengar ke luar. Ketika Hans dan Ronald sampai di tangga lantai empat, manusia terinfeksi mutan mendobrak pintu lantai satu. Dengan ganasnya pintu terlepas dan terpental membentur ke arah dinding.

BRUGGG!!!!! 

Hans menghentikan langkahnya dan melihat apa yang terjadi di bawah, Ronald yang melihat kejadian itu mengajak Hans untuk berlari lebih cepat karena takut disusul oleh manusia terinfeksi mutan. Manusia terinfeksi mutan terus mengejar dengan langkahnya yang berat dan suara geramannya yang sangat kuat.

Arrrrrr Arrrrr Arrrr!!!!! Berburu mangsa yang ada di depannya dan tetap fokus pada tujuannya. 

Ronald terpeleset karena terburu-buru, dan dibantu berdiri oleh Hans.

"Aghh..!!" 

"Dokter Ronald kamu tidak apa? Ayo cepat kalau tidak kita akan tersusul."

"Iya profesor."

Hans membuka pintu lantai lima dan berlari dengan cepat meninggalkan Ronald yang juga berlari dibelakangnya ke ruang laboratorium,

"Sati!!!!" Suara yang tidak asing memasuki ruangan berteriak keras membuat Sati terkejut.

" Ada apa Hans!" Sati juga ikut berteriak karena mendengar suara nada keras dari Hans, 

"Kita harus segera pergi dari sini Sati." Hans berjalan dengan buru-buru mengambil tas ranselnya dan mengambil beberapa sampel dari ruang pedingin penyimpanan. 

"Lalu bagaimana dengan Reno?" Mematikan terapi suara yang sudah direkam di Smartphone Hans.

"Tinggalkan dia, kita sudah tidak punya banyak waktu lagi Sati." Hans tanpa sadar menggendong menurunkan Sati yang duduk di atas meja penelitian laboratorium.

"Hans" Sati merasa sedikit keberatan dengan keputusan yang diambil oleh Hans.

"Kamu bisa berjalan Sati?" Berbicara dengan nada lembut, berbeda dengan sikap di awal saat masuk ruangan. Karena Hans sangat tahu Sati harus dilembuti.

"Bisa."

"Bagus, ayo kita bergerak." Hans berjalan menuju pintu laboratorium.

Dari arah luar terdengar suara menggeram yang sangat kuat.

"Aaaarrrrr...... Arrrrr..... Arrrrr......"

Ronald mengintip dari balik pintu, matanya terbelalak melihat manusia terinfeksi mutan yang sudah keluar dari pintu darurat lantai lima.

"Profesor itu dia."

Hans mengajak Sati mendekat ke arah pintu, dan mengintip ke arah lorong pintu lantai lima. Sati yang melihat bentuk makhluk itu terkejut.

"Makhluk apakah itu?" Berkata pelan tapi masih terdengar di telinga.

"Tidak ada waktu menjelaskan Sati, kita harus keluar dari rumah sakit terlebih dahulu."

"Apa rencana kita profesor." Ronald bertanya rencana apa yang harus dijalankan agar terbebas dari bahaya yang mengancam.

"Kita akan ke parkiran bawah, kita naik mobil saya. Jika kita keluar dari sini dengan berlari kita pasti akan tersusul lagi oleh makhluk itu." Hans menjelaskan rencana sederhana yang akan dilakukannya.

"Tapi suara mesin mobil akan mengundang manusia terinfeksi lainnya untuk mengejar kita?" Sati sangat khawatir akan dikepung oleh manusia terinfeksi.

"Kita tinggal menabrak mereka Sati." Akal logika Hans tidak lagi mampu berfikir jernih, di dalam fikirannya hanya ada bagaimana cara untuk selamat dan tetap hidup. 

"Tapi mereka masih..." Perkataan Sati terputus oleh Ronald yang merespon ide Hans. 

"Saya akan mengikuti rencana profesor."

Sati melihat Reno yang terbaring dengan kaki dan tangan terikat di meja penelitian, sangat berat hati Sati untuk meninggalkan Reno di ruang laboratorium sendirian dalam keadaan terikat. Hati nurani Sati masih berjalan dengan semestinya, jika benar Reno sudah hampir sembuh akan berbahaya baginya jika bertemu makhluk itu tanpa melakukan perlawanan. Sati berlari menghampiri Reno dan melepas ikatan yang ada di tangan kiri.

"Sati apa yang sedang kamu lakukan?" Hans terkejut dengan yang dilakukan Sati.

"Saya harus melepaskannya Hans." Berusaha melepas ikatan di kaki.

"Tidak ada waktu, cepat kita harus pergi dari sini." Hans mengajak Sati untuk cepat pergi bersamanya.

