Share

Act 14. Petunjuk Dari Ramona

Author: arrinknight
last update Last Updated: 2022-09-08 09:27:40

Rae bermimpi dalam tidurnya. Ia bertemu neneknya, Ramona, dengan pakaian yang serba putih, rambutnya yang berwarna putih, dengan bola matanya yang berwarna coklat tua, serta wajahnya yang tidak menua. Ramona lalu menatap Rae dan tersenyum kepadanya.

Rae terkejut melihat neneknya tersenyum, karena sejak ia berhasil menyegel Demona dengan kepingan-kepingan hatinya, yang Rae tahu adalah Ramona sama sekali tidak bisa tersenyum, apalagi merasakan cinta, kesedihan, kesepian, kekecewaan, dan perasaan-perasaan lainnya.

Ramona yang tersenyum kepada Rae, berkata, "Rae, kau tidak pernah menemuiku karena aku sudah lebih dulu meninggal sebelum kau lahir namun, sepertinya orang tuamu menceritakan semuanya tentang diriku kepadamu, Rae."

Rae langsung berlari, kemudian memeluk neneknya yang bahkan tidak pernah ia temui itu.

Setelah memeluk neneknya untuk beberapa saat, ia lantas berkata, "Nenek! Aku akhirnya bisa bertemu denganmu, untuk pertama kalinya! Ah, apakah kau sudah tahu bahwa Demona sudah bangkit kembali? Seseorang sudah berhasil membuka segelnya, dan Demona, ia membunuh orang-orang, termasuk orang yang membuka segelnya, dan menggunakan tubuhnya untuk dijadikan fisiknya sendiri!"

Ramona hanya tertawa kecil mendengar cerita dari cucunya itu.

"Nenek, apa karena segel Demona yang sudah terbuka, kau mendapatkan kembali kepingan-kepingan hatimu, dan sekarang kau bisa tersenyum lagi? Mereka bilang kepadaku bahwa kau sampai akhir hayat pun, tidak tersenyum sama sekali!" tanya Rae dengan rasa penasaran.

Ramona menatap cucunya, membelai kepalanya, lalu menjawab, "Rae, kau sudah besar sekarang. Aku minta maaf tidak bisa memberikanmu cinta ketika kau masih kecil, karena aku harus pergi terlebih dahulu. Namun, Rae, ini adalah mimpi. Aku tidak mendapatkan kepingan-kepingan hatiku kembali, tapi, ini adalah mimpi, dan mimpi, tidak mempunyai batasan. Aku bisa tersenyum kepadamu, hanya di dalam mimpi ini."

Rae yang mendengar jawaban dari neneknya, lalu bersedih, dan berkata, "Nenek, mereka tidak memperbolehkanku menari lagi. Aku kesal, kesal sekali! Mereka menyalahkan tarian-tarian balet yang indah itu, hanya karena Demona!"

Ramona tertawa kecil, kemudian mengatakan, "Rae, aku tidak bisa berlama-lama di sini. Akan kuberitahu saja dengan cepat. Segel yang kubuat untuk Demona, akan ku akui, tidak begitu kuat. Aku tidak mempunyai perasaan sekuat itu, lagi pula, yang bisa membuka segel Demona adalah seseorang yang memiliki kegelapan dalam hatinya yang sangat kuat. Siapakah orang yang telah berhasil membuka segel Demona? Pastilah ia mempunyai ambisi yang besar dan kuat."

Rae lalu menundukkan kepalanya setelah mendengar perkataan neneknya. Ramona lalu memeluk Rae, dan setelah beberapa saat, ia mengajak cucunya tersebut untuk berjalan-jalan, entah ke mana tujuannya

Ramona, sambil menggandeng tangan kiri Rae, ia berkata, "Suatu saat nanti, pertikaian antara penyihir-penyihir hitam dan penyihir-penyihir putih, akan mengakibatkan jatuhnya korban dari para penyihir netral yang tidak ikut dalam organisasi mana pun, baik hitam maupun putih."

Mendengar perkataan neneknya, Rae langsung membalas dengan wajah sedih, "Nenek, apa tidak ada cara lain untuk menghentikan Demona? Walaupun aku keturunan nenek langsung, namun, kekuatanku tidak sebesar itu. Aku tidak ingin terlibat dalam semua ini, aku hanya ingin menari, nek."

