Share

14. Keluarga Rahardjodiningrat (bagian pertama)

Keringatku yang sebesar biji jagung membasahi dahi. Memang dasar bodoh. Harusnya aku pergi saja.

Tapi, sebagian dari diriku mendorong untuk terus maju karena keberadaanku sepertinya semakin dekat dengan Gilang.

Rumah di hadapanku sama persis dengan yang ada di dalam mimpi.

Bergaya Belanda kuno dengan cat kuning yang mengelupas. Beserta dengan taman aneka bunga.

Sekali lagi, firasatku mengatakan bahwa ini bukan hal yang bagus. Tapi, firasat tidak cocok untuk orang sepertiku.

Kembali kuedarkan pandangan ke seluruh penjuru. Memastikan bahwa tidak ada hamparan mayat-mayat di halaman.

"Farah." Kali ini suara wanita itu terdengar tegas.

Perlu beberapa detik sampai aku menyadari bahwa ia sedang memanggilku.

"Ah, ya?"

"Kamu tunggu sebentar di sini, ya." Ucapannya nyaris terdengar seperti perintah. Bukan permintaan.

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status