Mendengar pertanyaan dari Rae barusan, Yvoxy lalu menjawab dengan cepat, "Lyxia baru saja menguasai sihir untuk membuka portal ke dunia manusia. Kita bisa mulai dari sana, dunia manusia. Ia tampak terburu-buru memintaku dalam waktu satu minggu, agar ia bisa menguasai caranya membuat portal tersebut. Kau harus mengikutiku, Rae, sebagai cucu dari Ramona, aku berharap banyak padamu."
Rae mengangguk. Mereka lalu berjalan bersama, keluar dari Gedung Axell, lalu pulang ke rumah masing-masing. Langit masih tampak gelap gulita karena kehadiran Demona yang mulai menguasai langit di dalam dunia penyihir.
Melihat langit yang begitu kelam, Rae kemudian bersedih. Ia mengingat Lyxia sebagai anak didik yang pintar, bahkan tariannya selalu membuat orang-orang yang melihatnya, terpana dan terkagum-kagum. Rae meneruskan langkahnya, berjalan menuju rumahnya yang agak jauh dari Gedung Axell. Matanya masih terlihat sedih atas kejadian hari ini.
Sementara itu, pintu di sebuah gedung tua kosong dan gelap yang letaknya berada di paling ujung dunia penyihir, tiba-tiba saja terbuka. Langkah kaki seseorang terdengar begitu jelas di dalam gedung tua yang kotor dan sepi itu.
Ternyata, bukan langkah kaki seseorang, melainkan seekor burung gagak hitam besar dengan tinggi yang sama seperti manusia biasa, dan mempunyai sayap dan paruh yang besar, terlihat memasuki gedung tersebut. Burung gagak hitam besar dan menakutkan tersebut tiba-tiba saja menari, sebuah gerakan dari tari balet yang seharusnya indah.
Namun, tariannya sangat menakutkan, hingga serangga-serangga yang hinggap di seluruh dinding gedung tua kotor itu, berlarian pergi menjauhi burung gagak hitam besar tersebut. Setelah menari hingga ke tengah-tengah gedung tua yang kotor itu, burung gagak hitam besar itu kemudian berhenti.
Dalam sekejap, kabut-kabut hitam mengelilingi burung gagak hitam besar tersebut, yang kemudian berubah menjadi Demona, namun, masih menggunakan fisik dari Lyxia.
Demona yang memakai terusan berwarna hitam (dress tutu) dan sepatu balet en pointé yang juga berwarna hitam, dengan bola matanya yang berwarna abu-abu, lalu terdiam sejenak.
Beberapa saat kemudian, ia lalu meraih rambutnya yang hitam dan panjang yang menjulang hingga ke pinggangnya itu, dan menatapnya agak lama, namun, Demona rupanya tidak menyukai rambut itu.
Ekspresi wajahnya terlihat kesal. Ia lalu mengangkat tangan kanannya dan dengan cepat, sebuah pedang panjang berwarna hitam muncul.
Demona lalu memotong rambut hitam panjang milik Lyxia yang cantik itu dengan pedang panjang yang baru saja ia miliki, hingga rambut hitam yang tadinya panjang sepinggang, kini tersisa hanya sampai di atas dagunya saja.
Rambut-rambut sisa yang sudah terpotong, langsung jatuh ke atas lantai. Demona tertawa licik, sambil menginjak sisa-sisa rambut berwarna hitam tersebut.
Tiba-tiba saja, pintu masuk bagian depan gedung tua yang kotor itu, terbuka lebar.
Terdengar suara langkah kaki yang agak ramai seolah ingin berebut masuk ke dalam gedung tua kotor itu. Demona lalu menoleh, dan melihat siapa yang datang dari balik pintu.
"Para pengikut-pengikut lamaku yang setia, silahkan masuk!" teriaknya.
Lalu, terlihat beberapa penyihir yang semuanya menggunakan pakaian hitam, masuk ke dalam gedung tua kotor itu, setelah Demona mempersilahkan mereka untuk masuk.
