Share

Act 15. Kota yang Sepi

Yvoxy langsung terkejut mendengar pernyataan Rae tadi. Ia bahkan menatap Rae dengan ekspresi wajah yang kebingungan, lalu bertanya, "Apa mungkin? Seorang penyihir, atau manusia?"

Rae langsung menjawab pertanyaan Yvoxy dengan tegas, "Anak gadis tersebut, menurut nenekku, akan lahir dari rahim seorang penyihir netral, namun, kekasihnya adalah seorang manusia!"

Langsung saja Yvoxy merasa kesal setelah mendengar jawaban itu, lalu menatap Rae dengan ekspresi wajah yang terlihat marah, kemudian berkata, "Tidak mungkin! Penyihir mana yang berani melakukan hubungan badan dengan manusia? Kau sudah gila, Rae. Mimpi adalah mimpi! Jika Ramona dalam mimpimu berkata demikian, itu artinya memang Demona tidak akan pernah bisa dikalahkan, Rae! Mustahil sekali, penyihir mana yang mau melahirkan anak seorang manusia?"

Rae yang tiba-tiba menjadi kebingungan setelah mendengar perkataan Yvoxy, hanya bisa menghela nafas panjang, lalu berkata, "Kau benar juga. Mimpi adalah mimpi. Baiklah, dari pada kita hanya duduk diam di sini bagaimana kalau kita mencari tahu apa yang menyebabkan Lyxia bisa berhasil membuka segel Demona, bukankah kau menjanjikan waktu tiga hari kepada para penyihir-penyihir senior yang banyak bicara itu?"

Yvoxy lalu tertegun sebentar setelah mendengar perkataan Rae barusan. Ia baru ingat bahwa ia hanya punya waktu tiga hari untuk mencari tahu apa yang terjadi pada Lyxia sebelum ia berhasil membuat Demona bangkit kembali.

"Kau benar, sebaiknya kita mencari tahu terlebih dahulu ke dunia manusia," ucap Yvoxy dengan wajah yang tiba-tiba segar.

Mereka berdua lalu bergegas, dan Yvoxy segera mengangkat kedua tangannya ke depan, lalu dengan kekuatan sihirnya, ia membuat sebuah portal menuju ke dunia manusia. Yvoxy lalu masuk terlebih dahulu ke dalam portal itu kemudian Rae mengikutinya.

Mereka lalu tiba di sebuah hutan yang pemandangannya sangat indah. Portal itu langsung menghilang setelah mereka berdua berhasil masuk ke dalam dunia manusia. Yvoxy langsung bergegas mengambil langkah cepat ke arah kota kecil di sebelah hutan. Rae langsung mengikutinya dari belakang.

Setelah beberapa saat mereka berlari, akhirnya mereka tiba juga di kota. Langkah mereka berdua yang tadinya cepat, kemudian mulai pelan. Entah mengapa, kota yang biasanya ramai saat siang hari, kini menjadi agak sepi. Hanya beberapa orang berlalu-lalang di sekitar pasar.

Yvoxy melihat suasana kota kecil tersebut dengan ekspresi terheran-heran dan mulai bergumam, "Biasanya, pada siang hari, kota ini selalu ramai dengan hilir mudik orang-orang yang melakukan aktivitasnya baik berjualan, membeli barang, dan bahkan tidak jarang aku melihat beberapa orang kekasih saling bergandengan tangan. Tempat makan juga ramai, namun mengapa kali ini agak sepi? Bahkan beberapa tempat makan terlihat tutup?"

Rae mengangguk, lalu membalas, "Biasanya siang hari akan ada banyak orang-orang di sekitar sini, Yvoxy, biarkan aku bertanya apa yang sudah terjadi di kota ini sehingga suasananya sepi."

Yvoxy mengangguk. Rae lalu berjalan menuju seorang wanita tua yang terlihat sedang membersihkan halaman di depan sebuah kios buah yang sedang sepi.

Ketika sampai di depan kios buah itu, Rae lalu bertanya kepada wanita tua tadi, "Permisi, nek, ah, perkenalkan, aku seorang penari dari kota sebelah. Aku baru saja tiba dari kota besar di sebelah sana, untuk mengajar tari balet kepada anak-anak di dalam kota kecil ini. Jika aku boleh tahu, nenek, gedung teater utama apakah hari ini buka untuk umum? Sebab aku melihat kota ini pada siang hari, agak sepi. Apakah ini hari libur?"

