Home / Thriller / The Serpent's Embrace / Membeli Kebebasan

Share

Membeli Kebebasan

Author: Butterfly
last update Last Updated: 2025-09-06 08:07:28

"Bagaimana jika sebagai imbalannya kita membeli gadis itu dari mereka?" tanya Adrian.

Alex menentang. "Tidak. Itu sama saja seperti kau membunuh dirimu sendiri, Adrian. Rencana kita akan gagal. Kita harus tetap pada rencana awal. Kau harus menjadi bagian dari mereka dan gadis bernama Sienna itu akan membantumu."

Adrian terdiam. Ia tahu Alex benar.

"Kau jangan pernah melibatkan perasaan dalam misi mu, Adrian. Kau masih ingat itu? Jika kau terjerat dalam sebuah hubungan asmara maka misi kita akan hancur dan sia-sia."

Adrian menghela napas pelan. "Siapa juga yang melibatkan perasaan? Sienna hanyalah gadis muda yang polos. Aku hanya merasa kasian, bukan karena suka atau hal lainnya," sangkalnya.

Alex pun terdiam, mengerti dengan maksud Adrian.

"Bagaimana dengan 1 kg narkoba itu?" tanya Adrian. "Aku hanya punya dua hari."

Alex tersenyum tipis. "Jangan khawatirkan itu," katanya. "Kami akan mengurusnya."

Dengan misi 1 kg narkoba yang kini berada di bawah kendali Komandan Alex, Adrian akhirnya memiliki sedikit waktu untuk dirinya sendiri. Waktu yang langka untuk bersantai sejenak.

"Oh, ya. Satu lagi, tolong buat kostum baru tanpa janggut. Aku merasa janggut terlalu berlebihan," pinta Adrian.

"Baik, kami akan mengurus itu."

Sore ini, Adrian tiba di apartemennya dan langsung melepas semua pakaiannya yang kotor dan bau.

Ia tidak langsung tidur, ia hanya duduk di balkon, memandang kota dari ketinggian. Ia membiarkan pikirannya kosong, hanya membiarkan angin menerpa wajahnya. Ia tidak memikirkan The Serpent's Coil, tidak memikirkan Elias, tidak memikirkan Sienna, dan tidak memikirkan Komandan Alex. Ia hanya menikmati ketenangan itu.

Dan kemudian Adrian menghabiskan waktunya untuk tidur, membiarkan tubuhnya beristirahat dari kelelahan yang ia rasakan selama ini.

Semua waktu yang Adrian milik digunakan dengan sebaik mungkin untuk bersenang-senang. Dari berenang, membaca majalah, menonton film, hingga makan di restoran dilakukan Adrian.

Dan akhirnya malam kembali menyelimuti kota. Ini sudah waktunya Adrian kembali menyamar sebagai Lucas. Ia mengenakan kostum barunya.

Sesampainya di gang, ia melihat Sienna sudah menunggu. Adrian menghampirinya dan Sienna tersenyum. "Bagaimana? Apa kau berhasil?"

Adrian tersenyum tipis. Ia menyerahkan kantong kecil lusuh berisi uang hasil penjualannya pada Sienna. Di dalamnya uang itu lusuh, tidak rapi, dan seolah-olah berasal dari orang-orang biasa yang tidak punya banyak uang.

Sienna mengamati uang itu dengan seksama, matanya melebar. "Bagaimana kau bisa mendapatkan begitu banyak pelanggan?" tanyanya, suaranya dipenuhi dengan rasa ingin tahu.

"Aku hanya tahu bagaimana cara bermain," jawab Adrian.

"Itu tidak mungkin," jawab Sienna. "Kau tidak punya koneksi."

"Aku tidak butuh koneksi," jawab Adrian. "Aku hanya butuh keberanian."

"Terlepas dari itu aku bersyukur karena kau berhasil. Sebenarnya aku gagal mendapatkan pelanggan baru untuk mu dan berniat memberikan pelanggan ku padamu, tapi untungnya kau sudah mendapatkan pelanggan mu sendiri."

