Rae bermimpi dalam tidurnya. Ia bertemu neneknya, Ramona, dengan pakaian yang serba putih, rambutnya yang berwarna putih, dengan bola matanya yang berwarna coklat tua, serta wajahnya yang tidak menua. Ramona lalu menatap Rae dan tersenyum kepadanya.
Rae terkejut melihat neneknya tersenyum, karena sejak ia berhasil menyegel Demona dengan kepingan-kepingan hatinya, yang Rae tahu adalah Ramona sama sekali tidak bisa tersenyum, apalagi merasakan cinta, kesedihan, kesepian, kekecewaan, dan perasaan-perasaan lainnya.
Ramona yang tersenyum kepada Rae, berkata, "Rae, kau tidak pernah menemuiku karena aku sudah lebih dulu meninggal sebelum kau lahir namun, sepertinya orang tuamu menceritakan semuanya tentang diriku kepadamu, Rae."
Rae langsung berlari, kemudian memeluk neneknya yang bahkan tidak pernah ia temui itu.
Setelah memeluk neneknya untuk beberapa saat, ia lantas berkata, "Nenek! Aku akhirnya bisa bertemu denganmu, untuk pertama kalinya! Ah, apakah kau sudah tahu bahwa Demona sudah bangkit kembali? Seseorang sudah berhasil membuka segelnya, dan Demona, ia membunuh orang-orang, termasuk orang yang membuka segelnya, dan menggunakan tubuhnya untuk dijadikan fisiknya sendiri!"
Ramona hanya tertawa kecil mendengar cerita dari cucunya itu.
"Nenek, apa karena segel Demona yang sudah terbuka, kau mendapatkan kembali kepingan-kepingan hatimu, dan sekarang kau bisa tersenyum lagi? Mereka bilang kepadaku bahwa kau sampai akhir hayat pun, tidak tersenyum sama sekali!" tanya Rae dengan rasa penasaran.
Ramona menatap cucunya, membelai kepalanya, lalu menjawab, "Rae, kau sudah besar sekarang. Aku minta maaf tidak bisa memberikanmu cinta ketika kau masih kecil, karena aku harus pergi terlebih dahulu. Namun, Rae, ini adalah mimpi. Aku tidak mendapatkan kepingan-kepingan hatiku kembali, tapi, ini adalah mimpi, dan mimpi, tidak mempunyai batasan. Aku bisa tersenyum kepadamu, hanya di dalam mimpi ini."
Rae yang mendengar jawaban dari neneknya, lalu bersedih, dan berkata, "Nenek, mereka tidak memperbolehkanku menari lagi. Aku kesal, kesal sekali! Mereka menyalahkan tarian-tarian balet yang indah itu, hanya karena Demona!"
Ramona tertawa kecil, kemudian mengatakan, "Rae, aku tidak bisa berlama-lama di sini. Akan kuberitahu saja dengan cepat. Segel yang kubuat untuk Demona, akan ku akui, tidak begitu kuat. Aku tidak mempunyai perasaan sekuat itu, lagi pula, yang bisa membuka segel Demona adalah seseorang yang memiliki kegelapan dalam hatinya yang sangat kuat. Siapakah orang yang telah berhasil membuka segel Demona? Pastilah ia mempunyai ambisi yang besar dan kuat."
Rae lalu menundukkan kepalanya setelah mendengar perkataan neneknya. Ramona lalu memeluk Rae, dan setelah beberapa saat, ia mengajak cucunya tersebut untuk berjalan-jalan, entah ke mana tujuannya
Ramona, sambil menggandeng tangan kiri Rae, ia berkata, "Suatu saat nanti, pertikaian antara penyihir-penyihir hitam dan penyihir-penyihir putih, akan mengakibatkan jatuhnya korban dari para penyihir netral yang tidak ikut dalam organisasi mana pun, baik hitam maupun putih."
