Share

Mencurigai Sesuatu.

Author: Rossystories
last update Last Updated: 2021-09-21 07:21:20

Kekekalan malam menjadi aura kuat bagi si pencari nafsu kelam. Aroma darah, jantung, hati yang siap menjadi santapan adalah sosok buas lagi menyeramkan. Namun, Cho Ye Joon membiarkan pemuda sekampusnya itu tersungkur lemah di bawah lantai.

Sementara itu, Nevan membawa malam itu penuh dengan kebencian lagi mendendam asa. Jiwa yang meronta-ronta pasti akan menggeliat di ujung ubun-ubun kepala.

“Aaaaah!!!”

“Mama, cepat ke sini! Lihat kakak, lihat kakak, Ma!!”

Nevan melirik pandangan sinisnya ke balik punggung yang sudah menjauh dari tembok pembatas dirinya. Di ujung pagar rumah, ia memiringkan senyum lalu bergegas gesit ke ujung jalanan.

Suasana malam itu pun menjadi sejarah bagi si pemuda ketua gangster kampus yang menjadi sasaran makhluk asing lagi menyeramkan. Tidak ada yang tahu dengan aksi bejatnya bahwa ia telah melempar tubuh dengan tangan kemarahannya.

Sebuah jeritan telah meramaikan suasana.

Wiu! Wiu! Wiu!

Ambulans beradu di jalanan setelah kejadian naas tertimpa pada seorang mahasiswa Arkeologi bergaya di kampusnya. Yang katanya memiliki bela diri termahir, lagi terkuat dalam pendidikan sekolah, kini hanya menjadi luka bagi keluarga.

Masih beruntung nasib si pria sok jagoan itu, jantungnya tetap berdetak, walau luka menganga lebar di pipi dan kepala bagian atasnya.

***

                 Langkah Nevan masih dengan tatapan dingin lagi tajam. Berbeda dengan sikap Nevan yang dulunya adalah orang humoris, lucu lagi banyak bicara.

Ransel yang menggantung di ujung bagian bahunya, kemeja yang dibiarkan terbuka menganga hingga berayun-ayun mengikuti lambaian angin yang berlalu.

Semua mata telah terbiasa dengan perubahan dirinya, para gadis beserta pemuda melirik mata Nevan dirundung rasa geram.

Namun, langkahnya sama sekali tak getir, seakan jiwa Gumiho yang lebih menguasai insting Nevan.

Kepandaian Gumiho bahkan kelebihannya yang dapat membuat orang lain lupa dengan kejadian yang baru saja berlalu, memilih target yang ia inginkan, memiliki insting yang sangat kuat bukan hanya dari sebuah penciumannya saja.

Tiba-tiba ia menghentikan langkah, ketika kepalanya merasa begitu sakit mengingat sesuatu. Suatu kenangan tentang suara-suara kawannya.

“Hahaha.”

“Eh, Nevan, apa kau bakal sedia ngelakuinnya tiba nanti?” tanya salah satu kawannya.

Seorang gadis cantik menyenggol tubuh Nevan dengan sangat kuat, “Jangan bikin konyol, Bodoh!” kelitnya.

“Bellona, maafkan aku!” jeritnya, memanggil si gadis mempercepat jalannya menuju bus yang sedang terparkir rapi di tepi jalan.

“Bellona, maafkan aku, aku bakal cari bunga mawar hutan untukmu, aku janji!”

Nevan tersungkur hingga menyenderkan tubuhnya di depan pintu sebuah Laboratorium sambil menahan rasa perih di kepala, ia pun memasuki ruangan dengan seorang diri tanpa rasa khawatir.

Dilihatnya ruangan masih begitu sunyi, sebuah ruangan Laboratorium Arkeologi yang dipenuhi oleh benda-benda unik dari segala penjuru tempat.

Matanya mulai berkeliling hingga ke sudut ruangan, terlihat seorang pria agak tua berdiri sambil melakukan sesuatu dari sebuah benda.

“Akhirnya kau bisa merasakannya,” sebut si pria.

“Hah?” dengus Nevan terheran.

“Kau dosen di sini, bukan?” tanya Nevan curiga.

“Aku baru saja pindah dari tempat yang sangat jauh, tetapi aku bisa melihat dirimu betapa sulitnya menghadapi semua yang sudah kau lalui,” sungut si dosen tersebut.