Sati merasa bimbang melepaskan ikatan Reno atau pergi berlari bersama Hans.

"Sati ayolah." Hans menggerakkan tangannya mengajak Sati untuk segera bergegas berada di sampingnya.

Akhirnya Sati meninggalkan Reno dan menggagalkan niat baiknya untuk melepas semua ikatan. Sati berlari untuk berada di dekat Hans, dalam situasi seperti ini membuat kaki Sati menjadi lebih sehat. Mungkin karena motivasi untuk bertahan hidup yang kuat.

Dari arah luar ruangan manusia terinfeksi mutan memasuki setiap ruangan yang ada untuk mencari keberadaan Hans dan Ronald. Sesekali terdengar suara barang yang dilemparkan karena mungkin menghalanginya dalam proses pencarian.

Arrrrrrrr....!!!!! Arrrrrr.....!!! Arrrrrr.....!!!

Baaaggg!!!!!! Bruggggg!!!!!!!

Bag... Bag... Bagg... Terdengar suara langkah kaki yang berukuran sangat besar dari manusia terinfeksi mutan.

"Dalam hitungan ketiga kita ke luar dan langsung berlari menuju tangga." Hans memberikan komando untuk memulai pelarian.

"Baik profesor." 

"Satu..... Dua..... Tiga....." Dalam hitungan ketiga semua keluar dari ruangan laboratorium.

Hans, Ronald dan Sati berlari dengan kencang ke tangga darurat melewati ruangan yang ada manusia terinfeksi mutan. Berlari dengan terburu-buru menuruni anak tangga, manusia terinfeksi mutan yang mendengar suara jejak langkah berlari langsung dengan semangat menyusul ke arah Hans, Ronald dan Sati . Berlari dan terus berlari seperti kompetisi lomba lari atau permainan lari-larian sewaktu kecil, yang tertangkap akan mendapatkan hukuman dari yang menangkap. 

"Ayo cepat...!!!! Cepat....!!!!!" Ronald yang berlari paling belakang menyuruh untuk berlari lebih cepat. Karena merasa  manusia terinfeksi mutan hanya hanya berjarak beberapa meter lagi.

Sampai di lantai satu langsung menuju ke parkiran bawah dengan melewati pintu belakang. Keadaan rumah sakit benar-benar berantakan dan tidak terkebdali lagi.

Bragggg!!!! Brag!!!!!! Brag!!!!! Langkah kaki manusia mutan yang terus mengejar tanpa mengenal lelah.

Sati merasa jantungnya akan terlepas karena berlari terus tanpa henti. Langkah kaki goyah hingga Sati tersandung dan terjatuh ketika melewati pintu belakang rumah sakit. Ronald yang dibelakang Sati ikut terjatuh karena tersandung kaki sati.

"Sati!" Hans melihat kebelakang Sati terjatuh pada jarak tiga meter darinya.

"Hans" Sati mengulurkan tangan meminta pertolongan.

Makhluk terinfeksi lainnya datang ke arah mereka dan berlari dengan cepat beramai-ramai. Hans yang melihat dari segala penjuru telah datang manusia terinfeksi dengan segera berlari ke belakang menuju ke arah Sati. Ronald yang merasa ketakutan bangkit dan juga menolong Sati. Manusia terinfeksi mutan semangkin mendekat, terdengar seperti suara tertawa darinya. Mungkin dia merasa akan mendapatkan mangsanya dan menang dalam permainan kejar-kejaran. 

"HAHAHA...... HAHAHA......."

Bragg!!! Brag!!!! Brag!!!!

Manusia-manusia terinfeksi semangkin banyak berkumpul, seperti berebut makanan yang lezat. 

Hans tidak sabar karena langkah Sati terlalu lama dan menghambat pergerakan, Hans memberikan tas ransel kepada Ronald. Kemudian menggendong Sati di pundaknya dan langsung berlari, Ronald mengikuti di belakang dengan membawa tas ransel.

"Ronald cepat!!! Kalau tidak kita jadi bahan makanan."

"Baik, profesor."

"Ronald ambil kunci mobil di tas, cepat keluarkan!!!"

Manusia terinfeksi semangkin mendekat mengerumuni Hans, Ronald dan Sati. Karena banyaknya manusia terinfeksi yang menuju ke arah Hans, Ronald dan Sati sehingga pergerakan manusia terinfeksi mutan mengalami keterhambatan. Manusia terinfeksi mutan marah dan mencabik-cabik manusia terinfeksi lainnya yang menghalangi jalan.

Aaaaarrghhhh....!!! Arghhhhh.....!!! Terdengar suara marah yang menggema di parkir bawah.

