Share

Act 13. Kembalinya Para Penyihir Hitam

Mendengar pertanyaan dari Rae barusan, Yvoxy lalu menjawab dengan cepat, "Lyxia baru saja menguasai sihir untuk membuka portal ke dunia manusia. Kita bisa mulai dari sana, dunia manusia. Ia tampak terburu-buru memintaku dalam waktu satu minggu, agar ia bisa menguasai caranya membuat portal tersebut. Kau harus mengikutiku, Rae, sebagai cucu dari Ramona, aku berharap banyak padamu."

Rae mengangguk. Mereka lalu berjalan bersama, keluar dari Gedung Axell, lalu pulang ke rumah masing-masing. Langit masih tampak gelap gulita karena kehadiran Demona yang mulai menguasai langit di dalam dunia penyihir.

Melihat langit yang begitu kelam, Rae kemudian bersedih. Ia mengingat Lyxia sebagai anak didik yang pintar, bahkan tariannya selalu membuat orang-orang yang melihatnya, terpana dan terkagum-kagum. Rae meneruskan langkahnya, berjalan menuju rumahnya yang agak jauh dari Gedung Axell. Matanya masih terlihat sedih atas kejadian hari ini.

Sementara itu, pintu di sebuah gedung tua kosong dan gelap yang letaknya berada di paling ujung dunia penyihir, tiba-tiba saja terbuka. Langkah kaki seseorang terdengar begitu jelas di dalam gedung tua yang kotor dan sepi itu.

Ternyata, bukan langkah kaki seseorang, melainkan seekor burung gagak hitam besar dengan tinggi yang sama seperti manusia biasa, dan mempunyai sayap dan paruh yang besar, terlihat memasuki gedung tersebut. Burung gagak hitam besar dan menakutkan tersebut tiba-tiba saja menari, sebuah gerakan dari tari balet yang seharusnya indah.

Namun, tariannya sangat menakutkan, hingga serangga-serangga yang hinggap di seluruh dinding gedung tua kotor itu, berlarian pergi menjauhi burung gagak hitam besar tersebut. Setelah menari hingga ke tengah-tengah gedung tua yang kotor itu, burung gagak hitam besar itu kemudian berhenti.

Dalam sekejap, kabut-kabut hitam mengelilingi burung gagak hitam besar tersebut, yang kemudian berubah menjadi Demona, namun, masih menggunakan fisik dari Lyxia.

Demona yang memakai terusan berwarna hitam (dress tutu) dan sepatu balet en pointé yang juga berwarna hitam, dengan bola matanya yang berwarna abu-abu, lalu terdiam sejenak.

Beberapa saat kemudian, ia lalu meraih rambutnya yang hitam dan panjang yang menjulang hingga ke pinggangnya itu, dan menatapnya agak lama, namun, Demona rupanya tidak menyukai rambut itu.

Ekspresi wajahnya terlihat kesal. Ia lalu mengangkat tangan kanannya dan dengan cepat, sebuah pedang panjang berwarna hitam muncul.

Demona lalu memotong rambut hitam panjang milik Lyxia yang cantik itu dengan pedang panjang yang baru saja ia miliki, hingga rambut hitam yang tadinya panjang sepinggang, kini tersisa hanya sampai di atas dagunya saja.

Rambut-rambut sisa yang sudah terpotong, langsung jatuh ke atas lantai. Demona tertawa licik, sambil menginjak sisa-sisa rambut berwarna hitam tersebut.

Tiba-tiba saja, pintu masuk bagian depan gedung tua yang kotor itu, terbuka lebar.

Terdengar suara langkah kaki yang agak ramai seolah ingin berebut masuk ke dalam gedung tua kotor itu. Demona lalu menoleh, dan melihat siapa yang datang dari balik pintu.

"Para pengikut-pengikut lamaku yang setia, silahkan masuk!" teriaknya.

Lalu, terlihat beberapa penyihir yang semuanya menggunakan pakaian hitam, masuk ke dalam gedung tua kotor itu, setelah Demona mempersilahkan mereka untuk masuk.

Jumlahnya memang tidak sebanyak penyihir-penyihir yang berada di dalam Gedung Axell tadi. Setelah semua penyihir masuk, pintu masuk tersebut langsung menutup sendiri dengan keras.

Seorang penyihir mengangkat kepalanya, menatap Demona, lalu berkata, "Pemimpin para penyihir hitam yang agung, ratu kami, Demona, telah kembali setelah sekian lama. Kami tersiksa tanpa kehadiranmu, Yang Mulia. Penyihir-penyihir putih dan penyihir-penyihir netral pun merundung kami, hanya karena kami adalah bekas penyihir hitam, bekas pengikutmu. Namun kali ini, kami semua merasa senang dan terlindungi, karena engkau, Yang Mulia, akhirnya bangkit. Kami menantikan perlindunganmu, Yang Mulia Demona!"

