Yvoxy langsung terkejut mendengar pernyataan Rae tadi. Ia bahkan menatap Rae dengan ekspresi wajah yang kebingungan, lalu bertanya, "Apa mungkin? Seorang penyihir, atau manusia?"
Rae langsung menjawab pertanyaan Yvoxy dengan tegas, "Anak gadis tersebut, menurut nenekku, akan lahir dari rahim seorang penyihir netral, namun, kekasihnya adalah seorang manusia!"
Langsung saja Yvoxy merasa kesal setelah mendengar jawaban itu, lalu menatap Rae dengan ekspresi wajah yang terlihat marah, kemudian berkata, "Tidak mungkin! Penyihir mana yang berani melakukan hubungan badan dengan manusia? Kau sudah gila, Rae. Mimpi adalah mimpi! Jika Ramona dalam mimpimu berkata demikian, itu artinya memang Demona tidak akan pernah bisa dikalahkan, Rae! Mustahil sekali, penyihir mana yang mau melahirkan anak seorang manusia?"
Rae yang tiba-tiba menjadi kebingungan setelah mendengar perkataan Yvoxy, hanya bisa menghela nafas panjang, lalu berkata, "Kau benar juga. Mimpi adalah mimpi. Baiklah, dari pada kita hanya duduk diam di sini bagaimana kalau kita mencari tahu apa yang menyebabkan Lyxia bisa berhasil membuka segel Demona, bukankah kau menjanjikan waktu tiga hari kepada para penyihir-penyihir senior yang banyak bicara itu?"
Yvoxy lalu tertegun sebentar setelah mendengar perkataan Rae barusan. Ia baru ingat bahwa ia hanya punya waktu tiga hari untuk mencari tahu apa yang terjadi pada Lyxia sebelum ia berhasil membuat Demona bangkit kembali.
"Kau benar, sebaiknya kita mencari tahu terlebih dahulu ke dunia manusia," ucap Yvoxy dengan wajah yang tiba-tiba segar.
Mereka berdua lalu bergegas, dan Yvoxy segera mengangkat kedua tangannya ke depan, lalu dengan kekuatan sihirnya, ia membuat sebuah portal menuju ke dunia manusia. Yvoxy lalu masuk terlebih dahulu ke dalam portal itu kemudian Rae mengikutinya.
Mereka lalu tiba di sebuah hutan yang pemandangannya sangat indah. Portal itu langsung menghilang setelah mereka berdua berhasil masuk ke dalam dunia manusia. Yvoxy langsung bergegas mengambil langkah cepat ke arah kota kecil di sebelah hutan. Rae langsung mengikutinya dari belakang.
Setelah beberapa saat mereka berlari, akhirnya mereka tiba juga di kota. Langkah mereka berdua yang tadinya cepat, kemudian mulai pelan. Entah mengapa, kota yang biasanya ramai saat siang hari, kini menjadi agak sepi. Hanya beberapa orang berlalu-lalang di sekitar pasar.
Yvoxy melihat suasana kota kecil tersebut dengan ekspresi terheran-heran dan mulai bergumam, "Biasanya, pada siang hari, kota ini selalu ramai dengan hilir mudik orang-orang yang melakukan aktivitasnya baik berjualan, membeli barang, dan bahkan tidak jarang aku melihat beberapa orang kekasih saling bergandengan tangan. Tempat makan juga ramai, namun mengapa kali ini agak sepi? Bahkan beberapa tempat makan terlihat tutup?"
Rae mengangguk, lalu membalas, "Biasanya siang hari akan ada banyak orang-orang di sekitar sini, Yvoxy, biarkan aku bertanya apa yang sudah terjadi di kota ini sehingga suasananya sepi."
Yvoxy mengangguk. Rae lalu berjalan menuju seorang wanita tua yang terlihat sedang membersihkan halaman di depan sebuah kios buah yang sedang sepi.
Ketika sampai di depan kios buah itu, Rae lalu bertanya kepada wanita tua tadi, "Permisi, nek, ah, perkenalkan, aku seorang penari dari kota sebelah. Aku baru saja tiba dari kota besar di sebelah sana, untuk mengajar tari balet kepada anak-anak di dalam kota kecil ini. Jika aku boleh tahu, nenek, gedung teater utama apakah hari ini buka untuk umum? Sebab aku melihat kota ini pada siang hari, agak sepi. Apakah ini hari libur?"
Wanita tua tersebut langsung membanting sapu yang ia pegang, lalu menatap Rae dengan wajah yang penuh ketakutan. Rae sendiri langsung merasa ketakutan juga karena kaget.
