Christian Kim selalu mendapatkan apa yang dia inginkan. Oleh sebab itu, Tuan Muda Tampan itu yakin akan dengan mudahnya mendapatkan Moon yang hanyalah sebatas gadis desa biasa. Tapi, siapa sangka, meski Moon melayani Christian, tapi ia tak segan melawannya? Lantas, bagaimana kisah keduanya? Akankah hubungan mereka akan berhasil atau memilih untuk berpisah?
もっと見るMoon perlahan mulai tersadar, merasakan dinginnya ruangan dan kerasnya kursi kayu di punggungnya. Kedua tangannya diikat erat, membuatnya sulit bergerak. Ruangan itu remang-remang, hanya diterangi oleh lampu yang berkelap-kelip di sudut. Ketika pandangannya mulai jelas, dia melihat sosok pria tinggi dengan senyum sinis yang mengenakan setelan rapi, melangkah pelan menghampirinya."Adikku ini cukup cantik, dan aku yakin dia akan membuat mereka bahagia," ucap Calvin, matanya menatap Moon dengan dingin.Moon mengerjap, berusaha fokus. Saat kesadarannya pulih, ia menyadari sepenuhnya bahwa dia berada di tempat yang asing dan tidak aman. Jantungnya berdegup kencang, kecemasan menyelimuti pikirannya."Apa kabar, adikku?" tanya Calvin dengan nada yang penuh sindiran, berdiri tepat di depannya.Moon menggigit bibir, berusaha menenangkan diri, meski dadanya sesak oleh rasa takut dan kebencian yang berkecamuk. Pandangannya kini sepenuhnya je
Malam itu, ketika Moon sedang terlelap, suasana di dalam rumahnya begitu tenang. Angin malam berhembus lembut di luar jendela, tetapi di dalam, keheningan lebih dalam daripada biasanya. Tanpa disadari, beberapa pria memasuki rumahnya dengan langkah-langkah yang sangat hati-hati, memastikan setiap langkah mereka tidak menimbulkan suara. Bayangan mereka bergerak pelan dalam kegelapan, langsung menuju kamar utama di mana Moon tertidur di atas kasur dengan selimut tebal melindungi tubuhnya dari dingin.Saat pintu kamar terbuka perlahan, mereka mengintip ke dalam, menemukan Moon yang tak menyadari ancaman mendekat. Salah satu pria mendekat dengan sapu tangan di tangan. Gerakannya cepat dan tepat, membekap mulut Moon sebelum gadis itu sempat menyadari apa yang terjadi. Seketika, Moon terbangun dengan mata terbelalak, tubuhnya memberontak dalam upaya untuk melawan. Namun, usahanya sia-sia ketika pria-pria itu menekan tubuhnya, mengunci kaki dan tangan Moon agar tidak bisa bergerak.
"Tuan muda," sapa Luwis, suaranya bergetar namun berusaha tenang, wajahnya sedikit pucat saat melihat kehadiran Christian yang tidak terduga.Christian menatap Luwis dan Victor dengan tatapan tajam, seolah membaca pikiran pria yang berdiri di depannya. "Kenapa terkejut melihat kedatanganku? Bukankah Papa sangat berharap aku pulang?" tanyanya sambil duduk santai di sofa. Kakinya disilangkan, sikap tubuhnya menunjukkan dominasi dan ketenangan, seolah tidak terjadi apa-apa."Tidak ada!" jawab Victor cepat, namun nadanya mengandung kegelisahan yang tidak bisa ia sembunyikan. "Hanya tidak menyangka kamu akhirnya kembali," tambahnya dengan senyum tipis, mencoba mengendalikan situasi.Christian menyunggingkan senyum dingin. "Tenang saja, Aku akan kembali ke perusahaan. Dan membantu bisnis keluarga ini.""Tuan muda, akhirnya Anda kembali. Tuan besar sangat mencemaskan Anda. Dan beberapa hari lagi rapat akan dilaksanakan. Anda harus hadir." Nadanya pen
Christian menatap kosong ke arah jendela, pikirannya dipenuhi oleh kemarahan yang membara dan kepedihan mendalam. Di tangannya, laporan-laporan bukti yang dikumpulkan Mike terasa berat—seolah tiap lembar kertas itu menggambarkan pengkhianatan yang selama ini tersembunyi."Tuan muda, kematian kedua orang tua Anda terbukti direncanakan oleh Direktur Utama," kata Mike, memecah keheningan yang mencekam.Mata Christian mulai memerah, tapi dia menahan emosinya agar tak tumpah di hadapan Mike. "Dia dekat dengan mereka," gumamnya penuh kebencian. "Dan membunuh mereka dengan cara membakar mereka hidup-hidup. Kemudian dianggap sebagai kecelakaan. Dia lolos selama 30 tahun... dan mengadopsiku sepanjang waktu itu."Dia memukul meja dengan keras, menggema di seluruh ruangan. "Apakah dia tidak merasa bersalah sama sekali? Bisa-bisanya dia berhadapan denganku tanpa penyesalan," suaranya parau, penuh dendam yang selama ini terpendam.Mike menghela napas, mencoba tetap tena
