Share

Ketahuan

Ibu mengantarku ke sekolah pagi ini. Hari ini aku akan berangkat mengikuti lomba matematika selama dua hari. Ibu memelukku erat sambil mengusap-usap lembut punggungku. Agak lama beliau memelukku, mungkin sambil merapal doa untukku.  

"Jangan lupa berdoa. Serahkan semua pada yang diatas. Ibu hanya ingin kamu pulang ke rumah dengan selamat," ucap Ibu. Dikecupnya dengan sayang keningku, dan kedua pipiku layaknya seorang bayi. Aku memang akan selalu menjadi bayi di mata dan hatinya. Bayi yang mulai tumbuh menjadi remaja labil, hehehe, kekehku dalam hati.

Aku berjalan masuk ke ruang aula yang berada sebelum gedung tempat kelasku berada. Aku melangkah masuk dan menaruh tas ransel di atas meja yamg biasanya digunakan untuk menerima tamu. Aku memasang head set dan mulai memutar lagu kesayanganku, menunggu kedatangan guru dan teman-temanku yang lain. 

Tidak lama menunggu,  satu per satu teman se-timku mulai berdatangan. Tim matematika yang dikirim sekolahku terdiri dari 7 orang, 3 laki-laki dan 4 perempuan. 

Setelah semua datang dan formasi lengkap, Pak Nurman  kepala sekolah memberi prakata dan beberapa wejangan serta harapan, semoga kerjasama kami baik sebagai peserta tim maupun peserta individu, dapat membawa pulang gelar juara lomba matematika tingkat provinsi. Mobil yang akan mengantar kami sudah datang dan satu per satu dari kami mulai masuk ke dalam mobil. Mobilpun kini mulai berjalan perlahan meninggalkan area sekolahan.

Perjalanan memakan waktu sekitar 4 jam. Kami tiba sekitar pukul 12 siang dan langsung memasuki ruang lomba. Sesi yang pertama adalah lomba perseorangan. Aku mengikuti lomba perorangan dan tim. Untuk perorangan berlangsung sekitar satu setengah jam, sedang untuk tim baru akan diadakan sore nanti. 

Lomba demi lomba kami lalui. bersyukurlah, aku dan tim-ku berhasil meraih juara dua untuk masing-masing lomba. Sedikit kecewa karena gagal meraih juara pertama, namun Bu Santi memberi kami semangat, bahwa kami sudah berusaha dan, melakukan yang terbaik. Hanya beda poin sedikit saja. Yang penting kami sudah berusaha semaksimal mungkin.

Sebelum pulang, kami berkeliling ibukota sebentar. Teman-temanku berebut membelikan oleh-oleh ketika Pak Dwi, sopir sekolah membawa kami ke pusat perbelanjaan di daerah tersebut dan untungnya dekat dengan pusat oleh-oleh. Aku sendiri tidak membelikan apapun untuk kuberikan kepada ibu.  Hanya satu yang bisa membuat ibu tersenyum sumringah, apalagi kalau bukan cilot Bang Jamil. Nggak perlu oleh-oleh yang lain. 

Aku teringat dengan sosok Hira. Aku kembali berjalan menapakkan kakiku mencari sesuatu yang bisa kuberikan kepadanya. Aku memasuki toko aksesoris. Pandanganku terpaku pada ikat rambut berbahan  kain katun jepang bermotif bunga sakura yang sedang bermekaran. Sederhana namun berkelas. Aku membelinya dan meminta petugas untuk mengemasnya dengan kotak yang pada bagian penutupnya dibentuk sedemikin rupa hingga terlihat seperti box kualitas premium.

Tepat pukul 2 siang kami meninggalkan ibukota. Selama dua jam kami berjalan mengitari pusat perbelanjaan itu. Dua jam berikutnya mobil kami sudah kembali membelah jalan raya kembali ke kota asal kami. Aku mulai mengantuk. Kusandarkan kepalaku pada jendela mobil. Entah karena kantuk yang amat sangat atau lelah yang datang menyergap setelah menghabiskan waktu di pusat perbelanjaan dengan berjalan kaki.