Hans, Sati dan Ronald yang telah sampi memasuki mobil di kerumuni dari luar oleh manusia terinfeksi yang mencoba masuk ke mobil.

"Ronald jalankan!" Hans yang berada di kursi belakang menyuruh Ronald dengan cepat harus pergi dari tempat parkiran.

"Tapi profesor." Ronald merasa ragu dengan tindakannya.

"Tabrak saja mereka!!" Nada bicara Hans sangat keras karena panik membuat Ronald harus menjalankan perintah seniornya. Mobil dikemudikan dan menabrak semua manusia terinfeksi yang menghalangi jalan. Hans yang berada di kursi belakang pindah ke kursi depan.

Sati merasa sangat ketakutan yang menyebabkan hanya diam membatu, tidak percaya dengan kondisi yang barusan terjadi. Mobil keluar dari area rumah sakit, manusia terinfeksi mutan sangat marah, terdengar dari suaranya yang semangkin menggelagar menggema.

AAAAARRRGGHH!!!!  AAAAARRRGGHH!!

Membanting setiap manusia terinfeksi di sekitarnya. 

Di jalan banyak manusia terinfeksi yang berjalan tanpa arah menghalangi jalan, Ronald menabrak manusia terinfeksi dengan kecepatan tinggi karena takut disusul oleh manusia terinfeksi mutan. Manusia terinfeksi yang peka terhadap suara, mendengar suara mobil yang melintasi melewati area keberadaan manusia terinfeksi. Dengan refleks mereka berlari mengikuti di belakang mobil, mereka berlari mengejar dengan semangat. Sati yang melihat ke arah belakang, merasa sangat terkejut membuat mata dan seluruh tubuh Sati menegang melihat manusia mutan berlari mengikuti mobil.

"Hans." Sati memberikan isyarat kepada Hans untuk melihat ke arah belakang.

"Iya Sati" Hans yang mendengar panggilan Sati langsung melihat ke arah belakang. Mata Hans terbelalak sama seperti mata Sati melihat ratusan manusia terinfeksi mengejar mobil mereka. Bukan ratusan mungkin ribuan, karena setiap mobil berjalan melalui area dilewati, maka manusia terinfeksi ikut berlari di belakang mengejar mobil. Ronald yang merasa penasaran mencoba melihat ke arah belakang tapi dihalangi oleh Hans.

"Fokus Ronald!" Hans membentak kembali juniornya dengan nada yang keras.

"Baik profesor." Dengan sigaf Ronald fokus pandangannya ke arah depan.

"Percepat kecepatan mobilnya." Hans kembali melihat ke arah depan dan memandu Ronald memilih jalan yang mudah dilalui. Hans melihat dari kaca sepion mobil, ternyata manusia terinfeksi semangkin banyak mengikuti. Hans berfikir dan mencari cara bagaimana terlepas dari kejaran ribuan manusia terinfeksi.

Sati yang berada di bangku belakang terus melihat kebelakang, Berfikir apakah akan selamat dari kejaran para manusia terinfeksi. Terlalu banyak untuk dihadapi, yang ada malah menjadi makanan untuk mereka. Sati membayangkan tubuh dicabik-cabik oleh para manusia terinfeksi jika tidak dapat lolos dari kejaran manusia terinfeksi. Organ-organ tubuh yang akan dimakan dengan lahapnya oleh manusia terinfeksi.

Ronald semangkin penasaran melihat dari kaca sepion, merasa sangat terkejut dan lebih fokus melihat sepion dari pada melihat ke arah jalan. 

"Ronal fokus!" Hans berteriak kembali.

"Profesor itu apa?" Ronald merasa takut melihat dari kaca spion.

"Jangan lihat ke belakang, maju terus!." Hans terus memberikan sugesti positif kepada Ronald.

Kecepatan mobil semangkin melaju kencang, Ronald merasa sangat takut dan fikirannya tidak fokus. Benar-benar takut mati di makan oleh manusia terinfeksi. Berlomba kepada takdir, siapa yang akan menang dan memegang keberuntungan. Tangan dan kaki Ronald menjadi gemetaran, seakan tidak sanggup lagi untuk memperjuangkan hidup. Jiwanya mental di pukul keras oleh ribuan manusia terinfeksi mengejar mobil yang di kendarai oleh Ronald. Jalan mobil menjadi tidak stabil, sesekali menabrak atau sekedar menyerempet mobil yang parkir di pinggir jalan. Mobil berjalan cepat di atas jembatan, di bawahnya sungai yang airnya menggenang luas.