"Apa yang kamu bicarakan?" tanya Victor, suaranya terdengar tegas namun penuh kebingungan. Tatapannya tertuju tajam pada Calvin, anaknya, yang berdiri di depannya dengan senyum yang sulit diartikan.Calvin tidak langsung menjawab. Dengan gerakan santai namun penuh arti, dia merogoh saku jasnya dan mengeluarkan selembar foto yang sudah agak kusut. Senyumnya tetap menghiasi wajahnya ketika dia menyerahkan foto itu kepada ayahnya.Victor meraih foto tersebut dengan tangan yang sedikit gemetar. Saat matanya fokus pada gambar di depannya, dia merasa seakan waktu berhenti. Foto itu menampilkan Michael dan Sunly, dua orang yang dulu pernah dekat dengannya. Mereka berdua tampak sedang menggendong bayi laki-laki—bayi yang segera dikenalnya. Mata Victor melebar, kejutan bercampur dengan kepanikan mulai merayap ke dalam dirinya."Papa," suara Calvin terdengar rendah namun penuh kekuatan, "Aku baru saja menemukan sebuah rahasia besar. Coba pikirkan, apa yang akan Chri
Christian menatap foto itu dengan perasaan campur aduk. Foto tua yang diambil 30 puluhan tahun lalu, menampilkan seorang bayi dalam gendongan pria dan wanita yang tampak bahagia. Nama Micheal Downson dan Sunly Sebastian sudah lama asing di telinganya, tapi kini, semuanya mulai masuk akal. Tubuhnya terasa berat, seolah gravitasi menariknya lebih kuat daripada biasanya."Kenapa aku ada bersama mereka semasa kecil? Apa hubunganku dengan Micheal Downson dan Sunly Sebastian?" Suaranya serak, nyaris tertahan, seperti ada sesuatu yang menghimpit tenggorokannya. Dia hampir tidak bisa percaya dengan apa yang mulai terkuak."Tuan muda, mereka berkemungkinan besar adalah orang tua kandung Anda. Aku sudah bertanya pada semua kenalan mereka. Semua jawabannya sama, bahwa bayi dalam foto itu adalah putra mereka," jawab Mike.Christian memandangi foto itu lebih dalam. Tangannya mulai gemetar, tak sanggup menahan getaran emosi yang mulai menyeruak."Lalu, siapa yang
Christian mendatangi desa tempat Moon berada.Christian mengamati dari kejauhan, melihat Moon yang tersenyum saat bekerja ditemani seorang pria, teman kerjanya. Pria itu tampak ramah, sering membantu Moon dengan penuh perhatian, dan Moon tampak nyaman di sisinya. Christian merasakan dadanya sesak, namun ia tetap diam di tempat, hanya mengamati.Raut wajahnya murung, matanya tak lepas dari sosok Moon."Mungkin ini yang terbaik bagimu," gumam Christian pelan, suaranya hampir tak terdengar, seolah ia berbicara pada dirinya sendiri. "Mulailah hidup baru dengan seseorang yang bisa membuatmu bahagia."Ia menelan ludah, mencoba menghilangkan kepedihan yang mulai menghimpit hatinya. Matanya tetap fokus pada Moon, namun kini ada kesadaran yang perlahan tumbuh dalam benaknya."Moon, yang aku inginkan adalah kebahagiaanmu... meskipun itu berarti bukan denganku."Ia menghela napas panjang, kedua tangannya mengepal tanpa sadar. "Aku akan menyimpan perasa
Setelah kembali ke apartemennya, Christian berdiri di dekat jendela besar yang memandang keluar ke kota. Pikirannya berkecamuk, tetapi raut wajahnya tetap dingin, seperti biasanya. Dia meneguk minumannya dengan lambat, merasakan hangatnya alkohol yang menjalar di tenggorokannya, sebelum suara pintu terbuka di belakangnya mengisyaratkan kedatangan Mike."Selidiki Micheal Downson dan Sunly Sebastian!" Christian berbicara tanpa berpaling, pandangannya masih terarah ke jendela. Suaranya rendah namun penuh wibawa.Mike berdiri tegap, sedikit terkejut dengan nama-nama yang disebutkan. "Baik, Tuan muda," jawabnya cepat, namun keraguan terlintas di benaknya. "Tapi, siapa mereka?"Christian menghela napas panjang, lalu akhirnya berbalik menghadap Mike. Wajahnya yang biasanya tanpa ekspresi kini menunjukkan secercah kebingungan, seolah ada sesuatu yang mengusik hatinya. "Hari ini aku diajak papa mengunjungi makam mereka. Wajah mereka terasa tidak asing. Aku ingin tahu sem
Di sebuah kamar hotel yang mewah, dengan pemandangan kota yang ramai di luar jendela, Victor dan Christian duduk berhadapan di sofa yang empuk. Suasana di antara mereka terasa tegang, seolah-olah ada jurang yang tak terlihat yang memisahkan keduanya. Christian menatap kosong ke lantai, sedangkan Victor memandang putranya dengan wajah tegas, namun menyimpan rasa bersalah yang sulit ia ungkapkan.Victor menarik napas panjang, mencoba memulai pembicaraan yang telah lama ia hindari. "Christian," suaranya tenang, namun ada sedikit nada mendesak, "Apakah kamu tidak berencana kembali ke perusahaan? Sudah lama kamu tidak masuk kerja."Christian tetap diam, matanya masih kosong. Victor melanjutkan dengan suara lebih tegas, "Jangan terpuruk hanya demi seorang gadis!"Christian mendongak perlahan, tatapannya kini menusuk tepat ke mata Victor. "Kenapa Papa bisa begitu santai?" tanyanya dengan nada yang dingin, tapi penuh emosi yang tertahan. "Apakah Papa tidak berencana men
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
コメント