Ramona tersenyum mendengar perkataan cucunya itu, lalu menggandengnya semakin erat, kemudian berkata, "Rae. Dengarkan aku. Di suatu hari nanti akan ada seorang anak gadis yang terlahir dari rahim seorang penyihir netral, yang mencintai manusia. Anak gadis tersebut akan memiliki sebuah kekuatan yang bisa menghancurkan Demona, namun, di awal-awal kehidupannya, semua akan terasa berat untuk dirinya. Ia mungkin saja dan bisa saja, tidak akan mau menolong dunia penyihir, karena takut akan kekuatannya sendiri. Ia harus bisa mengendalikan kekuatannya tersebut, dan dengan demikian, Demona bisa dikalahkan."

Rae tiba-tiba saja berhenti melangkah, membuat Ramona sedikit kaget, dan menoleh kebelakang, lalu menatap Rae dengan ekspresi terheran-heran, kemudian Ramona bertanya, "Ada apa, cucuku? Mengapa kau berhenti melangkah?"

Rae langsung bertanya kembali kepada neneknya, "Nek, jika memang anak gadis itu ditakdirkan untuk melawan Demona, jika ia berhasil menyegel Demona kembali, bukankah suatu saat nanti, kejadian ini akan terulang lagi? Maksudku, akan ada yang membuka segel Demona kembali, dan kita akan terus, berulang-ulang, mengalami pertikaian tanpa akhir?"

Ramona tersenyum, dan langsung menjawab, "Tidak, sayang. Jika anak gadis tersebut setuju untuk membantu dunia penyihir, ia akan bisa menghancurkan Demona selamanya, dan dunia penyihir akan kembali tenang dan damai. Ah, iya, aku ingin kau menyampaikan hal ini kepada Yvoxy. Bisa jadi kalian akan kehilangan anak gadis tersebut, karena ia sadar ia bukan seorang penyihir, melainkan manusia, walaupun ia terlahir dari rahim seorang penyihir."

Rae yang semakin kebingungan, lalu bertanya lagi, "Bukankah kau berkata barusan bahwa anak gadis tersebut memiliki kekuatan sihir, lantas mengapa ia bukan seorang penyihir?"

Ramona lalu membelai kepala Rae, kemudian menjawab lagi, "Nak, kau tidak mengerti. Manusia itu makhluk yang menarik. Kekuatan mereka memang bukan kekuatan sihir, namun, kekuatan yang mereka miliki adalah perasaan, emosi, dan akal budi…"

Tiba-tiba saja Rae terbangun dari mimpinya tersebut. Ia sudah kembali ke dunia nyata. Karena terkejut akan perkataan neneknya di dalam mimpi tadi, Rae langsung terduduk di pinggir ranjangnya, dengan ekspresi sangat terkaget-kaget.

Keringat dinginnya mulai mengalir turun ke wajahnya, dan ia langsung bergumam sendiri, "Anak gadis itu… harus berhasil kutemukan. nenek mempercayakannya padaku. Aku harus menemukannya, tapi, bagaimana? Bagaimana caranya aku tahu anak gadis siapa dan di mana? nenek…"

Rae langsung berdiri dari ranjangnya, dan berlari keluar dari kamar, membuka pintu tanpa menutupnya kembali. Ia langsung memakai sepatu, dan membuka pintu depan rumahnya, sejurus kemudian, ia berlari keluar rumah setelah membanting pintunya.

Ia berlari menuju rumah Yvoxy, namun, ia melihat banyak burung-burung gagak hitam yang berterbangan kesana dan kemari, serta langit yang masih gelap, tanpa matahari sama sekali.

Tanpa memperdulikan hal itu, Rae meneruskan langkahnya dengan cepat, berlari menuju rumah Yvoxy.

Ketika ia sudah sampai di depan rumah Yvoxy, ia langsung mengetuk pintunya dengan sangat keras sehingga Yvoxy yang sedang beristirahat, terkejut mendengar suara ketukan pintu tersebut dan dengan segera membukanya, lalu terkejut melihat Rae yang sudah berdiri sambil terengah-engah menarik nafas karena berlari terlalu cepat.

"Rae! Aduh, kau ini bodoh atau polos? Kau ini penyihir! Mengapa berlari? Kau bisa memakai kekuatanmu, kan?" tanya Yvoxy dengan ekspresi wajahnya terheran-heran.