Seluruh penyihir-penyihir yang berada di dalam ruangan gelap itu langsung bersorak, "Hidup Yang Mulia Demona!" Dan mereka semua kemudian berlutut di hadapan Demona.

Demona tertawa sinis setelah mendengar sorak sorai dari para pengikutnya. Ia lalu mengangkat tangan kanannya, dengan kekuatan sihir hitamnya, sebuah kursi besar yang berbentuk burung gagak hitam besar, muncul dari bawah tanah, menuju ke atas, dan menembus lantai gedung tua kotor itu.

Demona lalu duduk di atas kursi menakutkan yang sekarang telah menjadi singgasananya itu.

Ia lalu berseru, "Mulai hari ini, kalian para penyihir hitam, pengikut-pengikutku yang setia, tidak perlu lagi khawatir. Aku sudah kembali, dan sudah berada di hadapan kalian, ilmu sihir hitam yang kumiliki... Sekarang sudah siap untuk menyerap energi-energi dari orang-orang yang akan kalian bawakan kepadaku. Aku berharap kalian bisa membawa seorang korban manusia, karena para manusia itu jahat, tidak setia, tidak berguna, tidak punya kekuatan, serta bodoh. Mereka adalah sampah bagi dunia ini. Jika para manusia sudah tidak ada lagi di dunia ini, kita bisa menguasai dunia mereka juga, dan aku, aku akan menjanjikan tempat tinggal yang nyaman dan aman untuk kalian semua!"

Para penyihir hitam yang mendengarkan seruan Demona tadi lalu bersorak, dan berteriak, "Hidup Yang Mulia Demona! Kami akan menjalankan perintahmu!"

Demona lalu tersenyum dan menoleh ke arah jendela, lalu berseru lagi, "Cepatlah kalian, pergi ke dunia manusia dan bawakan mereka untukku. Akan kubagikan energi ini kepada kalian, agar kalian, pengikut-pengikutku, juga menjadi lebih kuat. Biarkanlah kegelapan dan sihir hitam menguasai semua orang, karena kekuatan sihir putih tidak pernah mampu menyaingi kekuatan sihir hitam, adalah tidak berguna! Bahkan kalian lihat, kekuatan sihir putih Ramona pun tidak mampu menyegel dan mengurungku selamanya! Hahaha!"

Seluruh penyihir hitam yang hadir, sekali lagi, bersorak sorai, lalu kemudian berlutut lagi di hadapan Demona sambil semuanya berseru, "Baiklah, Yang Mulia!"

Setelah itu, secara perlahan, satu per satu penyihir-penyihir hitam tersebut mulai berjalan keluar gedung tua kotor itu, dan ketika penyihir hitam terakhir sudah keluar, pintunya langsung tertutup sendiri.

Tinggallah Demona sendirian. Ia lalu menatap jendela besar yang letaknya berada di samping ruangan, kemudian ia menyilangkan kedua kakinya, dan mulai tertawa licik. Burung-burung gagak hitam mulai berkerumun, dan berterbangan sambil mengelilingi gedung tua itu.

Di sisi lain, Rae yang berada di dalam rumahnya, kini hanya bisa menatap dengan sedih sebuah ruangan kosong di bagian ujung rumahnya. Ruangan itu adalah ruangan untuk kelas tari baletnya.

Kini ia dilarang menggelar kelas tari balet lagi, karena menurut penyihir-penyihir senior, tarian tersebut adalah tarian kematian. Kesalahpahaman yang membuat Rae sedih. Ia lalu berjalan menuju lantai dua rumahnya, dan masuk ke dalam kamarnya, lalu berusaha tertidur, namun, bayang-bayang pikirannya akan Lyxia, anak didiknya, sangat kuat.

Rae masih tidak percaya namun, ia sangat penasaran, apa yang membuat Lyxia bisa membuka segel kotak batu kristal hitam yang membangkitkan Demona barusan.

Rae sangat gelisah, bahkan berulang kali ia mengganti posisi tidurnya namun sama sekali tidak merasa nyaman, dan ia mulai bergumam sendiri, "Yvoxy memintaku besok untuk ikut dengannya, namun mengapa hanya diriku? Hanya karena aku adalah cucu Ramona, namun semua ini bukan urusanku, bukan aku! Yvoxy sangat memaksa, dasar nenek penyihir tua!"

Setelah beberapa saat, ia akhirnya berhasil tertidur.

Dalam tidurnya, ia mulai bermimpi, berada di sebuah ruangan yang sangat terang, dan ia mulai melihat sosok penyihir yang ia sangat kenal walaupun ia belum pernah bertemu, yakni neneknya sendiri, Ramona, yang berdiri tepat di hadapannya sekarang.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status