Jumlahnya memang tidak sebanyak penyihir-penyihir yang berada di dalam Gedung Axell tadi. Setelah semua penyihir masuk, pintu masuk tersebut langsung menutup sendiri dengan keras.
Seorang penyihir mengangkat kepalanya, menatap Demona, lalu berkata, "Pemimpin para penyihir hitam yang agung, ratu kami, Demona, telah kembali setelah sekian lama. Kami tersiksa tanpa kehadiranmu, Yang Mulia. Penyihir-penyihir putih dan penyihir-penyihir netral pun merundung kami, hanya karena kami adalah bekas penyihir hitam, bekas pengikutmu. Namun kali ini, kami semua merasa senang dan terlindungi, karena engkau, Yang Mulia, akhirnya bangkit. Kami menantikan perlindunganmu, Yang Mulia Demona!"
Seluruh penyihir-penyihir yang berada di dalam ruangan gelap itu langsung bersorak, "Hidup Yang Mulia Demona!" Dan mereka semua kemudian berlutut di hadapan Demona.
Demona tertawa sinis setelah mendengar sorak sorai dari para pengikutnya. Ia lalu mengangkat tangan kanannya, dengan kekuatan sihir hitamnya, sebuah kursi besar yang berbentuk burung gagak hitam besar, muncul dari bawah tanah, menuju ke atas, dan menembus lantai gedung tua kotor itu.
Demona lalu duduk di atas kursi menakutkan yang sekarang telah menjadi singgasananya itu.
Ia lalu berseru, "Mulai hari ini, kalian para penyihir hitam, pengikut-pengikutku yang setia, tidak perlu lagi khawatir. Aku sudah kembali, dan sudah berada di hadapan kalian, ilmu sihir hitam yang kumiliki... Sekarang sudah siap untuk menyerap energi-energi dari orang-orang yang akan kalian bawakan kepadaku. Aku berharap kalian bisa membawa seorang korban manusia, karena para manusia itu jahat, tidak setia, tidak berguna, tidak punya kekuatan, serta bodoh. Mereka adalah sampah bagi dunia ini. Jika para manusia sudah tidak ada lagi di dunia ini, kita bisa menguasai dunia mereka juga, dan aku, aku akan menjanjikan tempat tinggal yang nyaman dan aman untuk kalian semua!"
Para penyihir hitam yang mendengarkan seruan Demona tadi lalu bersorak, dan berteriak, "Hidup Yang Mulia Demona! Kami akan menjalankan perintahmu!"
Demona lalu tersenyum dan menoleh ke arah jendela, lalu berseru lagi, "Cepatlah kalian, pergi ke dunia manusia dan bawakan mereka untukku. Akan kubagikan energi ini kepada kalian, agar kalian, pengikut-pengikutku, juga menjadi lebih kuat. Biarkanlah kegelapan dan sihir hitam menguasai semua orang, karena kekuatan sihir putih tidak pernah mampu menyaingi kekuatan sihir hitam, adalah tidak berguna! Bahkan kalian lihat, kekuatan sihir putih Ramona pun tidak mampu menyegel dan mengurungku selamanya! Hahaha!"
Seluruh penyihir hitam yang hadir, sekali lagi, bersorak sorai, lalu kemudian berlutut lagi di hadapan Demona sambil semuanya berseru, "Baiklah, Yang Mulia!"
Setelah itu, secara perlahan, satu per satu penyihir-penyihir hitam tersebut mulai berjalan keluar gedung tua kotor itu, dan ketika penyihir hitam terakhir sudah keluar, pintunya langsung tertutup sendiri.
Tinggallah Demona sendirian. Ia lalu menatap jendela besar yang letaknya berada di samping ruangan, kemudian ia menyilangkan kedua kakinya, dan mulai tertawa licik. Burung-burung gagak hitam mulai berkerumun, dan berterbangan sambil mengelilingi gedung tua itu.
