Aliando yang hanya terkekeh melihat wajah penuh kekesalan dari Viera, sama sekali tidak memperdulikannya. Karena saat ini, ia hanya mengedarkan pandangannya ke arah dalam, yaitu ruangan kos yang menjadi tempat tinggal wanita incarannya tersebut dan merasa sesak melihat ruangan sepetak yang mungkin hanya sebesar kamar mandinya.
"Astaga, kamu nggak sesak tinggal di sini?" Aliando beralih menatap ke arah wajah cantik Viera yang masih mengerucutkan bibir dan berwajah masam.
Tanpa memperdulikan pertanyaan bernada ejekan dari Aliando, Viera berniat untuk menutup pintu setelah masuk ke dalam kamar. Karena ia tidak ingin capek mengomel, tetapi tidak ditanggapi oleh pria tersebut.
"Saya mengantuk, tolong Anda pergi dari sini. Oh ya, saya tidak jadi bekerja di perusahaan besok. Jadi, perjanjian yang tadi batal."
Viera yang tadinya akan menutup pintu, tidak bisa melakukannya saat Aliando memasukkan kaki di anta
Setelah Viera selesai mengganti pakaiannya, ia berjalan keluar dari ruang ganti dan sudah disambut oleh dua wanita yang saat ini berdiri di hadapannya.“Anda bisa ikut saya, Nona. Saya dan teman saya yang akan merias Anda dengan cepat Karena tuan Aliando sudah menunggu di luar.” Wanita dengan kulit putih berusia 35 tahunan itu sudah mengarahkan tangannya ke arah kanan, di mana ruang yang akan digunakan untuk merias wanita tersebut.Viera yang kini mengerti telah dikerjai oleh Aliando dengan memilih kabur meninggalkannya, merasa sangat dongkol hatinya. “Awas saja nanti. Jika dia macam-macam di hadapan para sahabatnya, aku akan mempermalukannya saat berada di restoran.”Selesai mengumpat sambil berpura-pura menyunggingkan senyuman, Viera yang seperti kerbau dicucuk hidungnya, berjalan mengikuti dua wanita yang menurutnya sangat cantik dan elegan. Bukan seperti penampilannya yang kampungan beberapa saat yang lalu. Karena hanya memak
Viera menelan salivanya saat posisinya berada pada jarak sangat intim dengan pria yang saat ini hanya beberapa centi. Bahkan jantungnya berdegup kencang saat Aliando menatap dengan tatapan tajam, tak lupa senyuman menyeringai terbit dari bibirnya.“Tolong menjauh dari saya, Tuan Aliando! Harusnya Anda melampiaskan kemarahan pada wanita itu. Kenapa malah saya yang tidak tahu apa-apa menjadi pelampiasan kemarahan, Anda?” seru Viera dengan gugup karena untuk pertama kalinya ia berada pada posisi sangat intim dengan seorang pria.Sementara itu, Aliando yang masih tersenyum smirk merasa semakin senang saat melihat wajah penuh ketakutan tersebut. Akhirnya ia memilih untuk semakin mendekatkan wajahnya pada Viera yang refleks langsung menghindarinya dengan memalingkan wajah.“Tahukah kamu wanita manis, bahwa saat seorang pria marah, akan melampiaskan amarahnya kepada orang-orang di sekitarnya. Tidak perduli apakah orang yang berada di sekitarn
Aliando merasa kesal dan murka saat perbuatan tulusnya malah dianggap sebuah sandiwara semata dan membuatnya tidak bisa menahan amaraH. Dengan secepat kilat ia sudah mengungkung Viera dengan cara menahan tulang rusuknya sehingga mengikis jarak di antara mereka, bahkan kini tubuhnya sudah menghimpit tubuh Viera. Tidak hanya itu saja, Aliando sudah mendekati wajah yang terlihat sangat terkejut tersebut.Dengan posisi wajah saling bersentuhan, yaitu pada tulang hidung menempel, Aliando sebenarnya hendak meraup habis bibir kenyal berwarna merah jambu yang sangat menggodanya. Akan tetapi penolakan Viera, membuatnya tidak ingin menjadi seorang bajingan yang memaksa wanita.“Aku tadi sama sekali tidak bersandiwara, Viera!”Viera yang merasa sangat kebingungan saat tubuhnya sudah dikuasai oleh Aliando dengan posisi sangat intim, tentu saja membuatnya berusaha untuk melepaskan diri. Apalagi saat ini, jantungnya berdegup sangat kencang saat wajahnya saling men
Viera yang saat ini tengah mengunyah makanannya, hanya menatap tangan dengan buku-buku kuat yang menggantung di udara tersebut dengan tidak berniat untuk mengulurkan tangannya. "Lebih baik Anda menurunkan tangan, karena berteman tidak perlu harus berjabat tangan terlebih dahulu."Raut wajah sangat kecewa dari Aliando terlihat sangat jelas. Mau tidak mau dia terpaksa menurunkan tangannya yang dari tadi menggantung di udara. "Sepertinya kamu benar-benar merasa jijik padaku, Viera. Apakah kamu menganggap seorang playboy sepertiku tidak layak untuk berjabat tangan dengan wanita se-suci seperti dirimu?"Kalimat terakhir yang terdengar seperti tengah menyindirnya, refleks langsung membuat Viera tersedak makanan yang dikunyahnya. Bahkan wajahnya sudah memerah saat merasakan panas di tenggorokan akibat mie goreng yang pedas tersebut. Awalnya, dia berniat bangkit dari kursi untuk mengambil air minum karena tadi terburu-buru keluar dan lup
