Share

21. Batas antara realita dan mimpi

Lorong koridor di bangunan ini membuatku pusing. Berbeda dengan rumah yang sebelumnya, tempat ini lebih kecil dan tidak banyak ruangan di sini.

Anggota sekte itu tidak mengejarku atau lebih tepatnya, belum. Karena aku tak mendengar suara apapun dari belakangku.

"Sebelah.. kiri." Suara parau Gilang nyaris mengagetkanku. Ia masih berada di atas punggungku. Kedua tangannya terkulai lemah di pundakku. Sama sekali tak kusangka akan ada hal semacam ini dalam hubungan kami.

"Kamu sudah sadar?" tanyaku setengah berteriak.

"Kiri." Katanya sebelum kesadarannya menghilang.

Aku mengangguk sebelum berlari ke arah yang ditunjuk Gilang. Tapi, ini jalan buntu.

Ada satu pintu di sebelah kiri dan tidak terkunci ketika aku membukanya. Sayup-sayup terdengar suara berisik dari belakang.

Celaka, sepertinya mereka sudah dekat. Tak ada pilihan lain dan aku terpaksa masuk

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status