Di sisi lain, Rae yang berada di dalam rumahnya, kini hanya bisa menatap dengan sedih sebuah ruangan kosong di bagian ujung rumahnya. Ruangan itu adalah ruangan untuk kelas tari baletnya.
Kini ia dilarang menggelar kelas tari balet lagi, karena menurut penyihir-penyihir senior, tarian tersebut adalah tarian kematian. Kesalahpahaman yang membuat Rae sedih. Ia lalu berjalan menuju lantai dua rumahnya, dan masuk ke dalam kamarnya, lalu berusaha tertidur, namun, bayang-bayang pikirannya akan Lyxia, anak didiknya, sangat kuat.
Rae masih tidak percaya namun, ia sangat penasaran, apa yang membuat Lyxia bisa membuka segel kotak batu kristal hitam yang membangkitkan Demona barusan.
Rae sangat gelisah, bahkan berulang kali ia mengganti posisi tidurnya namun sama sekali tidak merasa nyaman, dan ia mulai bergumam sendiri, "Yvoxy memintaku besok untuk ikut dengannya, namun mengapa hanya diriku? Hanya karena aku adalah cucu Ramona, namun semua ini bukan urusanku, bukan aku! Yvoxy sangat memaksa, dasar nenek penyihir tua!"
Setelah beberapa saat, ia akhirnya berhasil tertidur.
Dalam tidurnya, ia mulai bermimpi, berada di sebuah ruangan yang sangat terang, dan ia mulai melihat sosok penyihir yang ia sangat kenal walaupun ia belum pernah bertemu, yakni neneknya sendiri, Ramona, yang berdiri tepat di hadapannya sekarang.
Rae bermimpi dalam tidurnya. Ia bertemu neneknya, Ramona, dengan pakaian yang serba putih, rambutnya yang berwarna putih, dengan bola matanya yang berwarna coklat tua, serta wajahnya yang tidak menua. Ramona lalu menatap Rae dan tersenyum kepadanya.Rae terkejut melihat neneknya tersenyum, karena sejak ia berhasil menyegel Demona dengan kepingan-kepingan hatinya, yang Rae tahu adalah Ramona sama sekali tidak bisa tersenyum, apalagi merasakan cinta, kesedihan, kesepian, kekecewaan, dan perasaan-perasaan lainnya.Ramona yang tersenyum kepada Rae, berkata, "Rae, kau tidak pernah menemuiku karena aku sudah lebih dulu meninggal sebelum kau lahir namun, sepertinya orang tuamu menceritakan semuanya tentang diriku kepadamu, Rae."Rae langsung berlari, kemudian memeluk neneknya yang bahkan tidak pernah ia temui itu.Setelah memeluk neneknya untuk beberapa saat, ia lantas berkata, "Nenek! Aku akhirnya bisa bertemu denganmu, untuk pertama kalinya! Ah, apakah kau sudah tahu bahwa Demona sudah ban
Yvoxy langsung terkejut mendengar pernyataan Rae tadi. Ia bahkan menatap Rae dengan ekspresi wajah yang kebingungan, lalu bertanya, "Apa mungkin? Seorang penyihir, atau manusia?"Rae langsung menjawab pertanyaan Yvoxy dengan tegas, "Anak gadis tersebut, menurut nenekku, akan lahir dari rahim seorang penyihir netral, namun, kekasihnya adalah seorang manusia!"Langsung saja Yvoxy merasa kesal setelah mendengar jawaban itu, lalu menatap Rae dengan ekspresi wajah yang terlihat marah, kemudian berkata, "Tidak mungkin! Penyihir mana yang berani melakukan hubungan badan dengan manusia? Kau sudah gila, Rae. Mimpi adalah mimpi! Jika Ramona dalam mimpimu berkata demikian, itu artinya memang Demona tidak akan pernah bisa dikalahkan, Rae! Mustahil sekali, penyihir mana yang mau melahirkan anak seorang manusia?"Rae yang tiba-tiba menjadi kebingungan setelah mendengar perkataan Yvoxy, hanya bisa menghela nafas panjang, lalu berkata, "Kau benar juga. Mimpi adalah mimpi. Baiklah, dari pada kita hany
