Beranda / Fantasi / The Red Swan (The Demon vs A Dancer) (IND) / Act 13. Kembalinya Para Penyihir Hitam

Share

Act 13. Kembalinya Para Penyihir Hitam

Penulis: arrinknight
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-08 09:26:41

Mendengar pertanyaan dari Rae barusan, Yvoxy lalu menjawab dengan cepat, "Lyxia baru saja menguasai sihir untuk membuka portal ke dunia manusia. Kita bisa mulai dari sana, dunia manusia. Ia tampak terburu-buru memintaku dalam waktu satu minggu, agar ia bisa menguasai caranya membuat portal tersebut. Kau harus mengikutiku, Rae, sebagai cucu dari Ramona, aku berharap banyak padamu."

Rae mengangguk. Mereka lalu berjalan bersama, keluar dari Gedung Axell, lalu pulang ke rumah masing-masing. Langit masih tampak gelap gulita karena kehadiran Demona yang mulai menguasai langit di dalam dunia penyihir.

Melihat langit yang begitu kelam, Rae kemudian bersedih. Ia mengingat Lyxia sebagai anak didik yang pintar, bahkan tariannya selalu membuat orang-orang yang melihatnya, terpana dan terkagum-kagum. Rae meneruskan langkahnya, berjalan menuju rumahnya yang agak jauh dari Gedung Axell. Matanya masih terlihat sedih atas kejadian hari ini.

Sementara itu, pintu di sebuah gedung tua kosong dan gelap yang letaknya berada di paling ujung dunia penyihir, tiba-tiba saja terbuka. Langkah kaki seseorang terdengar begitu jelas di dalam gedung tua yang kotor dan sepi itu.

Ternyata, bukan langkah kaki seseorang, melainkan seekor burung gagak hitam besar dengan tinggi yang sama seperti manusia biasa, dan mempunyai sayap dan paruh yang besar, terlihat memasuki gedung tersebut. Burung gagak hitam besar dan menakutkan tersebut tiba-tiba saja menari, sebuah gerakan dari tari balet yang seharusnya indah.

Namun, tariannya sangat menakutkan, hingga serangga-serangga yang hinggap di seluruh dinding gedung tua kotor itu, berlarian pergi menjauhi burung gagak hitam besar tersebut. Setelah menari hingga ke tengah-tengah gedung tua yang kotor itu, burung gagak hitam besar itu kemudian berhenti.

Dalam sekejap, kabut-kabut hitam mengelilingi burung gagak hitam besar tersebut, yang kemudian berubah menjadi Demona, namun, masih menggunakan fisik dari Lyxia.

Demona yang memakai terusan berwarna hitam (dress tutu) dan sepatu balet en pointé yang juga berwarna hitam, dengan bola matanya yang berwarna abu-abu, lalu terdiam sejenak.

Beberapa saat kemudian, ia lalu meraih rambutnya yang hitam dan panjang yang menjulang hingga ke pinggangnya itu, dan menatapnya agak lama, namun, Demona rupanya tidak menyukai rambut itu.

Ekspresi wajahnya terlihat kesal. Ia lalu mengangkat tangan kanannya dan dengan cepat, sebuah pedang panjang berwarna hitam muncul.

Demona lalu memotong rambut hitam panjang milik Lyxia yang cantik itu dengan pedang panjang yang baru saja ia miliki, hingga rambut hitam yang tadinya panjang sepinggang, kini tersisa hanya sampai di atas dagunya saja.

Rambut-rambut sisa yang sudah terpotong, langsung jatuh ke atas lantai. Demona tertawa licik, sambil menginjak sisa-sisa rambut berwarna hitam tersebut.

Tiba-tiba saja, pintu masuk bagian depan gedung tua yang kotor itu, terbuka lebar.

Terdengar suara langkah kaki yang agak ramai seolah ingin berebut masuk ke dalam gedung tua kotor itu. Demona lalu menoleh, dan melihat siapa yang datang dari balik pintu.

"Para pengikut-pengikut lamaku yang setia, silahkan masuk!" teriaknya.

Lalu, terlihat beberapa penyihir yang semuanya menggunakan pakaian hitam, masuk ke dalam gedung tua kotor itu, setelah Demona mempersilahkan mereka untuk masuk.

Jumlahnya memang tidak sebanyak penyihir-penyihir yang berada di dalam Gedung Axell tadi. Setelah semua penyihir masuk, pintu masuk tersebut langsung menutup sendiri dengan keras.