Rae tersenyum mendengarnya, dan setelah ia selesai mengambil nafas panjang, ia lalu membalas Yvoxy, "Aku lupa bahwa aku adalah seorang penyihir, sejak aku bisa menari. Ah, Yvoxy, nenekku menyampaikan sesuatu, aku bertemu dengannya di dalam mimpi."

Mendengar perkataan Rae barusan, Yvoxy langsung tersenyum lebar, dan mempersilahkan Rae untuk masuk ke dalam rumahnya, lalu mengajak Rae untuk duduk di atas lantai bersamanya di samping perapian.

"Jadi, apa yang dikatakan Ramona?" tanya Yvoxy dengan ekspresi wajah yang senang.

Rae lalu mendekati Yvoxy, dan berbisik dengan sangat pelan, "Yvoxy, nenekku mengatakan bahwa kita tidak perlu mengulang-ulang terus menerus keterpurukan ini. Menyegel Demona akan percuma karena suatu saat nanti ia bisa kembali bangkit jika ada seseorang yang memang mempunyai ambisi dan niat jahat yang kuat dalam dirinya. Namun, nanti, akan ada waktunya, ketika lahir seorang anak gadis yang akan bisa mengalahkan Demona selamanya!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • The Red Swan (The Demon vs A Dancer) (IND)   Act 86. Finale

    Mereka berdua kemudian berjalan menuju ke ruang utama yang terlihat sudah banyak penyihir yang berkumpul di sana.Rae dan Naoki terlihat berdiri di barisan paling depan dengan wajah yang sangat bahagia, bahkan Rae sampai menitikkan air mata dan berbisik, "Oh, anak itu sudah besar sekarang!"Yvoxy terlihat berdiri di atas altar pernikahan, karena diminta oleh Ixy untuk menikahkan mereka berdua. Hideki sendiri sudah berdiri di depan Yvoxy dan ketika Syerin dan Ixy masuk ke dalam ruang utama itu, kepalanya langsung menoleh ke arah Ixy, lalu menatap istrinya itu dengan kedua bola mata yang berkaca-kaca."Seekor angsa merah yang cantik," gumamnya dalam hati.Setelah tiba di hadapan Yvoxy, Syerin lalu menyerahkan Ixy kepada Hideki dan ia sendiri langsung berjalan menuju ke barisan di mana Rae dan Naoki berada.Yvoxy langsung saja memulai, "Aku tidak perlu bertanya lagi, kalian berdua pasti akan menjawab iya jika kutanya apakah kalian akan saling mencintai dan apakah kalian akan menerima kek

  • The Red Swan (The Demon vs A Dancer) (IND)   Act 85. Buah dari Harapan

    Di babak ketiga, Ixy yang kali ini berperan sebagai Odile, justru semakin membuat setiap tarian dan adegan yang ia perankan bersama Hideki, semakin terlihat nyata. Seolah dunia adalah milik mereka berdua, dan nyatanya, seluruh mata tertuju hanya pada mereka berdua.Pas de deux yang mereka lakukan bahkan membuat para penonton mulai tegang, karena kuatnya chemistry di antara mereka berdua.Dalam babak keempat, menampilkan akhir yang tragis bagi Odette dan sang pangeran. Tarian yang dibawakan oleh Ixy dan Hideki, membuat beberapa penonton menangis karena akhir ceritanya yang tragis.Setelah pertunjukan The Swan Lake itu selesai dipentaskan dan seluruh pemainnya memberikan hormat kepada para penonton.Seluruh penonton yang hadir langsung saja berdiri dan bertepuk tangan.Pertunjukan yang hebat dengan chemistry yang sungguh menakjubkan di antara Ixy dan Hideki hingga mereka sendiri tenggelam dalam cerita tersebut.Setelah pertunjukan usai dan tirai panggung sudah diturunkan kembali, semua

  • The Red Swan (The Demon vs A Dancer) (IND)   Act 84. Pertunjukan yang Akhirnya Tiba