Nevan terpelangah ketika ada sesuatu yang ia ketahui dari si dosen tersebut, ia mencoba menarik penciumannya. Namun, yang dihasilkan sangatlah tidak mungkin, bahkan ia tidak bisa menyerap aroma dari tubuh si dosen.

Dalam hati ia bergumam, “Mana mungkin dia bisa mengetahuiku, lalu siapa dia?”

Nevan memajukan langkahnya agar mendekati si dosen untuk melihat rautnya, si dosen malah membalikkan badannya secara mendesak.

Sontak, sosok Cho Ye Joon dalam diri Nevan sangat terkejut bukan main. Orang asing ini tampak mencurigai dirinya.

Ia pun mendekati Cho Ye Joon dengan tatapan tajam lagi menyorot bola mata. Cho Ye Joon menarik tubuh Nevan dengan segala kekuatan batinnya, hingga ia pun memundurkan langkah agar tidak diketahui bahwa dalam tubuh Nevan memiliki sosok Gumiho dari masa lalu.

“Masuklah ke kelas, aku harus mengisi jam pelajaran sebentar lagi,” ucap si dosen itu dengan tegas.

Pria berambut pendek ikal-ikal, memiliki rahang yang lebar, tatapan mata aneh, pasti dia bukan orang biasa yang hidup di bumi ini.

Cho Ye Joon dalam tubuh Nevan melarikan dirinya keluar dari pintu Laboratorium. Pandangannya seakan menjadi sangat kosong, lurus berlari melewati Bellona dan Felix yang berjalan bersama tampak lebih terkejut dengan pelarian Nevan sangat cepat.

“Bukankah itu Nevan?” tanya Bellona penasaran.

“Lo mau ikut?” sambung Felix.

“Oke!” pungkas Bellona, memosisikan badannya dan segera berlari mencari arah persembunyian Nevan melewati anak tangga bangunan.

Keduanya terus berlari menaiki anak tangga lorong yang sudah tampak sepi dari keramaian. Dari ujung tembok, sebuah toilet kosong menaruh kecurigaan bagi mereka.

“Lo yakin mau masuk?” gumam Bellona ragu-ragu.

Bellona hendak memasuki ruang toilet wanita yang ada di samping, tetapi Felix malah menarik lengan Bellona dengan kuat.

“Hem, dia nggak di sini, kulihat ada jejak sepatunya yang tertinggal lewat sana!” tunjuk Felix ke arah kanannya.

Bellona melirik Felix dan mulai menguatkan batin pencariannya. Keduanya pun berjalan lurus, hingga menemukan sebuah perpustakaan umum.

Hingga keduanya memasuki perpustakaan lalu memutar-mutar.

“Eh, kita ini ngaco banget tau nggak?!”

“Masa kita lari-lari tapi nggak nemu Nevan?” keluh Bellona memegangi dahinya.

Kedua lengannya melengkung ke atas pinggang.  

Namun, Bellona merasa curiga dengan sebuah ruangan berpintu yang ada di arah kiri penglihatan. Matanya mulai menyibak tabir dalam lamunan tentang pintu yang menutup tanpa rapat.

Bellona pun menunjukkan jari telunjuknya ke arah pintu dengan penuh penasaran.

“Di sana!” tunjuknya.

Kedua kawan itu memajukan langkah dengan perlahan, memegangi gagang pintu tanpa harus membunyikannya. Dari dalam ruangan, mata mulai menyingkap tabir dengan apa yang sudah mulai terlihat.

Tampak dari luar jendela, hujan tiba-tiba turun, tetapi suasana matahari tetap bersinar dengan terangnya. Bellona menoleh pandangannya ke arah Felix seakan bingung, kenapa ada hujan panas yang tiba-tiba ini?

Mereka pun akhirnya mengendap-endap masuk tanpa harus bersuara keras. Dari dalam ruangan, kedua mata mereka mulai melihat apa yang seharusnya tidak terlihat.

“Felix, lihat!” tunjuk Bellona, sontak terkinjat dengan penampakan yang ada di depan matanya.

Felix membelalakkan matanya seakan tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Keduanya saling mengusal-ngusal mata secara berkali-kali.