Wanita tua itu juga tiba-tiba saja menunjuk ke arah sebuah jalan di bagian kanan kios buahnya, kemudian berseru, "Nak! Sebaiknya kau pulang saja! Beberapa hari lalu, ada seorang pria muda yang tewas, dengan seluruh tubuhnya menghitam! Hitam sekali, sampai wajahnya tidak tampak dikenali lagi! Rumahnya di sana, ke arah sana! Menakutkan sekali! Kami semua yakin itu adalah ulah penyihir!"
"Tidak mungkin seorang manusia bisa membunuh atau membakar pria tersebut lalu meninggalkan jasad yang masih utuh namun seluruh tubuhnya berubah menjadi berwarna hitam legam yang pekat! Seluruh anggota dewan yang ada di kota ini kemudian sepakat untuk memberlakukan pembatasan kegiatan rakyat, agar kami bisa secepatnya menangkap penyihir itu!"
Mendengar pengakuan wanita tua itu, Rae sendiri langsung terkejut, namun, karena ingin menggali informasi lebih dalam, ia kemudian bertanya lagi, "Nenek, maksud nenek apa? Mengapa nenek bisa tahu bahwa itu adalah ulah penyihir?"
Wanita tua tersebut langsung menjawab, "Nak! Sudah kubilang, tidak mungkin tangan manusia bisa membuat jasad seseorang menghitam begitu! Bahkan tubuh yang dibakar saja akan langsung menjadi abu, bukan jasad utuh dan berwarna hitam bahkan wajahnya tidak bisa kita kenali lagi! Pakaiannya saja masih sangat bagus dan utuh!"
"Jika kau tidak percaya, kau bisa melihat langsung ke rumah pria muda tersebut! Tidak ada seorang pun dari kami yang mau memegang jasadnya! Nak, bahkan jasadnya tidak mengeluarkan bau busuk apalagi membusuk, padahal ini sudah lebih dari satu hari! Sudahlah, aku tidak ingin membahasnya lebih lanjut, percakapan ini benar-benar membuatku mual!"
Kemudian wanita tua tadi langsung masuk ke dalam kios buahnya, membiarkan kios itu terbuka begitu saja. Rae yang sudah mendengar semua perkataan si nenek barusan, kini justru tampak kebingungan.
Ia lalu berjalan kembali menuju Yvoxy yang dari tadi menunggunya di balik sebuah kios yang tutup hari ini.
Ketika Rae sudah sampai di hadapan Yvoxy, ia langsung bercerita, "Ada seorang pria muda yang rumahnya terletak di sebelah sana," ucap Rae sambil menunjuk ke sebuah jalan.
Lalu ia melanjutkan, "pria tersebut dibunuh sekitar satu hari lalu, namun, menurut warga di sekitar sini, mereka melihat jasadnya utuh, tapi ada keanehan, yakni tubuhnya menghitam namun pakaiannya masih tampak bagus dan tidak seperti jasad yang terbakar, bahkan tidak berubah menjadi abu maupun membusuk. Yvoxy, kau pikir ini ulah seorang penyihir? Karena menurut nenek yang tadi kutanyakan, menurut warga di sini, mereka percaya itu adalah ulah penyihir, dengan demikian, mereka membatasi kegiatannya masing-masing, bahkan di siang hari."
Yvoxy menatap Rae dengan wajah yang dipenuhi rasa penasaran, dan bertanya, "Di mana rumah pria tersebut?"
Rae langsung menjawab, "Nenek yang baru saja kutanya tadi, menunjuk jalan ke arah barat namun ia sama sekali tidak mengatakan ciri-ciri rumah dari pria muda itu, tapi, nenek itu berkata bahwa jasad pria muda tersebut masih ada di dalam rumahnya karena tidak ada seorang pun yang mau memindahkannya atau menguburkannya karena ketakutan akan penyihir."
Yvoxy lalu mengangguk. Ia lalu menghela nafas panjang, kemudian mengajak Rae untuk mencari rumah pria muda itu.
Mereka bergegas berjalan menuju ke barat, ke arah yang ditunjukkan oleh wanita tua tadi.
