“Avery.”
Avery menoleh mendengar panggilan tersebut, mendapati seorang pria berparas tampan dan gagah dengan baju serba hitam, berjalan mendekat. Gadis itu mengerutkan kening melihatnya karena dia yakin tidak memberitahu si mantan pacar yang mendadak menjadi pusat perhatian orang-orang di sekitar mereka karena ketampanannya.
Jimmy mengulurkan jemarinya ke wajah Avery yang mulus tidak bercela. “Kau harus beristirahat. Apa kau tidak tidur semalaman? Kau pucat sekali!”
Jimmy tidak tahu mantan kekasihnya yang galak dan cantik itu bisa terlihat sangat syok seperti ini. Bahkan sewaktu mereka putus, Avery menguap lebar dan tampak tidak acuh – yang mana langsung membuat Jimmy murka. Tetapi, gadis di hadapannya itu sekarang seperti akan ambruk kapan saja. Matanya sembab dan kosong – yang mana sangat tidak masuk akal bagi Jimmy.
Avery menepis tangan Jimmy dengan kesal. Dia tahu dia seharusnya tidak heran melihatnya disini. Jimmy
“Apa-apaan, Jihun!?” Avery mendorong bahu Jihun itu dengan sumpah serapah, membuat orang-orang sekitar memandangi mereka. “Untuk apa kau kemari?”Beberapa murid SMA Culfox juga hadir, menduduki meja tanpa rasa duka di ekspresi wajah mereka – seolah mereka datang karena ingin tahu atau formalitas. Sementara itu, di salah satu meja, tampak Jihun dan keenam temannya yang lain membuka berbotol-botol minuman keras – yang sebenarnya dilarang karena mereka semua belum menginjak usia 21 tahun. Yang terakhir itu jelas datang karena ingin menenggak alkohol gratis.Mendengar pertanyaan adiknya, Jihun menjawab dengan wajah polos. “Melayat.”Mengabaikan Avery yang melotot garang di sampingnya, Jihun menuang isi minuman keras ke dalam gelas-gelas sambil bercanda dengan teman-temannya. Avery menggertakan gigi melihat hal itu. Hatinya memanas. Dia sebenarnya tidak ingin membuat keributan di tempat duka; namun, Avery tidak peduli l
Kereta itu berjalan dengan mulus dan tanpa suara.Lock sedang duduk di salah satu sofa dengan kerutan di keningnya dan kedua tangan terlipat. Setelah berkeliling dan tidak menemukan apapun yang berarti, Lock berusaha menenangkan diri. Bagaimanapun mencurigakannya, kereta ini pasti berhenti di suatu tempat, dan tidak ada yang bisa ia lakukan sekarang.Pemandangan di luar kereta adalah hal yang paling aneh di dalam gerbong tersebut. Beberapa menit belakangan, hanya ada warna putih menghiasi jendela, seolah-olah kereta berjalan di dalam terowongan sempit bewarna putih. Tatapan Lock terkunci pada warna putih membosankan tersebut.… Hingga beberapa menit kemudian, ia disuguhi ‘pemandangan’ lain. Lock duduk lebih tegak dengan mata terbuka lebih lebar.Lebih tepatnya, ia sedang melihat potongan-potongan foto mencengangkan dari sebuah layar hologram raksasa di luar sana. Foto itu seperti diambil dari buku fantasi bergambar karena memuat pertaru
Suara Jo Collin yang menyebalkan kembali terdengar. “Tetapi, harus kuakui kau nyariiiis sekali. Jika ini bisa membuat perasaanmu lebih baik, aku-pun ikut mengerang kecewa saat kau tidak berhasil mengambil jam pasirnya. Uh-oh! Adegan favoritku!”Tangan Jo Collin sedang memegang sebuah alat portable kecil. Dengan ekspresi bersemangat, dia menekan-menekan tombol di alat tersebut, sementara matanya tertuju pada jendela.Di jendela, adegan ‘Lock Hitam’ melempar pedangnya untuk menghancurkan jam pasir, terputar kembali. Detik berikutnya, ekspresi tidak percaya Lock diperbesar 20x lipat – membuat seluruh jendela dipenuhi wajah tirus dan kotor Lock yang ternganga seperti orang bodoh.“Haruskah kita lenyap bersama?” Video itu berakhir dengan tubuh Lock yang tercerai berai. Jo Collin mematikan video dengan ekspresi sedih sambil menggeleng-gelengkan kepala. Ia menatap Lock dengan sorot mata prihatin. &ldqu