Mereka berdua, Yvoxy dan Rae, berjalan agak cepat ke arah yang ditunjuk oleh wanita tua tadi, sambil melihat-lihat rumah-rumah warga di sekelilingnya.Namun, setelah menyusuri jalan untuk beberapa lama, mereka berdua mulai kebingungan karena belum juga menemukan rumah pria muda tersebut. Karena dilarang menggunakan sihir di dalam dunia manusia, mereka berdua hanya bisa mencari-cari rumah pria muda itu tanpa memakai kekuatan sihir.Setelah mencari-cari untuk sekian lama, Yvoxy dan Rae mulai kelelahan. Mereka lalu memutuskan untuk beristirahat sebentar, kemudian tanpa sengaja, mereka melihat sebuah bangku kosong yang terletak di seberang jalan.Mereka kemudian memutuskan untuk menyeberang jalan dan lalu duduk di atas bangku itu.Yvoxy lalu menolehkan kepalanya ke arah Rae yang sedang duduk di sampingnya dan menatap Rae dengan ekspresi kesal, lalu berkata, "Aku rasa wanita tua itu hanya membual saja, mengarang cerita demi menakut-nakuti anak muda seperti dirimu!"Rae lalu menolehkan kepa
Waktu kembali berjalan mundur ketika Rae kembali menggunakan kekuatan sihirnya. Waktu berjalan lebih mundur daripada sebelumnya, dan seluruh kejadian di dalam rumah tersebut mulai perlahan muncul di sekeliling Yvoxy dan Rae.Tiba-tiba saja waktu berhenti tepat ketika di mana Lyxia sedang bermesraan dengan pria muda tersebut, lalu, semuanya menjadi jelas. Lyxia mencintai pria muda tersebut, seorang manusia. Yvoxy sangat terkejut ketika ia sendiri dengan mata kepalanya sendiri, menyaksikan Lyxia dan pria muda tersebut tengah dimabuk asmara berdua, semalam penuh.Dalam hati Yvoxy, tidak mungkin ada seorang penyihir yang berani melanggar peraturan untuk tidak mencintai manusia, apalagi sampai berhubungan badan dengan manusia!Yvoxy sangat terkejut dengan apa yang sudah ia lihat, bahkan, terlihat juga waktu ketika Lyxia menyaksikan bahwa pria muda itu ternyata sedang bersama wanita lain ketika Lyxia tidak ada.Kecemburuan terlihat jelas di mata Lyxia, dan tubuh Lyxia tiba-tiba dikelilingi
Lyxia tidak berhenti menari. Ia terus melanjutkan gerakan-gerakan tarian Giselle sambil memerankan Giselle itu sendiri, kemudian ia menjawab guru tarinya itu, "Guru, aku mencintai pria manusia itu, Mikhel namanya. Aku tidak tahu bahwa ia sudah memiliki tunangan. Terpuruk, hatiku sakit, masih ingin mencari kebenarannya. Guru, apakah Mikhel mencintaiku juga, ataukah aku adalah Giselle dalam kehidupan ini?"Rae masih menari bersama Lyxia, mendengar pertanyaan itu dan langsung berkata, "Lyxia. Mencintai itu tidak salah. Kau tidak bisa menyalahkan cinta. Perasaan itu tidak pernah salah. Yang salah adalah orang itu, tidak bisa menjaga hatimu. Ia tidak pantas untukmu, yang mempunyai hati polos dan seputih salju. Lyxia, menarilah The Swan Lake bersamaku."Sambil masih menari sebagai Giselle, Lyxia langsung membalas Rae, "Tidak, guru. Aku adalah Giselle, bukan Odette. Odette tidak bisa melakukan pas de deux bersama pangerannya, karena Odile mencurinya. Hanya Odile yang berhasil melakukan pas d