Nevan memperlihatkan dirinya dengan ekor sembilan. Tampak Gumiho dari masa lalu itu tak bisa lagi menutupi dirinya di depan dua temannya itu dengan raut cemas lagi geliah. Cho Ye Joon dalam diri Nevan seakan memundurkan langkahnya.

Namun, rasa perih di kepala mulai kian menegang. Lalu, apa yang terjadi ketika ekor sembilan telah di depan matanya?

Wajib taruh ke dalam rak setelah baca bagian dari cerita ini, karena apa? Semua butuh proses untuk menjadi cerita yang apik dan tertata rapi. Semua yang saya tulis demi kenyaman si pembaca yang utama. Dibutuhkan suatu dukungan dari penambahan kea rah dan juga review tentang isi dari cerita. Maka dari itu, sangatlah diharapkan untuk menjadi bagian terindah untuk kisah ini.

Follow juga I* @Rossy_stories.

Biar kamu bisa mengetahui segala karya milik Rossystories.

Tak lupa kuucapkan kata terima kasih sebanyak-banyaknya atas waktu yang diluangkan hanya dari membaca cerita recehku ini. Semoga sehat selalu dan berlimpah rezeki!

WAJIB VOTE CERITA INI SETELAH BACA!!!

Karena apa? Untuk kemajuan novel berasal dari jemari kalian dari hanya menekan tombol VOTE PADA CERITA INI.

Maka dari itu, sangat dimohonkan untuk memberi VOTE setelah baca, ya.

Terima kasih telah menjadi pembaca setia cerita ini, semoga sehat selalu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • The Nine Tails of Time Traveler   Akhir semuanya.

    #Happy reading. Kembali ke kota Depok. Sekumpulan teman bersama-sama kembali. Nevan menduduki kursi paling ujung bersama ketiga rekannya. Di sampingnya, Bellona melirik pelan ke wajahnya. “Kamu nggak apa-apa?” tanya Bellona. Nevan menggelengkan kepalanya. Mereka tiba-tiba turun dengan tanpa rasa sadar kalau perkotaan menjadi gelap kehitaman. Satu per satu menerawang gulungan awan yang menutupi langit kala itu. Nevan mulai melirik Kim Dae Jung dengan sorotan mata aneh lagi curiga. Kemudian cahaya putih terang mendatangi mereka, dimana orang-orang telah menjauh semua karena takut. Namun mereka masih berada di sana. Nevan, Bellona, Felix, dan Kim Dae Jung sendiri. Apsara itu kembali di depan mata. Sosok makhluk kayangan itu berdiri menyambut kepulangan mereka. Menatap lurus mengarah Nevan. “Kau harus melawan musuhmu di malam ini juga. Kita tidak punya waktu, kecuali kau ak

  • The Nine Tails of Time Traveler   Petualang usai

    Pelarian mereka setelah menjauh dari ketiga musuh. Nevan dan Kim Dae Jung mulai memberhentikan diri di ujung pemukiman warga. Setelah bertemu banyak orang, mereka tampak lelah sekaligus gelisah. “Sepertinya kita sudah lebih aman,” tutur Nevan. Kim Dae Jung meranggul kepala, sembari melepaskan lengan Felix bersama dengan tindakan Nevan. Bellona dan Felix yang merasakan kelelahan akhirnya membungkuk sambil memegang kuat ransel besar. “Kau tidak kenapa-kenapa kan?” tanya Nevan khawatir. Bellona memegangi lutut sambil meringis kelelahan, tetapi kepalanya menggeleng. “Nggak apa-apa, Van. Aku nggak apa-apa,” sahutnya. Nevan memegangi lengan kekasihnya, membantunya bangkit dengan tegak. “Gimana kalo kita cari kos-an saja?” usul Felix. “Ide bagus!” sahut Nevan. “Kalian pergilah, aku harus membuang aroma tubuh kalian agar Go Jo Woo dan iblis itu tidak bisa menemu

  • The Nine Tails of Time Traveler   Terperangkap penyerangan.