“Hah!” Lock mendengus ketika akhirnya ketegangan di wajahnya mencair, digantikan oleh ekspresi tercengang. “Apa-apaan itu?”“Seperti yang kau lihat, kau terlibat kecelakaan dan saat ini tubuhmu sedang berada di dalam rumah sakit dalam keadaan koma.” jawab Collin. “Tapi tentu saja tubuh yang mereka bawa itu tubuh palsu. Kami segera membuat pengganti sementara kau sendiri, saat itu, tengah berada di [Panggung Akhir].”Namun, Lock tidak peduli dengan segala tetek bengek mengenai tubuh asli-nya. Ia fokus pada kenyataan bahwa dia, atau ‘tubuh palsunya’, sedang terbaring koma.“Tapi semua orang di dalam bus itu selamat! Bahkan nenek itu pun segar bugar – sementara aku koma karena mimisan? Kau pikir itu masuk akal?”Jo Collin mengedikkan bahu dengan tampang tidak acuh. “Kau akan menjadi penumpang paling sial seantero planet.”Lock menyentakkan kepalanya ke s
Lock tidak dapat menikmati pemandangan Dunia Baru lebih lama lagi karena Jo Collin setengah menariknya melintas seperti majikan menarik anjingnya yang terlalu bersemangat berkeliaran di jalanan. Tidak lama kemudian, mereka memasuki sebuah wilayah pribadi dengan gerbang besar dan taman indah beserta patung-patung raksasa yang tampak megah dan mengintimidasi. Tetapi, itu semua tidak ada apa-apanya dengan bangunan utama di belakangnya.Bangunan itu berupa bangunan 3 tingkat biasa yang dibangun dari batu pualam putih dan marmer. Yang membuat bangunan itu terlihat berbeda adalah jam raksasa yang melayang di belakangnya – seolah bangunan itu tidak menolerir adanya keterlambatan.Jo Collin menyeringai saat mendapati Lock tidak berkedip memandangi jam raksasa itu. “Ini Akademi Soru, diperuntukkan untuk para anak bawang seperti kalian.”Di depan pintu utama, berdiri 2 orang penjaga yang mengenakan baju zirah lengkap yang tampak berat dan sesak. Keduanya
Ruangan itu seperti sebuah kelas kecil yang dapat memuat sekitar 20 orang murid. Meja-mejanya dibagi menjadi 4 bagian dengan beberapa kursi berlengan. Di dinding depan, sebuah layar hologram menyala, menyedot perhatian Lock. Setelah memperhatikan beberapa saat, ia baru menyadari ia sedang menonton sebuah iklan mengenai Dunia Baru – seperti mengundang orang-orang untuk berlibur di tempat yang seperti dongeng ini.<…Dua kali dalam seminggu! Perkebunan, pertambangan, dan semua hasil alam berlimpah melalui berkat dari Dewa Kyros..>Di angkasa, langit biru tampak tenang dengan semburat warna pelangi yang mengintip di balik awan. Beberapa balon udara warna-warni yang mengangkat sebuah kereta kecil, melintas di bawahnya, tampak seperti permen melayang.Berada di perbatasan antara angkasa dan daratan, jalur-jalur transportasi bersilangan dengan medan energi di sisi kanan-kirinya. Tiap beberapa meter, sebuah gapura tinggi bewarna putih yang mengeluarka
“Selamat datang di ‘Pesta Seleksi ke-1,501’!”Lock dan David sama-sama menampilkan ekspresi kosong.“Itu wanita yang mengamuk seperti setan tadi, kan?”“Apa dia berkepribadian ganda?”Sosok Mia yang berdiri di tengah-tengah aula itu tampak berbeda sekali dengan sosoknya yang murka dan menghajar Jo Collin beberapa menit yang lalu. Wajah wanita itu berseri-seri saat mengedarkan pandangan ke sekelilingnya, tampak penuh kasih dan keibuan.“Dan selamat bergabung menjadi [Yang Terpilih]!” sambungnya dengan senyum lebar. “Kami sangat senang menyambut kalian semua. Sekarang, tempat ini adalah kampung halaman kalian, dan mulai detik ini, kita semua adalah keluarga.”Lock mendengar dua hal terjadi secara bersamaan; David mengeluarkan suara mendesah pelan yang terdengar puas, sementara Bajingan – Gary – mendengus di belakangnya.Mereka semua berada di sebuah aula
Rahang Sherly masih terbuka lebar selama beberapa waktu. Itu tidak bisa dihindari begitu dia melihat ketiga sosok Paragon muncul di acara pembukaan seperti ini – sesuatu yang amat tidak biasa. Biasanya, ketiga Paragon hanya muncul dalam bentuk hologram, atau hanya Paragon Julian saja yang menampakan hidung aslinya. Namun, sekarang..“Jangan lupa menutup mulutmu.”Sherly otomatis mengatupkan kedua rahangnya. Matanya melirik ke sosok pria jangkung berkacamata yang sedari tadi tidak terlihat dimana-mana.“Akhirnya kau keluar juga dari ‘Kapsul’, Jo Collin?” tanya Sherly sinis.Collin mengedikkan bahunya dengan tidak peduli. “Apa yang bisa kulakukan? [Panggung Akhir] telah selesai dan aku diseret keluar oleh 5 orang.”Sherly mendesah. “Mia akan membunuhmu setelah ini.”“Tidak akan.”“Kenapa kau begitu yakin?”“Karena aku menyenangkan dan