Share

Kiss

Author: Butterfly
last update Last Updated: 2025-09-08 08:26:13

Sore hari, Adrian kembali ke markas the serpent's coil setelah menyimpan uang Sienna di apartemennya. Di sana jauh lebih aman dan tidak akan ada yang mencuri lagi.

"Lucas, ayo kita makan di luar!" ajak Sienna, tanpa embel-embel paman lagi.

Adrian pun mengangguk.

"Um, aku tidak suka memanggil mu paman. Tidak papa jika aku hanya memanggil nama mu?" tanya Sienna di perjalanan.

"Tentu. Kau boleh memanggilku siapa pun."

Mereka berhenti di sebuah restoran kecil yang sepi, terletak di ujung gang. Restoran itu sederhana dengan beberapa meja dan kursi kayu. Tidak ada pelanggan lain dan Sienna terlihat lega.

"Kau yakin di sini?" tanya Adrian.

Sienna mengangguk. "Ya," jawabnya, suaranya pelan. "Aku sering makan di sini. Meski tempatnya biasa-biasa saja, tapi aku jamin makanannya enak kok. Kalau di tempat yang lebih mewah dari ini, belum tentu mereka mau menerima kita yang memakai pakaian lusuh seperti ini."

Setelah memesan, mereka duduk di sebuah meja kecil, dan Sienna melihat ke luar jendela.

"Lihat, Lucas!" katanya, suaranya bersemangat. "Mereka semua bebas. Mereka bisa pergi ke mana saja yang mereka mau dan tidak ada yang bisa menghentikan mereka."

"Mereka hidup tanpa takut apapun, mereka tidak hidup dibawah kendali dan ancaman seperti ku," lanjutnya.

Adrian hanya diam mendengarkan. Untuk menjawabnya ia tidak tahu harus memberi jawaban seperti apa.

Makanan pun datang.

Sienna makan dengan lahap dan ia menikmatinya dengan senyum yang lebar. Adrian tersenyum tipis. Bahkan makanan sederhana seperti ini bagi orang seperti Sienna adalah makanan yang lezat.

Setelah selesai makan, Adrian menaruh beberapa lembar uang di atas meja. Sienna terkejut. "Biar aku bantu bayar juga."

"Tidak. Kau simpan saja uang itu baik-baik," sahut Adrian. Ia bangkit dari kursinya dan Sienna mengikutinya dari belakang.

Mereka berdua berjalan di bawah cahaya lampu jalan yang terang. Adrian memimpin Sienna ke sebuah toko pakaian.

"Eh, kenapa kita pergi ke sini?" tanya Sienna bingung, berhenti tepat di depan toko.

"Meskipun kita menjual barang itu dan tinggal di markas yang buruk, bukan berarti kita harus berpenampilan buruk juga," kata Adrian.

"Kalau ada uang, kita harus beli sesuatu untuk diri kita. Ini tentang kualitas diri. Dan itu juga akan membantu kita mendapatkan lebih banyak pelanggan. Jika kita berpenampilan bagus, kita bisa masuk ke klub atau tempat-tempat lain. Kita tidak hanya akan bertemu dengan orang-orang di jalanan, tapi juga orang-orang yang bisa membeli lebih banyak dari kita," lanjut Adrian.

Sienna pun tak lagi menolak dengan alasan yang Adrian katakan.

Sienna hanya diam, mengikuti Adrian yang memilih-milih pakaian.

Sienna dan Adrian kini akhirnya meninggalkan toko, tangan mereka penuh dengan tas belanjaan. Kini di tangan mereka ada baju baru, celana, sepatu, dan bahkan hingga skincare. Adrian membayar semuanya dengan uang hasil penjualan narkoba. Sienna merasa senang, tapi juga canggung. Ia tidak pernah punya banyak barang.

"Minggu depan saat acara pesta itu, kita bisa menggunakan pakaian ini agar terlihat jauh lebih pantas," ucap Adrian.

"Um... terima kasih untuk hari ini karena kau memberikan aku banyak hal," ucap Sienna dan Adrian hanya mengangguk.

Saat mereka berjalan, tak terasa jam di sudut jalan menunjukkan pukul 11 malam. Mereka melewati sebuah kafe yang dipenuhi oleh tawa. Di dalam, sekelompok anak muda merayakan ulang tahun, meniup lilin di atas kue. Sienna tersenyum. Ia tidak pernah merasakan kebahagiaan itu.