Seorang penyihir mengangkat kepalanya, menatap Demona, lalu berkata, "Pemimpin para penyihir hitam yang agung, ratu kami, Demona, telah kembali setelah sekian lama. Kami tersiksa tanpa kehadiranmu, Yang Mulia. Penyihir-penyihir putih dan penyihir-penyihir netral pun merundung kami, hanya karena kami adalah bekas penyihir hitam, bekas pengikutmu. Namun kali ini, kami semua merasa senang dan terlindungi, karena engkau, Yang Mulia, akhirnya bangkit. Kami menantikan perlindunganmu, Yang Mulia Demona!"

Seluruh penyihir-penyihir yang berada di dalam ruangan gelap itu langsung bersorak, "Hidup Yang Mulia Demona!" Dan mereka semua kemudian berlutut di hadapan Demona.

Demona tertawa sinis setelah mendengar sorak sorai dari para pengikutnya. Ia lalu mengangkat tangan kanannya, dengan kekuatan sihir hitamnya, sebuah kursi besar yang berbentuk burung gagak hitam besar, muncul dari bawah tanah, menuju ke atas, dan menembus lantai gedung tua kotor itu.

Demona lalu duduk di atas kursi menakutkan yang sekarang telah menjadi singgasananya itu.

Ia lalu berseru, "Mulai hari ini, kalian para penyihir hitam, pengikut-pengikutku yang setia, tidak perlu lagi khawatir. Aku sudah kembali, dan sudah berada di hadapan kalian, ilmu sihir hitam yang kumiliki... Sekarang sudah siap untuk menyerap energi-energi dari orang-orang yang akan kalian bawakan kepadaku. Aku berharap kalian bisa membawa seorang korban manusia, karena para manusia itu jahat, tidak setia, tidak berguna, tidak punya kekuatan, serta bodoh. Mereka adalah sampah bagi dunia ini. Jika para manusia sudah tidak ada lagi di dunia ini, kita bisa menguasai dunia mereka juga, dan aku, aku akan menjanjikan tempat tinggal yang nyaman dan aman untuk kalian semua!"

Para penyihir hitam yang mendengarkan seruan Demona tadi lalu bersorak, dan berteriak, "Hidup Yang Mulia Demona! Kami akan menjalankan perintahmu!"

Demona lalu tersenyum dan menoleh ke arah jendela, lalu berseru lagi, "Cepatlah kalian, pergi ke dunia manusia dan bawakan mereka untukku. Akan kubagikan energi ini kepada kalian, agar kalian, pengikut-pengikutku, juga menjadi lebih kuat. Biarkanlah kegelapan dan sihir hitam menguasai semua orang, karena kekuatan sihir putih tidak pernah mampu menyaingi kekuatan sihir hitam, adalah tidak berguna! Bahkan kalian lihat, kekuatan sihir putih Ramona pun tidak mampu menyegel dan mengurungku selamanya! Hahaha!"

Seluruh penyihir hitam yang hadir, sekali lagi, bersorak sorai, lalu kemudian berlutut lagi di hadapan Demona sambil semuanya berseru, "Baiklah, Yang Mulia!"

Setelah itu, secara perlahan, satu per satu penyihir-penyihir hitam tersebut mulai berjalan keluar gedung tua kotor itu, dan ketika penyihir hitam terakhir sudah keluar, pintunya langsung tertutup sendiri.

Tinggallah Demona sendirian. Ia lalu menatap jendela besar yang letaknya berada di samping ruangan, kemudian ia menyilangkan kedua kakinya, dan mulai tertawa licik. Burung-burung gagak hitam mulai berkerumun, dan berterbangan sambil mengelilingi gedung tua itu.

Di sisi lain, Rae yang berada di dalam rumahnya, kini hanya bisa menatap dengan sedih sebuah ruangan kosong di bagian ujung rumahnya. Ruangan itu adalah ruangan untuk kelas tari baletnya.

Kini ia dilarang menggelar kelas tari balet lagi, karena menurut penyihir-penyihir senior, tarian tersebut adalah tarian kematian. Kesalahpahaman yang membuat Rae sedih. Ia lalu berjalan menuju lantai dua rumahnya, dan masuk ke dalam kamarnya, lalu berusaha tertidur, namun, bayang-bayang pikirannya akan Lyxia, anak didiknya, sangat kuat.

Rae masih tidak percaya namun, ia sangat penasaran, apa yang membuat Lyxia bisa membuka segel kotak batu kristal hitam yang membangkitkan Demona barusan.