Mendengar perkataan neneknya, Rae langsung membalas dengan wajah sedih, "Nenek, apa tidak ada cara lain untuk menghentikan Demona? Walaupun aku keturunan nenek langsung, namun, kekuatanku tidak sebesar itu. Aku tidak ingin terlibat dalam semua ini, aku hanya ingin menari, nek."
Ramona tersenyum mendengar perkataan cucunya itu, lalu menggandengnya semakin erat, kemudian berkata, "Rae. Dengarkan aku. Di suatu hari nanti akan ada seorang anak gadis yang terlahir dari rahim seorang penyihir netral, yang mencintai manusia. Anak gadis tersebut akan memiliki sebuah kekuatan yang bisa menghancurkan Demona, namun, di awal-awal kehidupannya, semua akan terasa berat untuk dirinya. Ia mungkin saja dan bisa saja, tidak akan mau menolong dunia penyihir, karena takut akan kekuatannya sendiri. Ia harus bisa mengendalikan kekuatannya tersebut, dan dengan demikian, Demona bisa dikalahkan."
Rae tiba-tiba saja berhenti melangkah, membuat Ramona sedikit kaget, dan menoleh kebelakang, lalu menatap Rae dengan ekspresi terheran-heran, kemudian Ramona bertanya, "Ada apa, cucuku? Mengapa kau berhenti melangkah?"
Rae langsung bertanya kembali kepada neneknya, "Nek, jika memang anak gadis itu ditakdirkan untuk melawan Demona, jika ia berhasil menyegel Demona kembali, bukankah suatu saat nanti, kejadian ini akan terulang lagi? Maksudku, akan ada yang membuka segel Demona kembali, dan kita akan terus, berulang-ulang, mengalami pertikaian tanpa akhir?"
Ramona tersenyum, dan langsung menjawab, "Tidak, sayang. Jika anak gadis tersebut setuju untuk membantu dunia penyihir, ia akan bisa menghancurkan Demona selamanya, dan dunia penyihir akan kembali tenang dan damai. Ah, iya, aku ingin kau menyampaikan hal ini kepada Yvoxy. Bisa jadi kalian akan kehilangan anak gadis tersebut, karena ia sadar ia bukan seorang penyihir, melainkan manusia, walaupun ia terlahir dari rahim seorang penyihir."
Rae yang semakin kebingungan, lalu bertanya lagi, "Bukankah kau berkata barusan bahwa anak gadis tersebut memiliki kekuatan sihir, lantas mengapa ia bukan seorang penyihir?"
Ramona lalu membelai kepala Rae, kemudian menjawab lagi, "Nak, kau tidak mengerti. Manusia itu makhluk yang menarik. Kekuatan mereka memang bukan kekuatan sihir, namun, kekuatan yang mereka miliki adalah perasaan, emosi, dan akal budi…"
Tiba-tiba saja Rae terbangun dari mimpinya tersebut. Ia sudah kembali ke dunia nyata. Karena terkejut akan perkataan neneknya di dalam mimpi tadi, Rae langsung terduduk di pinggir ranjangnya, dengan ekspresi sangat terkaget-kaget.
Keringat dinginnya mulai mengalir turun ke wajahnya, dan ia langsung bergumam sendiri, "Anak gadis itu… harus berhasil kutemukan. nenek mempercayakannya padaku. Aku harus menemukannya, tapi, bagaimana? Bagaimana caranya aku tahu anak gadis siapa dan di mana? nenek…"
Rae langsung berdiri dari ranjangnya, dan berlari keluar dari kamar, membuka pintu tanpa menutupnya kembali. Ia langsung memakai sepatu, dan membuka pintu depan rumahnya, sejurus kemudian, ia berlari keluar rumah setelah membanting pintunya.
Ia berlari menuju rumah Yvoxy, namun, ia melihat banyak burung-burung gagak hitam yang berterbangan kesana dan kemari, serta langit yang masih gelap, tanpa matahari sama sekali.