Tidak terasa mobil yang membawa kami sudah kembali memasuki halaman sekolah. Tepat ketika  aku membuka mataku, mobil berhenti. Aku menggeliatkan tubuhku membuang sisa penat di pikiran dan tubuhku. Tubuhku sangat ingin direbahkan. Saat sedang berusaha membuang kantukku, samar kulihat mobil   ibu melintas memasuki gerbang sekolah. Kuperlebar mataku untuk meyakinkan, dan benar, itu Pak Hadi yang sedang keluar dari mobil. Aku bergegas berdiri dan berjalan ke arah Pak Hadi. Pak Hadi langsung mengambil tas ransel dari tanganku dan membuka pintu untukku. Aku memilih duduk di kursi belakang untuk melanjutkan tidurku yang tertunda. Mataku mulai terpejam seiring berjalannya mobil meninggalkan sekolahku.

Kembali aku terbangun dengan rasa kantuk yang masih menghinggapi kedua mataku. Pak Hadi menghentikan jalannya mobil, lalu membuka pintu penumpang tempatku duduk. Aku keluar dari mobil dengan agak sempoyongan. Mengucap salam dengan nada yang tidak jelas, aku terus melangkahkan kakiku masuk ke dalam rumah menuju kamarku. Aku ingin segera memeluk guling dan menciumi bantalku, membawaku ke alam mimpi yang tidak terjeda lagi seperti tadi. Sukses. Tidak sampai satu menit, sukma ku melayang ke alam mimpi, membuai ku melepas lelah yang 2 hari  ini hinggap di tubuhku. 

Samar kudengar pintu kamarku terbuka pelan. Mataku masih terpejam. Masih enggan untuk kembali melihat dunia. Namun indera pendengaranku sudah kembali sadar, terbukti berhasil menangkap suara pintu kamarku yang terbuka. 

"Satya... Bangun dulu yuk.. Mandi terus makan.. Nanti malah sakit," suara ibu terdengar  lembut sambil menepuk-nepuk pipiku pelan.

Aku perlahan membuka mataku, mencoba menyelaraskan kembali pandanganku. Ku renggangkan otot-otot badanku, termasuk otot kaki dan tanganku. Terdengar suara klek dari setiap sendiku yang membuat tubuhku agak terasa lebih ringan. Lima menit aku masih berada dalam posisi berbaring, kemudian aku bangun dari tidurku dan duduk di tepi tempat tidurku.

Aku beranjak mengambil handuk dan baju ganti, berjalan ke kamar mandi yang ada di dalam kamarku. Aku kembali tersenyum dan mengucap terimakasih dalam hati pada ibu, karena sudah mempersiapkan bathup yang berisi air hangat untukku mandi. Berendam sebentar di dalam bathup yang sudah kutuangkan beberapa tetes aromatherapy beraroma lavender, membantu merelaksasi tubuhku. Sepuluh menit kemudian ku guyur tubuhku di bawah siraman shower. 

Kembali terdengar suara ketukan di pintu kamarku. Kali ini aku sudah selesai. Mengenakan kaos oblong putih dan celana training hitam aku keluar dari kamarku menuju ke meja makan.

Kulihat Bik Sum sedang membawa satu mangkok sup hangat. Aku mengambil nasi dan beberapa potong tahu bacem, satu potong sayap ayam goreng dan satu sendok sambal bawang, sedangkan sup yang dibawa oleh Bik Sum sudah berada di samping kanan piringku. Aku mulai menyantap makan malamku sendiri karena ibiu sudah makan malam dari tadi. 

Aku menyelesaikan makan malamku dalam waktu 10 menit. Melihat toko bu ternyata masih buka, aku berjalan meninggalkan ruang makan menuju toko. Sesampai di toko aku kembali duduk di balik etalase, tempat favoritku bila menjaga toko ibu. Mengapa aku suka sekali duduk disitu? Karena aku bisa leluasa melihat siapa saja pembeli yang sedang bertransaksi, tanpa sepengetahuan mereka. 

Dan saat ini, aku kembali melihat gadis kecil imut manis tetanggaku. Ia berjalan bersama sang mama. Aku tersenyum sendiri. Beberapa hari kemarin, aku sempat melupakan dirinya karena disibukkan dengan berpuluh-puluh soal yang harus diselesaikan. 

Kini, aku kembali dapat menatapnya, dalam jarak dekat malah. 

"Mama, Hira ingin buku tulis bergambar," ujarnya sambil menunjuk ke arah etalase tempatku bersembunyi. Aku terkejut. Apakah ia tahu kalau aku sedang memandanginya dari balik etalase, gumamku heran. Aku semakin terkejut karena ia justru mendekatkan wajahnya ke arah etalase yang sama dengan ku, hingga posisi kami berada pada satu garis lurus.

Ia menyunggingkan senyum. Aku terkejut.

Ketahuankah bila aku mencuri pandang dirinya?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status