"Ronald, fokus kita pasti selamat." Hans memberi semangat kepada Ronald agar tidak memikirkan manusia terinfeksi yang mengejar di belakang.

Ronald tidak mendengarkan perkataan Hans, otaknya sudah  tidak mampu lagi mencerna karena ketakutan kepada kematian. 

"Ronald awas,!!!!!" Sati berteriak karena Ronald akan menabrak truk pengangkut minyak.

Teriakan Sati menyadarkan Ronald dari kegusaran pada kematian. Dengan sigap membelokkan mobil yang dikendarai, karena kecepatan mobil sangat kencang sangat sulit untuk di rem. Mobil menabrak pembatas jalan, dan masuk ke dalam sungai.

Byurrrrr!!!

Mobil berenang di dalam air dengan gaya batu, semangkin tenggelam ke dasar sungai. Tekanan air sangat tinggi menyebabkan kaca mobil perlahan retak. Hans, Ronald dan Sati sangat panik, kini jalan satu-satunya adalah berenang untuk mencapai ke permukaan. Air masuk dengan perlahan ke dalam mobil, dan semangkin mengusai mobil. 

"Sati kamu bisa berenang?" Hans mengkawatirkan keadaan Sati.

"Iya bisa."

"Ransel Sati" Hans meminta ransel kepada Sati

"Ini" Memberikan ransel kepada Hans.

Hans mengambil vaksin  dari tas, lalu mengantongi vaksin di kantong celana. Kaca jendela mobil semangkin meretak, air memaksa masuk ke dalam mobil. 

"Ayo!" Sekali lagi hans memberi aba-aba.

Ronald membuka pintu mobil yang disusul oleh Hans dan Sati, terasa berat saat membuka pintu karena harus melawan tekanan air. Ronald memimpin jalan berenang ke permukaan yang disusul oleh Sati, sedangkan Hans selalu berada di belakang Sati. Ronald, Hans dan Sati sampai ke permukaan, menstabilkan paru-paru untuk bernafas.

Huk huk huk!!!! Suara batuk karena terlalu lama di dalam air. 

Melepas karbon dioksida yang lama tertahan di dalam paru-paru, dan menghirup sebanyak-banyaknya oksigen yang ada di udara. Ronald, Hans dan Sati berenang ke tepian sungai. Sesampainya di tepian sungai terbaring terlentang menghadap langit. Energi terasa terkuras banyak saat berenang di dalam air, melawan tekanan air hingga ke tepian. Sati melihat di jembatan banyak ribuan manusia terinfeksi yang berdiri di atas jembatan. Sati menghela nafas panjang merasa sangat bersyukur lepas dari kejaran manusia terinfeksi yang ganas. 

"Sebenarnya itu tadi apa di rumah sakit Hans?" Sati bertanya kepada Hans kembali.

"Saya juga tidak tahu makhluk apa itu, saya hanya mencari dokumen penelitian saya tentang virus yang menyerang besar-besaran dahulu di ruang kerja saya. Tapi tiba-tiba makhluk itu mendobrak masuk dan menyerang saya." Hans menjelaskan tragedi yang mengancam nyawanya.

"Saya rasa makhluk itu manusia terinfeksi biasa yang mengalami mutasi, karena banyaknya bahan kimia di rumah sakit." Ronald menyambung penjelasan Hans.

"Mungkin saja, virus mengalami mutasi karena merespon bahan kimia yang di terimanya." Hans menyimpulkan dari teori yang diungkapkan oleh Ronald.

"Kamu bilang terluka, apakah sekarang baik-baik saja Hans?" Sati merasa kawatir.

"Saya baik-baik saja Sati."

"Yakin?"

"Sangat yakin, lebih baik karena terlepas dari mereka." Mata Hans memandang ke arah jembatan yang terdapat ribuan makhluk terinfeksi.

"Mereka sangat banyak, lihat jembatan tertutupi oleh mereka semua." Ronald memandang takjub, karena suara mobil mampu mengundang manusia terinfeksi menjadi sebanyak itu.

Senja mulai menutup hari menandakan kisah hari ini cukup sampai di sini. Warna kemerahan menciptakan suasana menyeramkan karena langit menjadi merah pekat seperti darah. Harus kagum atau merasa takut atas fenomena yang terjadi. Ribuan manusia terinfeksi liar yang berada di atas jembatan menunggu hal menakjubkan untuk di jadikan alasan hidup. Yang jelas bertahan hidup adalah faktor utama yang harus dicapai. 

"Akankah dunia menjadi normal kembali?" Sati menghela nafas sangat panjang memikirkan setiap ulasan perjalanan yang dilalui. Berfikir bagaimana cara mengembalikan manusia ke dalam jiwa manusia. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status