Tanpa memperdulikan hal itu, Rae meneruskan langkahnya dengan cepat, berlari menuju rumah Yvoxy.
Ketika ia sudah sampai di depan rumah Yvoxy, ia langsung mengetuk pintunya dengan sangat keras sehingga Yvoxy yang sedang beristirahat, terkejut mendengar suara ketukan pintu tersebut dan dengan segera membukanya, lalu terkejut melihat Rae yang sudah berdiri sambil terengah-engah menarik nafas karena berlari terlalu cepat.
"Rae! Aduh, kau ini bodoh atau polos? Kau ini penyihir! Mengapa berlari? Kau bisa memakai kekuatanmu, kan?" tanya Yvoxy dengan ekspresi wajahnya terheran-heran.
Rae tersenyum mendengarnya, dan setelah ia selesai mengambil nafas panjang, ia lalu membalas Yvoxy, "Aku lupa bahwa aku adalah seorang penyihir, sejak aku bisa menari. Ah, Yvoxy, nenekku menyampaikan sesuatu, aku bertemu dengannya di dalam mimpi."
Mendengar perkataan Rae barusan, Yvoxy langsung tersenyum lebar, dan mempersilahkan Rae untuk masuk ke dalam rumahnya, lalu mengajak Rae untuk duduk di atas lantai bersamanya di samping perapian.
"Jadi, apa yang dikatakan Ramona?" tanya Yvoxy dengan ekspresi wajah yang senang.
Rae lalu mendekati Yvoxy, dan berbisik dengan sangat pelan, "Yvoxy, nenekku mengatakan bahwa kita tidak perlu mengulang-ulang terus menerus keterpurukan ini. Menyegel Demona akan percuma karena suatu saat nanti ia bisa kembali bangkit jika ada seseorang yang memang mempunyai ambisi dan niat jahat yang kuat dalam dirinya. Namun, nanti, akan ada waktunya, ketika lahir seorang anak gadis yang akan bisa mengalahkan Demona selamanya!"
Yvoxy langsung terkejut mendengar pernyataan Rae tadi. Ia bahkan menatap Rae dengan ekspresi wajah yang kebingungan, lalu bertanya, "Apa mungkin? Seorang penyihir, atau manusia?"Rae langsung menjawab pertanyaan Yvoxy dengan tegas, "Anak gadis tersebut, menurut nenekku, akan lahir dari rahim seorang penyihir netral, namun, kekasihnya adalah seorang manusia!"Langsung saja Yvoxy merasa kesal setelah mendengar jawaban itu, lalu menatap Rae dengan ekspresi wajah yang terlihat marah, kemudian berkata, "Tidak mungkin! Penyihir mana yang berani melakukan hubungan badan dengan manusia? Kau sudah gila, Rae. Mimpi adalah mimpi! Jika Ramona dalam mimpimu berkata demikian, itu artinya memang Demona tidak akan pernah bisa dikalahkan, Rae! Mustahil sekali, penyihir mana yang mau melahirkan anak seorang manusia?"Rae yang tiba-tiba menjadi kebingungan setelah mendengar perkataan Yvoxy, hanya bisa menghela nafas panjang, lalu berkata, "Kau benar juga. Mimpi adalah mimpi. Baiklah, dari pada kita hany
Mereka berdua, Yvoxy dan Rae, berjalan agak cepat ke arah yang ditunjuk oleh wanita tua tadi, sambil melihat-lihat rumah-rumah warga di sekelilingnya.Namun, setelah menyusuri jalan untuk beberapa lama, mereka berdua mulai kebingungan karena belum juga menemukan rumah pria muda tersebut. Karena dilarang menggunakan sihir di dalam dunia manusia, mereka berdua hanya bisa mencari-cari rumah pria muda itu tanpa memakai kekuatan sihir.Setelah mencari-cari untuk sekian lama, Yvoxy dan Rae mulai kelelahan. Mereka lalu memutuskan untuk beristirahat sebentar, kemudian tanpa sengaja, mereka melihat sebuah bangku kosong yang terletak di seberang jalan.Mereka kemudian memutuskan untuk menyeberang jalan dan lalu duduk di atas bangku itu.Yvoxy lalu menolehkan kepalanya ke arah Rae yang sedang duduk di sampingnya dan menatap Rae dengan ekspresi kesal, lalu berkata, "Aku rasa wanita tua itu hanya membual saja, mengarang cerita demi menakut-nakuti anak muda seperti dirimu!"Rae lalu menolehkan kepa