Pagi-pagi sekali Viera sudah bangun karena merasa sangat bersemangat di hari pertamanya bekerja. Sebenarnya dia semalam tidur larut karena sibuk memikirkan telfon dari Aliando yang mengatakan akan menjemputnya. Di hari pertama bekerja, dia tidak ingin terlibat skandal dengan bos perusahaan yang malah akan membuatnya merasa tidak nyaman saat bekerja. Apalagi jika harus berurusan dengan kaum hawa yang suka bergosip dan mungkin akan merugikan dirinya dengan menganggapnya wanita murahan.Akhirnya dia memilih untuk menghindar dan fokus bekerja demi bisa membantu membayar utang-utang keluarganya di kampung. Karena itulah dia menyalakan alarm pada ponsel dan berniat untuk naik ojek online ke perusahaan.Pukul tujuh pagi, Viera sudah berjalan keluar dari tempat kos karena ingin membeli sarapan dan makan di kantor saja demi menghindari Aliando yang mungkin sudah dalam perjalanan ke tempat kosnya. Banyaknya pedagang kaki lima yang sudah berderet menaw
Detik demi detik pun berlalu dan jam sudah menunjukkan waktu istirahat. Semua staf perusahaan menutup laptop mereka masing-masing dan bangkit dari kursi untuk pergi makan siang ke kantin perusahaan. Berbeda dengan Viera yang tidak mematikan laptop karena merasa malas untuk makan karena takut mendapatkan tatapan aneh dari semua staf perusahaan.Aisyah yang baru saja bangkit dari kursi, mengerutkan kening saat melihat Viera tidak kunjung bangkit dari tempatnya. "Viera, kamu tidak pergi makan ke kantin?"Dengan menggeleng perlahan, Viera yang merasa malas dan tidak bertenaga, menatap ke arah Aisyah di sebelah kirinya. "Aku sedang tidak berselera. Kamu pergi saja karena aku ingin mempelajari berkas-berkas ini dulu.""Kamu yakin tidak lapar? Atau ada kencan sama presdir di ruangannya? Pasti presdir sudah memesan makanan enak untukmu, ya kan?" tanya Aisyah dengan mengedipkan sebelah mata. "Baiklah, aku pergi dulu. Selamat bersenang-senang bersama presdir."
Aliando yang masih tersenyum menyeringai, tanpa membuang waktu semakin mendekatkan wajahnya dan tentu saja mengincar bibir tipis yang dari tadi sangat menggodanya. Sebuah hal yang selalu membuat para wanita jatuh dalam pesonanya karena dia adalah seorang pencium ulung. Begitu bibirnya menempel dan berniat untuk melumatnya, tubuhnya terhuyung ke belakang saat Viera menghempaskan tubuhnya menjauh.Viera yang merasa sangat terkejut dengan ulah Aliando yang menurutnya sangat kurang ajar, refleks langsung mengarahkan tangannya ke atas dan incarannya kali ini adalah pipi dengan tulang simetris pria yang sudah memberikan jarak setelah ulahnya yang mendorong kuat dada bidang di balik kemeja berwarna putih tersebut.Sebuah tamparan keras kini mendarat dengan sempurna disertai umpatan Viera yang merasa sangat dilecehkan. "Kamu benar-benar kurang ajar, Aliando! Jangan pernah berpikir bahwa wanita miskin itu murahan dan bisa dilecehkan. Ini adalah hari
Sosok pria dengan postur tubuh tinggi tegap dengan kulit putih bersih, terlihat sangat berantakan rambutnya karena baru saja mengganti ban mobilnya yang bocor di pinggir jalan. Dengan tangannya yang kotor, dia mengambil air mineral dari dalam mobil untuk membersihkan tangan. Baru saja selesai dengan kegiatannya, tanpa sengaja menatap ke arah dua wanita yang terlihat tengah berbicara sambil tertawa. Sudut bibirnya terangkat ke atas begitu melihat senyuman manis dari wajah cantik seorang wanita yang menurutnya terlihat memesona ketika tersenyum. "Wanita itu cantik dan manis." Pria yang tak lain bernama Faqih Mahendra yang baru saja pulang dari perjalanan bisnisnya di luar kota, terpaksa harus menahan kesal saat ban mobilnya tiba-tiba kempes. Awalnya dia ingin menghubungi jasa montir, tetapi ponselnya mati karena kehabisan baterai. Dia yang tidak suka memakai jasa supir, selalu mengemudikan mobilnya sendiri ke mana-mana.