    Setelah beberapa saat, Yvoxy kemudian mendekati Ixy dan berkata pelan, "Aku sejak awal, selalu mengira bahwa kau adalah penyihir, namun setelah Demona berhasil dikalahkan, ternyata selama ini, Ramona-lah yang telah membantumu, Ixy. Maafkan aku sudah mengira kau adalah penyihir sejak awal, ternyata kau sudah terlahir kembali sebagai manusia, dan bukankah ini adalah akhir yang bahagia untukmu?"Lalu Yvoxy menoleh ke arah Rae dan melanjutkan, "Rae, kau harus membereskan seluruh kekacauan yang kau buat di panti asuhan itu! Secepatnya! Yang kau lakukan hanya menari dan bermain-main saja!"Rae langsung tertawa, lalu membalas, "Apa? Aku sudah berhenti menari karena aku sendiri harus menjaga Ixy, nenek sihir tua!"Mendengar itu, Hideki dengan wajah yang memerah, dengan cepat langsung bertanya, "Jika begitu… Bukankah Ixy tidak memiliki tempat tinggal lain selain di panti asuhan itu? Ehm, Ixy… Boleh saja tinggal di rumahku, dengan senang hati!"Naoki langsung menepuk kepala Hideki dengan lemah

  • The Red Swan (The Demon vs A Dancer) (IND)   Act 83. Semua Misteri yang Terpecahkan

    Rae langsung saja berlari ke arah Naoki yang sudah kembali seperti sedia kala, dan dengan cepat, ia memeluk Naoki yang baru saja tersadar. Naoki sendiri terlihat kebingungan dengan apa yang baru saja terjadi."Naoki! Kau baik-baik saja!" seru Rae sambil memeluk Naoki dengan erat.Naoki, walaupun ia masih kebingungan, namun ia tersenyum, kemudian membalas, "Ah, ternyata kau mengkhawatirkanku. Maafkan aku, Rae," ia lalu membalas pelukan Rae dengan erat juga.Yvoxy sendiri terlihat tersenyum sambil memandang sekelilingnya. Semua penyihir akhirnya kembali lagi kepada keluarganya masing-masing, ada yang menangis terharu dan bahkan ada yang saling berpelukan.Keluarga-keluarga penyihir yang tadinya terpecah akibat salah satu dari mereka menjadi penyihir hitam atau terpisah karena diculik oleh Demona dan beberapa penyihir melarikan diri menuju ke Gedung Axell, akhirnya kini bisa bersatu kembali.Krahe yang tadinya tersungkur di atas tanah, kemudian bangkit perlahan dan melihat ibu kandungnya

  • The Red Swan (The Demon vs A Dancer) (IND)   Act 82. Harapan yang Terwujud

    Ixy menggeram. Ia kali ini memberanikan diri untuk berkata kepada Demona, "Kembalikan Hideki sekarang juga! Bebaskan semua yang ada di sini, dan tebuslah dosamu, Demona!"Mendengar perkataan Ixy barusan, Demona menjadi semakin marah, kemudian berteriak, "Jadi kau ingin kematian yang perlahan? Baiklah. Tangkap gadis itu, dan hancurkan dia!"Para penyihir marionette langsung menyerbu dirinya, namun, tiba-tiba, kabut-kabut hitam mulai mengelilingi tubuh Krahe, dan ia menghilang seketika dari samping Rae.Yvoxy dan Rae tampak terkejut, karena kini, Krahe muncul di hadapan Ixy sambil memasang badan untuknya dari para penyihir marionette yang mulai mencoba untuk mencabik-cabik dirinya.Krahe mulai melakukan perlawanan dengan kekuatan sihir hitamnya, ia mulai menghalau satu per satu para penyihir yang masih di bawah kontrol Demona itu.Sambil melakukan perlawanan, Krahe berkata kepada Ixy, "Maafkan aku sudah membuat kekacauan padamu… Aku akui bahwa aku juga menyukai Hideki, namun, kini aku t

  • The Red Swan (The Demon vs A Dancer) (IND)   Act 81. La Sylphide

    Ixy kemudian melakukan fifth position dan mengangkat kedua tangannya ke atas. Demona semakin tertawa melihat Ixy yang hendak menari, lalu ia berkata lagi, "Makhluk bodoh mana yang berpikir bahwa tariannya bisa mengalahkanku?""Ixy tidak lagi sendirian, Demona!" seru seseorang dari belakang Ixy.Rae, Yvoxy, Ixy dan Demona langsung mencari-cari asal suara itu, ternyata Hideki yang tiba-tiba muncul dan berdiri agak jauh di belakang Ixy, membuatnya membatalkan niatnya untuk menari. Ia langsung menatap pria itu dengan raut wajah yang sedih."Hideki? Kau adalah manusia, bagaimana caramu masuk ke dalam dunia penyihir?!" tanya Rae."Krahe membawaku ke sini tanpa sengaja," jawab Hideki dengan senyum kecil di wajahnya.Rae langsung menoleh ke kanan dan ke kiri, ternyata Krahe terlihat sedang tersungkur di atas tanah, dan jaraknya agak jauh dari mereka semua. Hideki kemudian berlari mendekati Ixy, dengan menerobos seluruh penyihir yang sedang menari mengelilinginya.Kemudian ia langsung berdiri