Waktu kembali berjalan mundur ketika Rae kembali menggunakan kekuatan sihirnya. Waktu berjalan lebih mundur daripada sebelumnya, dan seluruh kejadian di dalam rumah tersebut mulai perlahan muncul di sekeliling Yvoxy dan Rae.Tiba-tiba saja waktu berhenti tepat ketika di mana Lyxia sedang bermesraan dengan pria muda tersebut, lalu, semuanya menjadi jelas. Lyxia mencintai pria muda tersebut, seorang manusia. Yvoxy sangat terkejut ketika ia sendiri dengan mata kepalanya sendiri, menyaksikan Lyxia dan pria muda tersebut tengah dimabuk asmara berdua, semalam penuh.Dalam hati Yvoxy, tidak mungkin ada seorang penyihir yang berani melanggar peraturan untuk tidak mencintai manusia, apalagi sampai berhubungan badan dengan manusia!Yvoxy sangat terkejut dengan apa yang sudah ia lihat, bahkan, terlihat juga waktu ketika Lyxia menyaksikan bahwa pria muda itu ternyata sedang bersama wanita lain ketika Lyxia tidak ada.Kecemburuan terlihat jelas di mata Lyxia, dan tubuh Lyxia tiba-tiba dikelilingi
Lyxia tidak berhenti menari. Ia terus melanjutkan gerakan-gerakan tarian Giselle sambil memerankan Giselle itu sendiri, kemudian ia menjawab guru tarinya itu, "Guru, aku mencintai pria manusia itu, Mikhel namanya. Aku tidak tahu bahwa ia sudah memiliki tunangan. Terpuruk, hatiku sakit, masih ingin mencari kebenarannya. Guru, apakah Mikhel mencintaiku juga, ataukah aku adalah Giselle dalam kehidupan ini?"Rae masih menari bersama Lyxia, mendengar pertanyaan itu dan langsung berkata, "Lyxia. Mencintai itu tidak salah. Kau tidak bisa menyalahkan cinta. Perasaan itu tidak pernah salah. Yang salah adalah orang itu, tidak bisa menjaga hatimu. Ia tidak pantas untukmu, yang mempunyai hati polos dan seputih salju. Lyxia, menarilah The Swan Lake bersamaku."Sambil masih menari sebagai Giselle, Lyxia langsung membalas Rae, "Tidak, guru. Aku adalah Giselle, bukan Odette. Odette tidak bisa melakukan pas de deux bersama pangerannya, karena Odile mencurinya. Hanya Odile yang berhasil melakukan pas d
Ruangan itu sangat kecil. Letaknya memang di bawah tanah rumah Yvoxy, dan memang, hampir semua penyihir senior, mempunyai ruang bawah tanah rahasia di dalam rumahnya, biasanya memang dibangun untuk menyimpan benda-benda berharga.Yvoxy lalu melepaskan tangan Rae, kemudian membuka sebuah lemari berwarna coklat, yang terlihat kotor sekali, bahkan diperkirakan usianya sudah sangat tua, jika dibandingkan, Yvoxy sendiri berusia seratus enam belas tahun.Setelah membuka lemari tua yang kotor itu, Yvoxy kemudian mengambil sebuah kotak kecil berwarna merah darah, kemudian memberikannya kepada Rae, lalu berbisik pelan, "Jika Lyxia memang ingin memperbaiki situasi ini, karena dia sendiri adalah penyebab satu-satunya kebangkitan Demona, berikan ini padanya jika kau bertemu Lyxia lagi dalam mimpimu di kemudian hari."Rae lalu memandang kotak kecil berwarna merah darah itu dengan sangat teliti tanpa membukanya sama sekali.Kemudian ia menatap Yvoxy dengan ekspresi wajah yang penuh dengan kebingung