Rae sangat gelisah, bahkan berulang kali ia mengganti posisi tidurnya namun sama sekali tidak merasa nyaman, dan ia mulai bergumam sendiri, "Yvoxy memintaku besok untuk ikut dengannya, namun mengapa hanya diriku? Hanya karena aku adalah cucu Ramona, namun semua ini bukan urusanku, bukan aku! Yvoxy sangat memaksa, dasar nenek penyihir tua!"

Setelah beberapa saat, ia akhirnya berhasil tertidur.

Dalam tidurnya, ia mulai bermimpi, berada di sebuah ruangan yang sangat terang, dan ia mulai melihat sosok penyihir yang ia sangat kenal walaupun ia belum pernah bertemu, yakni neneknya sendiri, Ramona, yang berdiri tepat di hadapannya sekarang.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • The Red Swan (The Demon vs A Dancer) (IND)   Act 86. Finale

    Mereka berdua kemudian berjalan menuju ke ruang utama yang terlihat sudah banyak penyihir yang berkumpul di sana.Rae dan Naoki terlihat berdiri di barisan paling depan dengan wajah yang sangat bahagia, bahkan Rae sampai menitikkan air mata dan berbisik, "Oh, anak itu sudah besar sekarang!"Yvoxy terlihat berdiri di atas altar pernikahan, karena diminta oleh Ixy untuk menikahkan mereka berdua. Hideki sendiri sudah berdiri di depan Yvoxy dan ketika Syerin dan Ixy masuk ke dalam ruang utama itu, kepalanya langsung menoleh ke arah Ixy, lalu menatap istrinya itu dengan kedua bola mata yang berkaca-kaca."Seekor angsa merah yang cantik," gumamnya dalam hati.Setelah tiba di hadapan Yvoxy, Syerin lalu menyerahkan Ixy kepada Hideki dan ia sendiri langsung berjalan menuju ke barisan di mana Rae dan Naoki berada.Yvoxy langsung saja memulai, "Aku tidak perlu bertanya lagi, kalian berdua pasti akan menjawab iya jika kutanya apakah kalian akan saling mencintai dan apakah kalian akan menerima kek

  • The Red Swan (The Demon vs A Dancer) (IND)   Act 85. Buah dari Harapan

    Di babak ketiga, Ixy yang kali ini berperan sebagai Odile, justru semakin membuat setiap tarian dan adegan yang ia perankan bersama Hideki, semakin terlihat nyata. Seolah dunia adalah milik mereka berdua, dan nyatanya, seluruh mata tertuju hanya pada mereka berdua.Pas de deux yang mereka lakukan bahkan membuat para penonton mulai tegang, karena kuatnya chemistry di antara mereka berdua.Dalam babak keempat, menampilkan akhir yang tragis bagi Odette dan sang pangeran. Tarian yang dibawakan oleh Ixy dan Hideki, membuat beberapa penonton menangis karena akhir ceritanya yang tragis.Setelah pertunjukan The Swan Lake itu selesai dipentaskan dan seluruh pemainnya memberikan hormat kepada para penonton.Seluruh penonton yang hadir langsung saja berdiri dan bertepuk tangan.Pertunjukan yang hebat dengan chemistry yang sungguh menakjubkan di antara Ixy dan Hideki hingga mereka sendiri tenggelam dalam cerita tersebut.Setelah pertunjukan usai dan tirai panggung sudah diturunkan kembali, semua

  • The Red Swan (The Demon vs A Dancer) (IND)   Act 84. Pertunjukan yang Akhirnya Tiba

    Setelah beberapa saat, Yvoxy kemudian mendekati Ixy dan berkata pelan, "Aku sejak awal, selalu mengira bahwa kau adalah penyihir, namun setelah Demona berhasil dikalahkan, ternyata selama ini, Ramona-lah yang telah membantumu, Ixy. Maafkan aku sudah mengira kau adalah penyihir sejak awal, ternyata kau sudah terlahir kembali sebagai manusia, dan bukankah ini adalah akhir yang bahagia untukmu?"Lalu Yvoxy menoleh ke arah Rae dan melanjutkan, "Rae, kau harus membereskan seluruh kekacauan yang kau buat di panti asuhan itu! Secepatnya! Yang kau lakukan hanya menari dan bermain-main saja!"Rae langsung tertawa, lalu membalas, "Apa? Aku sudah berhenti menari karena aku sendiri harus menjaga Ixy, nenek sihir tua!"Mendengar itu, Hideki dengan wajah yang memerah, dengan cepat langsung bertanya, "Jika begitu… Bukankah Ixy tidak memiliki tempat tinggal lain selain di panti asuhan itu? Ehm, Ixy… Boleh saja tinggal di rumahku, dengan senang hati!"Naoki langsung menepuk kepala Hideki dengan lemah