Adrian menoleh, melihat senyum sedih di wajah Sienna. "Kapan ulang tahunmu?" tanya Adrian.

"Malam ini," jawab Sienna. Ia tersenyum lebar.

Setelah berjalan cukup jauh Adrian tiba-tiba berhenti. Ia menyerahkan semua tas belanjaannya pada Sienna. "Kau pulang lebih dulu," katanya. "Aku lupa malam ini harus bertemu dengan teman-teman yang dulu membantu ku saat jadi gelandangan."

Sienna mengangguk. Ia pun pulang sendirian.

Jam menunjukkan pukul 12 malam saat Adrian kembali ke markas. Ia berjalan perlahan, mencoba untuk tidak membuat suara. Di tangannya, ia membawa sebuah kotak kecil, kue ulang tahun yang dibelinya di toko yang hampir saja tutup. Tapi karena ia membayar lebih mereka akhirnya mau menerima pesanannya.

Saat Adrian membuka pintu, ia melihat Sienna masih terjaga. Sienna menoleh dan matanya melebar. Ia tidak menyangka Adrian akan kembali sambil membawa kue.

"Selamat ulang tahun," bisik Adrian. Ia mengangkat kotak itu dan menyalakannya. Sienna melihat lilin kecil, senyum tak luntur dari bibirnya, tak menyangka hari ini akan terjadi juga padanya.

Sienna menatap Adrian sebelum meniup kue itu. Adrian pun mengangguk dan saat itulah Sienna langsung meniup lilinnya.

"Berdoalah!" perintah Adrian. Meletakkan kue itu di atas ranjang.

Sienna mengangkat tangan, memejamkan matanya, lalu berdoa.

Saat membuka mata ia langsung menghambur ke pelukan Adrian di depannya. "Makasih." Ia memeluk Adrian erat.

"Malam ini aku sungguh-sungguh sangat bahagia karena mu, Lucas. Kau benar-benar orang baik." Sienna melepaskan pelukannya, duduk di depan Adrian, dan menatapnya dengan mata bulat yang berbinar.

"Apa ada yang kau inginkan di ulang tahun mu yang ke dua puluh dua ini?"

Sienna berpikir. "Ciuman," celetuknya.

"Apa?" pekik Adrian terkejut.

"Ah!" Sienna melambaikan kedua tangannya. "B,-ukan seperti yang kau pikirkan tentunya." Wajahnya memerah sempurna.

"Bukan seperti aku wanita nakal atau penuh nafsu. Aku hanya... sedikit tertarik saat melihat bagaimana teman-teman kerja ku berciuman dengan wanita-wanita bayaran. Bagaimana saat bibir mereka saling menghisap dan lidah mereka saring bermain. Itu terlihat indah," akunya.

Adrian terkekeh. "Kalau begitu kau harus punya pacar."

Sienna menggelengkan kepalanya. Ia naik ke atas ranjang dan mengambil kue ulang tahunnya. "Sudahlah."

"Memangnya siapa pria tidak beruntung yang mau berpacaran dengan wanita kurir narkoba seperti ku?" Sienna mengambil satu sendok kue dan menyuapkannya.

"Tidak merasakan pun tidak masalah, toh aku hanya penasaran saja. Lagian aku juga tidak berharap itu jadi kenyataan. Dari dulu pun aku sudah bersahabat dengan kekecewaan."

Adrian dengan tenang naik ke atas kasur, tubuhnya langsung mengungkung Sienna yang terkejut hingga terjatuh tepat di atas kasurnya. Meski posisi seperti itu tapi Adrian tetap tenang seakan hal seperti ini hal biasa.

"Buka mulutmu," perintah Adrian, suara dalam tapi tegas. Sienna yang masih terpaku oleh kejutan menurut tanpa melawan. Bibirnya terbuka perlahan, dan tanpa tedeng aling-aling, Adrian menyapu bibirnya dengan ciuman yang lembut, melumat bibir atas dan bawahnya dengan hangat.

"Bagaimana?" tanya Adrian, menahan emosi supaya terlihat tetap santai.

"Jantungku," jawab Sienna, suaranya gemetar sambil menelan ludah. "Berdetak sangat kencang... apakah ini... normal?"

Adrian terkekeh samar. "Itu reaksi alami tubuh saat kita melakukan hal seperti ini."

Pandangan Adrian terpaku pada bibir Sienna, tak menyangka gadis yang tak tahu cara merawat diri memiliki bibir yang lembut nan manis.