Ruangan itu sangat kecil. Letaknya memang di bawah tanah rumah Yvoxy, dan memang, hampir semua penyihir senior, mempunyai ruang bawah tanah rahasia di dalam rumahnya, biasanya memang dibangun untuk menyimpan benda-benda berharga.Yvoxy lalu melepaskan tangan Rae, kemudian membuka sebuah lemari berwarna coklat, yang terlihat kotor sekali, bahkan diperkirakan usianya sudah sangat tua, jika dibandingkan, Yvoxy sendiri berusia seratus enam belas tahun.Setelah membuka lemari tua yang kotor itu, Yvoxy kemudian mengambil sebuah kotak kecil berwarna merah darah, kemudian memberikannya kepada Rae, lalu berbisik pelan, "Jika Lyxia memang ingin memperbaiki situasi ini, karena dia sendiri adalah penyebab satu-satunya kebangkitan Demona, berikan ini padanya jika kau bertemu Lyxia lagi dalam mimpimu di kemudian hari."Rae lalu memandang kotak kecil berwarna merah darah itu dengan sangat teliti tanpa membukanya sama sekali.Kemudian ia menatap Yvoxy dengan ekspresi wajah yang penuh dengan kebingung
(Cerita ini masih di dalam mimpi Rae.)Ramona terlihat sedang berjalan dengan seseorang di sampingnya, dan mereka terlihat sangat akrab sekali, berjalan sambil berbicara tentang apapun, bersama.Ramona, yang kemungkinan besar masih berusia tiga puluh lima tahun, masih memiliki rambut panjang berwarna abu-abu, yang memanjang hingga dadanya.Kedua bola matanya yang berwarna putih, berkaca-kaca setiap kali mendengarkan seseorang di sebelahnya yang sedang berbicara. Ramona terlihat sangat senang mendengarkan orang tersebut, oh, bukan, wanita tersebut.Wanita di sebelah Ramona yang sedang berbicara dengannya itu, memiliki rambut berwarna coklat yang pendek hanya sampai dagunya saja, dan kedua bola matanya berwarna hitam. Wanita itu adalah Demona.Mereka berdua, Ramona dan Demona, tampak berteman baik dan memang, mereka sebelumnya adalah teman baik, yang sangat akrab satu sama lain.Ramona selalu ada untuk Demona, begitu juga sebaliknya. Demona adalah anak yatim piatu. Ia tidak pernah diper
Ramona kemudian berkata pada pria tampan tersebut dengan senyum kecut di wajahnya."Maafkan temanku ini, ia hanya terlalu senang berjalan-jalan di pasar malam ini, maafkan kami sudah mengganggumu, kami akan pergi sekarang, ayo, Demona," ucap Ramona pelan.Namun, tampaknya Demona tidak mau pergi, ia kemudian berkata pada Ramona, "Kau bisa pergi terlebih dahulu, Ramona. Aku masih ingin membeli minuman di sini."Ramona hanya bisa menghela nafas panjang, kemudian membalas, "Baiklah, aku akan berada di sekitar pasar ini, aku akan menunggumu."Ramona kemudian berjalan pergi, meninggalkan Demona dan pria tampan tersebut berdua. Demona kemudian berpura-pura ingin memesan minuman, namun, sebenarnya ia ingin mengenal pria tampan itu."Maafkan aku, aku hanya kagum pada kios minuman ini, begitu berwarna-warni," ucap Demona sambil tersipu malu kepada pria tampan itu.Pria tampan itu hanya tersenyum mendengar perkataan Demona, dan ia kemudian membalas, "Ah, nona, anda mau pesan apa?"Demona kemudia