Wanita tua tersebut langsung membanting sapu yang ia pegang, lalu menatap Rae dengan wajah yang penuh ketakutan. Rae sendiri langsung merasa ketakutan juga karena kaget.

Wanita tua itu juga tiba-tiba saja menunjuk ke arah sebuah jalan di bagian kanan kios buahnya, kemudian berseru, "Nak! Sebaiknya kau pulang saja! Beberapa hari lalu, ada seorang pria muda yang tewas, dengan seluruh tubuhnya menghitam! Hitam sekali, sampai wajahnya tidak tampak dikenali lagi! Rumahnya di sana, ke arah sana! Menakutkan sekali! Kami semua yakin itu adalah ulah penyihir!"

"Tidak mungkin seorang manusia bisa membunuh atau membakar pria tersebut lalu meninggalkan jasad yang masih utuh namun seluruh tubuhnya berubah menjadi berwarna hitam legam yang pekat! Seluruh anggota dewan yang ada di kota ini kemudian sepakat untuk memberlakukan pembatasan kegiatan rakyat, agar kami bisa secepatnya menangkap penyihir itu!"

Mendengar pengakuan wanita tua itu, Rae sendiri langsung terkejut, namun, karena ingin menggali informasi lebih dalam, ia kemudian bertanya lagi, "Nenek, maksud nenek apa? Mengapa nenek bisa tahu bahwa itu adalah ulah penyihir?"

Wanita tua tersebut langsung menjawab, "Nak! Sudah kubilang, tidak mungkin tangan manusia bisa membuat jasad seseorang menghitam begitu! Bahkan tubuh yang dibakar saja akan langsung menjadi abu, bukan jasad utuh dan berwarna hitam bahkan wajahnya tidak bisa kita kenali lagi! Pakaiannya saja masih sangat bagus dan utuh!"

"Jika kau tidak percaya, kau bisa melihat langsung ke rumah pria muda tersebut! Tidak ada seorang pun dari kami yang mau memegang jasadnya! Nak, bahkan jasadnya tidak mengeluarkan bau busuk apalagi membusuk, padahal ini sudah lebih dari satu hari! Sudahlah, aku tidak ingin membahasnya lebih lanjut, percakapan ini benar-benar membuatku mual!"

Kemudian wanita tua tadi langsung masuk ke dalam kios buahnya, membiarkan kios itu terbuka begitu saja. Rae yang sudah mendengar semua perkataan si nenek barusan, kini justru tampak kebingungan.

Ia lalu berjalan kembali menuju Yvoxy yang dari tadi menunggunya di balik sebuah kios yang tutup hari ini.

Ketika Rae sudah sampai di hadapan Yvoxy, ia langsung bercerita, "Ada seorang pria muda yang rumahnya terletak di sebelah sana," ucap Rae sambil menunjuk ke sebuah jalan.

Lalu ia melanjutkan, "pria tersebut dibunuh sekitar satu hari lalu, namun, menurut warga di sekitar sini, mereka melihat jasadnya utuh, tapi ada keanehan, yakni tubuhnya menghitam namun pakaiannya masih tampak bagus dan tidak seperti jasad yang terbakar, bahkan tidak berubah menjadi abu maupun membusuk. Yvoxy, kau pikir ini ulah seorang penyihir? Karena menurut nenek yang tadi kutanyakan, menurut warga di sini, mereka percaya itu adalah ulah penyihir, dengan demikian, mereka membatasi kegiatannya masing-masing, bahkan di siang hari."

Yvoxy menatap Rae dengan wajah yang dipenuhi rasa penasaran, dan bertanya, "Di mana rumah pria tersebut?"

Rae langsung menjawab, "Nenek yang baru saja kutanya tadi, menunjuk jalan ke arah barat namun ia sama sekali tidak mengatakan ciri-ciri rumah dari pria muda itu, tapi, nenek itu berkata bahwa jasad pria muda tersebut masih ada di dalam rumahnya karena tidak ada seorang pun yang mau memindahkannya atau menguburkannya karena ketakutan akan penyihir."

Yvoxy lalu mengangguk. Ia lalu menghela nafas panjang, kemudian mengajak Rae untuk mencari rumah pria muda itu.

Mereka bergegas berjalan menuju ke barat, ke arah yang ditunjukkan oleh wanita tua tadi.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status