    Makhluk kayangan itu memperlihatkan dirinya dengan baju putih panjang. Rambut putih dengan mata bersinar cerah. Menatap lurus ke hadapan Nevan yang sekaligus menyatu dengan gumiho dari masa lalu tersebut.“Untuk apa kalian memanggilku kemari?” tanya Apsara mengerutkan kening.“Kami membutuhkan bantuanmu,” pinta Nevan mendongakkan wajahnya.Di balik dua sisi Nevan berada. Bellona dan Felix mulai terpelangah. Ketiganya mulai beranjak setelah berdekam merunduk ke hadapan Apsara tersebut.Malam yang redup ini mempertemukan mereka pada kejutan menakjubkan. Nevan mulai menegakkan tubuhnya, membusungkan dada ke depan pandangan. Tangannya mulai menunjuk dirinya sendiri.“Di dalam tubuhku ini ada dua jiwa yang menyatu,” ungkap Nevan.“Lalu, apa kalian ingin memintaku agar mengeluarkan kalian dari satu tubuh?” tanggap Apsara.Nevan

  • The Nine Tails of Time Traveler   Di atas tanah Goryeo.

    Sebuah gua yang jauh dari pemukiman warga. Akan tetapi, ditutupi oleh dedaunan menghijau dan lebat. Nevan mulai mendekati mulut gua bersama kedua temannya. Langkah pertama mereka tiba di tempat yang mereka inginkan. “Kita harus nemuin sumber Apsara itu,” putus Nevan. Felix dan Bellona pun mengikuti langkah Nevan memasuki gua tersebut. Di antara kegelapan gua menyelimuti kesepian mereka. Penglihatan mulai meredup. Akhirnya, cahaya senter terbias menyorot ke jalanan gua. “Van, apa lo yakin?” tanya Felix ragu. “Ini bukan keputusan gue, tapi si Cho Ye Joon,” sebut Nevan membalikkan badan. Wajahnya dipenuhi dengan segala rahasia yang segera terbuka. Kembali menelusuri ruangan gua yang gelap. Dipenuhi dengan kelelawar bergelantungan sekaligus berterbangan. Nevan mulai berhenti di sudut dinding ruangan. Tangannya menggenggam lonceng emas diarahkan ke depan pandangan. K

  • The Nine Tails of Time Traveler   Gua Buni Ayu.

    Ransel, sepatu boots hitam mengilap, dua pria menggunakan celana Tactical, satu wanita menggunakan celana denim. Dari arah bawah terlihat langkah saling menyatu dalam kebersamaan mengiringi jalan. Mulai terpampang jelas dari arah balik punggung baju kemeja berwarna kelabu di tengah. Dua pria menutupi posisi wanita di tengah. Menggunakan langkah santai mereka sembari memegangi ransel tebal. Angin melambai pesona anak muda tampan dan cantik. Sampai pada penampilan wajah-wajah mereka bertiga. Bellona melebarkan senyuman mengiringi langkah. Nevan meraih tangan Bellona dan saling menatap. Sementara Felix menari bersamaan langkah mereka. Seruan angin menyentuh pipi secara lembut. Menyentuh lebih hangat melihat pasangan yang saling menjalin hubungan terbaik mereka. Berhenti di penghujung jalan. Tak beberapa lama bus pun berhenti perlahan. Nevan melirik satu per satu orang yang ada di

  • The Nine Tails of Time Traveler   Dua kehebatan buah Lam gaib.

    Suasana yang telah diperlihatkan dengan jelas di depan pandangan batinnya. Nevan melewati malam setelah mengadakan ritual sesaat. Kini, ia pun bergegas perlahan layaknya manusia normal kembali.Nevan berhenti di sudut jalan perkotaan. Terbias lampu jalanan mengiringi langkah menyelinap di antara wajah cerianya.Rona berkilauan gemerlapnya redup malam. Dirinya mengelilingi pandangan ke seluruh pandangan mata. Seisi perkotaan menemaninya pada tujuan yang sudah ditemukan.Kedua tangannya mengepal bulat. “Go Jo Woo, kau memang cerdik dan licik!” geramnya memandangi kegeraman di kala malam menyelimuti.Langkahnya kembali tergerak menuju kepulangan. Di sisi pertemuan yang menjadi kisah akhir dari musuhnya.Senyuman miring dengan tatapan sinisnya. “Heuh! Kau pikir akan menang?” sebutnya meledek. Nadanya terdengar menyeru semangat. Menutupi malam menjadi kesenduan ke

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status