Mereka berdua, Yvoxy dan Rae, berjalan agak cepat ke arah yang ditunjuk oleh wanita tua tadi, sambil melihat-lihat rumah-rumah warga di sekelilingnya.Namun, setelah menyusuri jalan untuk beberapa lama, mereka berdua mulai kebingungan karena belum juga menemukan rumah pria muda tersebut. Karena dilarang menggunakan sihir di dalam dunia manusia, mereka berdua hanya bisa mencari-cari rumah pria muda itu tanpa memakai kekuatan sihir.Setelah mencari-cari untuk sekian lama, Yvoxy dan Rae mulai kelelahan. Mereka lalu memutuskan untuk beristirahat sebentar, kemudian tanpa sengaja, mereka melihat sebuah bangku kosong yang terletak di seberang jalan.Mereka kemudian memutuskan untuk menyeberang jalan dan lalu duduk di atas bangku itu.Yvoxy lalu menolehkan kepalanya ke arah Rae yang sedang duduk di sampingnya dan menatap Rae dengan ekspresi kesal, lalu berkata, "Aku rasa wanita tua itu hanya membual saja, mengarang cerita demi menakut-nakuti anak muda seperti dirimu!"Rae lalu menolehkan kepa
Waktu kembali berjalan mundur ketika Rae kembali menggunakan kekuatan sihirnya. Waktu berjalan lebih mundur daripada sebelumnya, dan seluruh kejadian di dalam rumah tersebut mulai perlahan muncul di sekeliling Yvoxy dan Rae.Tiba-tiba saja waktu berhenti tepat ketika di mana Lyxia sedang bermesraan dengan pria muda tersebut, lalu, semuanya menjadi jelas. Lyxia mencintai pria muda tersebut, seorang manusia. Yvoxy sangat terkejut ketika ia sendiri dengan mata kepalanya sendiri, menyaksikan Lyxia dan pria muda tersebut tengah dimabuk asmara berdua, semalam penuh.Dalam hati Yvoxy, tidak mungkin ada seorang penyihir yang berani melanggar peraturan untuk tidak mencintai manusia, apalagi sampai berhubungan badan dengan manusia!Yvoxy sangat terkejut dengan apa yang sudah ia lihat, bahkan, terlihat juga waktu ketika Lyxia menyaksikan bahwa pria muda itu ternyata sedang bersama wanita lain ketika Lyxia tidak ada.Kecemburuan terlihat jelas di mata Lyxia, dan tubuh Lyxia tiba-tiba dikelilingi
Lyxia tidak berhenti menari. Ia terus melanjutkan gerakan-gerakan tarian Giselle sambil memerankan Giselle itu sendiri, kemudian ia menjawab guru tarinya itu, "Guru, aku mencintai pria manusia itu, Mikhel namanya. Aku tidak tahu bahwa ia sudah memiliki tunangan. Terpuruk, hatiku sakit, masih ingin mencari kebenarannya. Guru, apakah Mikhel mencintaiku juga, ataukah aku adalah Giselle dalam kehidupan ini?"Rae masih menari bersama Lyxia, mendengar pertanyaan itu dan langsung berkata, "Lyxia. Mencintai itu tidak salah. Kau tidak bisa menyalahkan cinta. Perasaan itu tidak pernah salah. Yang salah adalah orang itu, tidak bisa menjaga hatimu. Ia tidak pantas untukmu, yang mempunyai hati polos dan seputih salju. Lyxia, menarilah The Swan Lake bersamaku."Sambil masih menari sebagai Giselle, Lyxia langsung membalas Rae, "Tidak, guru. Aku adalah Giselle, bukan Odette. Odette tidak bisa melakukan pas de deux bersama pangerannya, karena Odile mencurinya. Hanya Odile yang berhasil melakukan pas d
Ruangan itu sangat kecil. Letaknya memang di bawah tanah rumah Yvoxy, dan memang, hampir semua penyihir senior, mempunyai ruang bawah tanah rahasia di dalam rumahnya, biasanya memang dibangun untuk menyimpan benda-benda berharga.Yvoxy lalu melepaskan tangan Rae, kemudian membuka sebuah lemari berwarna coklat, yang terlihat kotor sekali, bahkan diperkirakan usianya sudah sangat tua, jika dibandingkan, Yvoxy sendiri berusia seratus enam belas tahun.Setelah membuka lemari tua yang kotor itu, Yvoxy kemudian mengambil sebuah kotak kecil berwarna merah darah, kemudian memberikannya kepada Rae, lalu berbisik pelan, "Jika Lyxia memang ingin memperbaiki situasi ini, karena dia sendiri adalah penyebab satu-satunya kebangkitan Demona, berikan ini padanya jika kau bertemu Lyxia lagi dalam mimpimu di kemudian hari."Rae lalu memandang kotak kecil berwarna merah darah itu dengan sangat teliti tanpa membukanya sama sekali.Kemudian ia menatap Yvoxy dengan ekspresi wajah yang penuh dengan kebingung