"Buka mulut mu!" perintah Adrian dan Sienna tak menolak. Keduanya berciuman lebih dalam dan kali ini menggunakan lidah seperti yang Sienna inginkan.

Kenikmatan membuatnya lupa, Adrian segera menghentikan ciumannya. Ia menatap pada Sienna. "Bagaimana?" tanyanya.

"Um..." Sienna menyentuh bibirnya. "Enak," akunya. Saat Adrian menatap dengan mata melebar seolah terkejut, gadis itu seketika menutup wajahnya merasa malu.

Adrian tersenyum. "Hal seperti ini tidak boleh dilakukan bersama sembarang orang. Ada baiknya selamanya bersama dia yang memberikan mu ciuman pertama," tutur Adrian.

"Maksud mu, selamanya bersama mu?" tanya Sienna polos.

"Huh?" Adrian menatap Sienna.

"Kan, kau yang memberikan ku ciuman pertama," ucap Sienna.

"Yang tadi tidak termasuk.. Ciuman pertama dilakukan dengan orang yang kau cintai," jelas Adrian.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • The Serpent's Embrace   Pesta

    Saat semua orang tidur, Adrian keluar, langkah kakinya tidak terdengar di antara dengkuran orang-orang yang mabuk. Ia mendengar suara bisikan dari balik pintu ruangan Elias, dan ia berhenti. Ia berdiri di tembok, di sisi pintu, berusaha mendengar apa yang sedang dibicarakan, barangkali itu hal penting yang harus ia ketahui. "Kau yakin tentang ini?" tanya suara yang Adrian kenal, itu adalah suara Elias. "Bagaimana jika kita salah?" "Tidak," jawab suara lain. "Aku tahu bahwa ada penyusup di markas kita. Aku akan menemukannya." "Aku mengerti. Jadi, pesta nanti adalah jebakan. Pemimpin membuat kompetisi ini agar penyusup itu menjual banyak narkoba demi mendapat jabatan baru sehingga bisa menyusup lebih dalam ke The Serpent's Coil. Begitu?" "Benar. Jangan lupa bawa semua anak buah mu ke pesta." "Tentu," sahut Elias. Adrian terkejut. Sial. Tangannya mengepal. Ia telah memakan jebakan musuh. Sebelum ketahuan, Adrian segera pergi dari kamar Elias ini. Pagi harinya, Adrian langsu

  • The Serpent's Embrace   Kiss

    Sore hari, Adrian kembali ke markas the serpent's coil setelah menyimpan uang Sienna di apartemennya. Di sana jauh lebih aman dan tidak akan ada yang mencuri lagi. "Lucas, ayo kita makan di luar!" ajak Sienna, tanpa embel-embel paman lagi. Adrian pun mengangguk. "Um, aku tidak suka memanggil mu paman. Tidak papa jika aku hanya memanggil nama mu?" tanya Sienna di perjalanan. "Tentu. Kau boleh memanggilku siapa pun." Mereka berhenti di sebuah restoran kecil yang sepi, terletak di ujung gang. Restoran itu sederhana dengan beberapa meja dan kursi kayu. Tidak ada pelanggan lain dan Sienna terlihat lega. "Kau yakin di sini?" tanya Adrian. Sienna mengangguk. "Ya," jawabnya, suaranya pelan. "Aku sering makan di sini. Meski tempatnya biasa-biasa saja, tapi aku jamin makanannya enak kok. Kalau di tempat yang lebih mewah dari ini, belum tentu mereka mau menerima kita yang memakai pakaian lusuh seperti ini." Setelah memesan, mereka duduk di sebuah meja kecil, dan Sienna melihat ke luar je

  • The Serpent's Embrace   Membeli Kebebasan

    "Bagaimana jika sebagai imbalannya kita membeli gadis itu dari mereka?" tanya Adrian. Alex menentang. "Tidak. Itu sama saja seperti kau membunuh dirimu sendiri, Adrian. Rencana kita akan gagal. Kita harus tetap pada rencana awal. Kau harus menjadi bagian dari mereka dan gadis bernama Sienna itu akan membantumu." Adrian terdiam. Ia tahu Alex benar. "Kau jangan pernah melibatkan perasaan dalam misi mu, Adrian. Kau masih ingat itu? Jika kau terjerat dalam sebuah hubungan asmara maka misi kita akan hancur dan sia-sia." Adrian menghela napas pelan. "Siapa juga yang melibatkan perasaan? Sienna hanyalah gadis muda yang polos. Aku hanya merasa kasian, bukan karena suka atau hal lainnya," sangkalnya. Alex pun terdiam, mengerti dengan maksud Adrian. "Bagaimana dengan 1 kg narkoba itu?" tanya Adrian. "Aku hanya punya dua hari." Alex tersenyum tipis. "Jangan khawatirkan itu," katanya. "Kami akan mengurusnya." Dengan misi 1 kg narkoba yang kini berada di bawah kendali Komandan Alex