  • The Red Swan (The Demon vs A Dancer) (IND)   Act 83. Semua Misteri yang Terpecahkan

    Rae langsung saja berlari ke arah Naoki yang sudah kembali seperti sedia kala, dan dengan cepat, ia memeluk Naoki yang baru saja tersadar. Naoki sendiri terlihat kebingungan dengan apa yang baru saja terjadi."Naoki! Kau baik-baik saja!" seru Rae sambil memeluk Naoki dengan erat.Naoki, walaupun ia masih kebingungan, namun ia tersenyum, kemudian membalas, "Ah, ternyata kau mengkhawatirkanku. Maafkan aku, Rae," ia lalu membalas pelukan Rae dengan erat juga.Yvoxy sendiri terlihat tersenyum sambil memandang sekelilingnya. Semua penyihir akhirnya kembali lagi kepada keluarganya masing-masing, ada yang menangis terharu dan bahkan ada yang saling berpelukan.Keluarga-keluarga penyihir yang tadinya terpecah akibat salah satu dari mereka menjadi penyihir hitam atau terpisah karena diculik oleh Demona dan beberapa penyihir melarikan diri menuju ke Gedung Axell, akhirnya kini bisa bersatu kembali.Krahe yang tadinya tersungkur di atas tanah, kemudian bangkit perlahan dan melihat ibu kandungnya

  • The Red Swan (The Demon vs A Dancer) (IND)   Act 82. Harapan yang Terwujud

    Ixy menggeram. Ia kali ini memberanikan diri untuk berkata kepada Demona, "Kembalikan Hideki sekarang juga! Bebaskan semua yang ada di sini, dan tebuslah dosamu, Demona!"Mendengar perkataan Ixy barusan, Demona menjadi semakin marah, kemudian berteriak, "Jadi kau ingin kematian yang perlahan? Baiklah. Tangkap gadis itu, dan hancurkan dia!"Para penyihir marionette langsung menyerbu dirinya, namun, tiba-tiba, kabut-kabut hitam mulai mengelilingi tubuh Krahe, dan ia menghilang seketika dari samping Rae.Yvoxy dan Rae tampak terkejut, karena kini, Krahe muncul di hadapan Ixy sambil memasang badan untuknya dari para penyihir marionette yang mulai mencoba untuk mencabik-cabik dirinya.Krahe mulai melakukan perlawanan dengan kekuatan sihir hitamnya, ia mulai menghalau satu per satu para penyihir yang masih di bawah kontrol Demona itu.Sambil melakukan perlawanan, Krahe berkata kepada Ixy, "Maafkan aku sudah membuat kekacauan padamu… Aku akui bahwa aku juga menyukai Hideki, namun, kini aku t

  • The Red Swan (The Demon vs A Dancer) (IND)   Act 81. La Sylphide

    Ixy kemudian melakukan fifth position dan mengangkat kedua tangannya ke atas. Demona semakin tertawa melihat Ixy yang hendak menari, lalu ia berkata lagi, "Makhluk bodoh mana yang berpikir bahwa tariannya bisa mengalahkanku?""Ixy tidak lagi sendirian, Demona!" seru seseorang dari belakang Ixy.Rae, Yvoxy, Ixy dan Demona langsung mencari-cari asal suara itu, ternyata Hideki yang tiba-tiba muncul dan berdiri agak jauh di belakang Ixy, membuatnya membatalkan niatnya untuk menari. Ia langsung menatap pria itu dengan raut wajah yang sedih."Hideki? Kau adalah manusia, bagaimana caramu masuk ke dalam dunia penyihir?!" tanya Rae."Krahe membawaku ke sini tanpa sengaja," jawab Hideki dengan senyum kecil di wajahnya.Rae langsung menoleh ke kanan dan ke kiri, ternyata Krahe terlihat sedang tersungkur di atas tanah, dan jaraknya agak jauh dari mereka semua. Hideki kemudian berlari mendekati Ixy, dengan menerobos seluruh penyihir yang sedang menari mengelilinginya.Kemudian ia langsung berdiri

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status