(Cerita ini masih di dalam mimpi Rae.)Ramona terlihat sedang berjalan dengan seseorang di sampingnya, dan mereka terlihat sangat akrab sekali, berjalan sambil berbicara tentang apapun, bersama.Ramona, yang kemungkinan besar masih berusia tiga puluh lima tahun, masih memiliki rambut panjang berwarna abu-abu, yang memanjang hingga dadanya.Kedua bola matanya yang berwarna putih, berkaca-kaca setiap kali mendengarkan seseorang di sebelahnya yang sedang berbicara. Ramona terlihat sangat senang mendengarkan orang tersebut, oh, bukan, wanita tersebut.Wanita di sebelah Ramona yang sedang berbicara dengannya itu, memiliki rambut berwarna coklat yang pendek hanya sampai dagunya saja, dan kedua bola matanya berwarna hitam. Wanita itu adalah Demona.Mereka berdua, Ramona dan Demona, tampak berteman baik dan memang, mereka sebelumnya adalah teman baik, yang sangat akrab satu sama lain.Ramona selalu ada untuk Demona, begitu juga sebaliknya. Demona adalah anak yatim piatu. Ia tidak pernah diper
Ramona kemudian berkata pada pria tampan tersebut dengan senyum kecut di wajahnya."Maafkan temanku ini, ia hanya terlalu senang berjalan-jalan di pasar malam ini, maafkan kami sudah mengganggumu, kami akan pergi sekarang, ayo, Demona," ucap Ramona pelan.Namun, tampaknya Demona tidak mau pergi, ia kemudian berkata pada Ramona, "Kau bisa pergi terlebih dahulu, Ramona. Aku masih ingin membeli minuman di sini."Ramona hanya bisa menghela nafas panjang, kemudian membalas, "Baiklah, aku akan berada di sekitar pasar ini, aku akan menunggumu."Ramona kemudian berjalan pergi, meninggalkan Demona dan pria tampan tersebut berdua. Demona kemudian berpura-pura ingin memesan minuman, namun, sebenarnya ia ingin mengenal pria tampan itu."Maafkan aku, aku hanya kagum pada kios minuman ini, begitu berwarna-warni," ucap Demona sambil tersipu malu kepada pria tampan itu.Pria tampan itu hanya tersenyum mendengar perkataan Demona, dan ia kemudian membalas, "Ah, nona, anda mau pesan apa?"Demona kemudia
Keesokan harinya, dan keesokannya, dan seterusnya, Demona kembali mengajak Ramona kembali ke kios minuman, terus menerus, bahkan hampir setiap hari Demona mengajaknya ke sana.Ramona sedikit demi sedikit mulai terlihat kesal, bahkan ia sempat bertanya pada Demona, "Mengapa tidak kau sendiri saja pergi ke sana setiap hari, aku sudah mulai bosan!"Namun, Demona berdalih, "Jika aku ke sana seorang diri, Karol akan menganggapku aneh!"Sudah hampir tiga minggu, tiada satu hari pun tanpa Demona mengajak Ramona untuk menemui Karol, entah apa lagi alasannya, namun, Ramona mulai curiga bahwa Demona sebenarnya menyukai Karol.Sementara, Karol sendiri tampaknya mulai akrab dengan Demona, dan terkadang, Demona membantu Karol menjalankan kios minumannya. Ramona yang ikut dengan Demona, mau tidak mau juga ikut membantu Karol, walaupun hanya sekedar membawakan kardus-kardus berisi minuman kaleng kecil.Ada hari di mana memang kios minuman kecil milik Karol tersebut, agak ramai pembeli. Suatu ketika,
Ramona langsung menatap Demona dengan ekspresi terkejut, kemudian berkata, "Demona! Aku tidak pernah menyukai Karol, satu kali pun, tidak pernah! Kau tahu aku ini sangat ketat pada aturan bahwa penyihir tidak boleh menyukai manusia, aku harap kau tidak salah paham, Demona!"Namun, Demona hanya menatap Ramona dengan tatapan penuh kebencian dan kekecewaan.Demona langsung membuang tangan Ramona dengan kasar, dan berkata, "Aku tidak apa-apa, Ramona. Aku akan kembali ke rumahku sendiri."Kemudian, Demona membuka portal menuju dunia penyihir dengan tangan kanannya, dan langsung masuk begitu portal itu muncul, dan portal tadi juga langsung menghilang setelah ia masuk kedalamnya. Ia sama sekali tidak mengajak Ramona, dan Ramona hanya bisa berlutut sambil menatap kepergian sahabatnya itu.Sesampainya Demona di dalam rumahnya sendiri, ia kemudian masuk ke dalam kamarnya, mengunci pintunya dan langsung duduk di atas lantai sambil memeluk kedua lututnya.Ia menangis keras, sambil berteriak, "Ram