  • The Red Swan (The Demon vs A Dancer) (IND)   Act 80. The Swan Lake

    Sementara itu di dunia manusia, Hideki yang sedang berlatih di atas panggung, tiba-tiba menghentikan tariannya karena melihat 'Ixy' yang kini berdiri di samping panggung sambil memperhatikan dirinya.Ia tersenyum, kemudian bertanya, "Ixy, apa yang sedang kau lakukan di sini?"Sambil tersenyum juga, 'Ixy' kemudian menjawab, "Aku ingin menari bersamamu, Hideki."Mendengar permintaan itu, Hideki langsung tersenyum dengan sangat lebar. 'Ixy' lalu melakukan fifth position dan mulai menari, kemudian Hideki sendiri juga ikut menari dengan mengikuti alur gerakan yang dibuat oleh 'Ixy'."Hideki, bukankah kau bilang bahwa kau ingin mengisi hatiku yang kosong ini hingga penuh?" tanya 'Ixy' yang masih menari.Mereka berdua lalu mulai melakukan gerakan pas de deux.Sambil mengangkat tubuh 'Ixy', Hideki menjawab, "Apakah kau sudah menemukan jawaban untuk pertanyaanku? Aku ingin sekali bisa mengisi seluruh ruang di dalam hatimu."Gerakan pas de deux hampir selesai, dan 'Ixy' kemudian bertanya lagi,

  • The Red Swan (The Demon vs A Dancer) (IND)   Act 79. Marionette

    Sementara itu di dalam dunia penyihir, suasana semakin lama semakin mencekam. Retakan pada benteng pelindung magis semakin terlihat panjang dan banyak.Langit di seluruh penjuru dunia penyihir juga semakin menghitam, bahkan sepertinya Demona sudah semakin kuat, ia bahkan kali ini tidak membutuhkan tubuh fisik lagi, namun ia menjadikan langit di dunia penyihir sebagai tubuhnya.Kedua matanya yang muncul di atas langit dunia penyihir itu membuat seluruh penyihir putih dan netral, semakin takut, bahkan walaupun mereka ada di dalam Gedung Axell.Rae sendiri terlihat sedang berlari di dalam Gedung Axell, tampaknya sedang mencari seseorang. Setelah berlari kesana dan kemari untuk beberapa saat, akhirnya ia menemukan orang tersebut.Seorang wanita yang wajahnya mulai terlihat keriput, sedang menyapu di pojokan salah satu bagian dari Gedung Axell.Rae langsung mendekati wanita itu, kemudian berdiri di dekatnya dan berbisik pelan, "Anakmu, kami sudah menemukan anakmu, Syerin, nyonya Rosse."Se

  • The Red Swan (The Demon vs A Dancer) (IND)   Act 78. Romeo dan Juliet

    Para gadis penari balet, termasuk Krea, langsung menoleh ke arahnya dan menatapnya dengan tatapan sinis. Ixy hanya diam tanpa membalas tatapan sinis dari para gadis penari tersebut. Ia lalu berdiri dan berjalan mendekati Hideki tanpa ada sepatah kata terucap dari bibirnya.Ia kemudian berdiri di hadapan pria itu, dan kali ini ia memulai tariannya dengan first position, dan menari sebagai Odette terlebih dahulu. Entah mengapa, Hideki juga ikut menari bersamanya, namun, dengan sepenuh hati.Krea bahkan memperhatikan Hideki yang sangat fokus sekali menatap Ixy, bahkan senyum di wajah pria itu menandakan ada sebuah perasaan yang sedang disembunyikan olehnya.Entah mengapa, menari berdua bersama Ixy, membuat seluruh gerakan Hideki seperti menyatu dengan seluruh gerakan tari yang sedang dibawakan oleh gadis itu. Ketika sampai pada bagian Odile, Ixy sama sekali tidak menampilkan kesalahan satu pun.Namun, ketika ia hendak melakukan gerakan pas de deux, Krea terlihat sedang mengeluarkan kekua

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status