  • The Serpent's Embrace   Kartu As

    Pagi hari Sienna dan Adrian tengah sarapan bersama di kamar, tiba-tiba, pintu kamar terbuka dengan keras dan seseorang menarik rambut Sienna dan menyeretnya keluar. Adrian bangkit, rasa penasaran mendorongnya. Ia mengikuti Sienna dan orang itu dari belakang. Saat ia keluar, pemandangan di depannya membuat jantungnya berdebar. Di ruang utama, ada sebuah pesta sedang berlangsung, tapi bukan pesta seperti yang Adrian kenal. Itu adalah pesta s3ks. Orang-orang mabuk dan telanjang, tergeletak di lantai, berteriak dan tertawa. Bau alkohol, keringat, dan asap rokok membuat Adrian merasa mual. Ia melihat Sienna berdiri di sudut, matanya memandang kosong ke arah orang-orang itu, tanpa emosi. Adrian mendekatinya, "Sienna," bisiknya, suaranya parau. Sienna menoleh. "Kau melihatnya?" Dan Adrian pun mengangguk. "Ini adalah pesta yang hampir sering dilakukan. Pesta yang diadakan oleh atasan untuk para kurir." "Kau tidak ikut? Aku pikir kau ditarik ke sini untuk melakukannya juga," tanya

  • The Serpent's Embrace   Fokus Tugas

    Adrian terkekeh sambil memegangi dadanya yang bekas di pukul Sienna. "Bagaimana pun, Nak, kau jangan terlalu baik dan mudah percaya pada orang lain," katanya. "Aku tahu," jawab Sienna. "Aku yakin aku lebih banyak bertemu dengan orang asing daripada kau, Paman. Tapi, hatiku entah kenapa sangat yakin bahwa kau adalah pria yang baik." "Hatiku yang menuntun aku supaya lebih dekat denganmu," bisik Sienna. "Pada yang lain, aku selalu menghindar. Sebenarnya, hanya kau satu-satunya orang yang berani aku ajak bicara. Biasanya aku hanya diam." Adrian memandang Sienna yang tengah berbicara itu. "Aku senang karena punya teman berbicara," kata Sienna, matanya dipenuhi dengan kebahagiaan. "Tapi mungkin kau bisa sedikit mencukur janggut mu agar tidak terlihat begitu menyedihkan." Adrian hanya membalas dengan senyum tipis. Jam pun mulai menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Di kamar sempit ini, keheningan terasa begitu pekat, hanya sesekali diselingi suara napas mereka yang teratur. Mata Adrian t

  • The Serpent's Embrace   Selamat Datang di Neraka

    Sienna membawa Adrian ke sebuah gedung tua yang tampak tidak terpakai dan membukakan sebuah pintu kecil.Pintu kecil itu terbuka dan Adrian mengikuti Sienna masuk ke dalam. Pemandangan di dalamnya menghantamnya seperti gelombang kejut. Bau alkohol yang tajam dan asap rokok tebal memenuhi udara. Beberapa orang tergeletak di lantai, tak sadarkan diri, sementara yang lain tertawa histeris di pojokan. Ini bukanlah markas, melainkan kandang binatang. Namun, meski di luar tampak seperti bangunan tua, tapi di dalam bangunannya terlihat jauh lebih bagus.Tiba-tiba, tawa dan obrolan mereka berhenti. Semua mata tertuju pada Sienna dan Adrian. Sienna tidak punya waktu untuk menjelaskan. Beberapa orang menghampiri, bukan untuk menyerang Adrian, melainkan untuk melampiaskan kemarahan mereka pada Sienna.Salah satu dari mereka menarik rambut Sienna, membuatnya terhuyung dan jatuh ke lantai. Yang lain mulai memukuli dan menendangnya. Sienna hanya melindungi kepalanya, tidak mengeluarkan suara."Sial

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status