(Cerita ini masih di dalam mimpi Rae.)Ramona terlihat sedang berjalan dengan seseorang di sampingnya, dan mereka terlihat sangat akrab sekali, berjalan sambil berbicara tentang apapun, bersama.Ramona, yang kemungkinan besar masih berusia tiga puluh lima tahun, masih memiliki rambut panjang berwarna abu-abu, yang memanjang hingga dadanya.Kedua bola matanya yang berwarna putih, berkaca-kaca setiap kali mendengarkan seseorang di sebelahnya yang sedang berbicara. Ramona terlihat sangat senang mendengarkan orang tersebut, oh, bukan, wanita tersebut.Wanita di sebelah Ramona yang sedang berbicara dengannya itu, memiliki rambut berwarna coklat yang pendek hanya sampai dagunya saja, dan kedua bola matanya berwarna hitam. Wanita itu adalah Demona.Mereka berdua, Ramona dan Demona, tampak berteman baik dan memang, mereka sebelumnya adalah teman baik, yang sangat akrab satu sama lain.Ramona selalu ada untuk Demona, begitu juga sebaliknya. Demona adalah anak yatim piatu. Ia tidak pernah diper
Ramona kemudian berkata pada pria tampan tersebut dengan senyum kecut di wajahnya."Maafkan temanku ini, ia hanya terlalu senang berjalan-jalan di pasar malam ini, maafkan kami sudah mengganggumu, kami akan pergi sekarang, ayo, Demona," ucap Ramona pelan.Namun, tampaknya Demona tidak mau pergi, ia kemudian berkata pada Ramona, "Kau bisa pergi terlebih dahulu, Ramona. Aku masih ingin membeli minuman di sini."Ramona hanya bisa menghela nafas panjang, kemudian membalas, "Baiklah, aku akan berada di sekitar pasar ini, aku akan menunggumu."Ramona kemudian berjalan pergi, meninggalkan Demona dan pria tampan tersebut berdua. Demona kemudian berpura-pura ingin memesan minuman, namun, sebenarnya ia ingin mengenal pria tampan itu."Maafkan aku, aku hanya kagum pada kios minuman ini, begitu berwarna-warni," ucap Demona sambil tersipu malu kepada pria tampan itu.Pria tampan itu hanya tersenyum mendengar perkataan Demona, dan ia kemudian membalas, "Ah, nona, anda mau pesan apa?"Demona kemudia
Keesokan harinya, dan keesokannya, dan seterusnya, Demona kembali mengajak Ramona kembali ke kios minuman, terus menerus, bahkan hampir setiap hari Demona mengajaknya ke sana.Ramona sedikit demi sedikit mulai terlihat kesal, bahkan ia sempat bertanya pada Demona, "Mengapa tidak kau sendiri saja pergi ke sana setiap hari, aku sudah mulai bosan!"Namun, Demona berdalih, "Jika aku ke sana seorang diri, Karol akan menganggapku aneh!"Sudah hampir tiga minggu, tiada satu hari pun tanpa Demona mengajak Ramona untuk menemui Karol, entah apa lagi alasannya, namun, Ramona mulai curiga bahwa Demona sebenarnya menyukai Karol.Sementara, Karol sendiri tampaknya mulai akrab dengan Demona, dan terkadang, Demona membantu Karol menjalankan kios minumannya. Ramona yang ikut dengan Demona, mau tidak mau juga ikut membantu Karol, walaupun hanya sekedar membawakan kardus-kardus berisi minuman kaleng kecil.Ada hari di mana memang kios minuman kecil milik Karol tersebut, agak ramai pembeli. Suatu ketika,