Adrian tersenyum tipis sebagai balasannya. Mereka berdua pun berjalan dalam diam, kembali ke markas, tempat Elias menunggu mereka.

"Oh, ya, penampilan baru mu membuat mu jadi tampak sedikit lebih muda," ucap Sienna jujur.

Adrian terkekeh. "Terima kasih."

Sesampainya di markas, Adrian dan Sienna masuk ke ruang Elias. Elias melihat mereka berdua dan senyum tipisnya mengembang. "Bagaimana?" tanyanya pada Adrian.

Adrian menyerahkan uang hasil penjualannya pada Elias dan Elias mengambilnya, menghitungnya, lalu mengangguk puas.

"Kau adalah anggota keluarga kami sekarang," kata Elias.

Sienna dan Adrian menoleh pada satu sama lain lalu tersenyum.

Elias memberikan sejumlah uang pada Adrian. "Ini upah mu kali ini."

"Dan Sienna, ini untuk mu." Tak kelupaan Elias juga memberikan uang untuk Sienna.

"Terima kasih," ucap Sienna dan Adrian sambil membungkuk hormat.

Elias mengangguk. "Masih ada waktu, sekarang kalian pergilah dan bersenang-senang di luar sana."

Setelah mereka keluar dari ruangan Elias, Sienna dan Adrian kembali ke kamar. Malam ini mereka tidak banyak bicara. Adrian kembali tidur di lantai, sementara Sienna di ranjang usangnya.

Tiba-tiba, suara Elias terdengar nyaring dari luar. Sienna dan Adrian segera keluar karena penasaran. Mereka melihat sudah banyak kurir lain yang berkumpul, wajah mereka dipenuhi rasa penasaran. Sienna dan Adrian pun bergabung di tengah kerumunan.

Elias berdiri di atas sebuah meja tua, matanya menyapu seluruh kerumunan. "Satu minggu lagi," kata Elias, suaranya tenang, namun penuh otoritas. "Akan ada acara perkumpulan. Sebuah pesta besar untuk seluruh anggota The Serpent's Coil. Termasuk kita para kurir jalanan."

Semua orang langsung bersorak bahagia, wajah mereka tampak bersemangat.

"Akan ada banyak makanan dan minuman mahal," lanjut Elias. "Kalian bisa makan dan minum sepuasnya. Tidak perlu khawatir karena itu memang sengaja disiapkan untuk kalian semua. Dan yang paling penting," kata Elias, suaranya naik. "Akan ada penghargaan untuk kurir yang berhasil menjual narkoba dengan jumlah banyak. Kalian akan mendapatkan keistimewaan dari pemimpin. Kalian akan mendapatkan segala yang kalian inginkan. Selain itu siapa saja yang berhasil menjual banyak narkoba maka jabatannya akan dinaikkan. Jadi, upah kalian pun sudah jelas akan lebih besar dari sekarang."

Semua kurir bersorak bahagia dan bersemangat. Adrian pun melihat wajah Sienna yang tampak bersemangat.

Malam ini juga, setelah pengumuman Elias, Sienna dan Adrian meninggalkan markas. Sienna membawa tas yang jauh lebih besar dari sebelumnya, berisi tumpukan paket-paket kecil narkoba. Wajahnya berseri-seri, dipenuhi tekad yang membara.

"Paman, aku akan bekerja keras malam ini," katanya pada Adrian, suaranya penuh semangat. "Aku harus memenangkan penghargaan itu. Aku ingin punya cukup uang untuk bisa menebus diriku. Aku tidak ingin berada di sini lagi."

Adrian tersenyum tipis, melihat semangat Sienna. "Kau boleh mengklaim penjualan ku jadi milikmu," ucapnya.

"Mana mungkin," sergah Sienna. "Aku tidak mau," tolaknya. "Meski menjual narkoba bukan pekerjaan yang baik, tapi aku tidak mau curang juga saat berjualan. Aku ingin menjadi seseorang yang jujur sepanjang hidup ku."

Adrian hanya tersenyum.

Mereka berdua berjalan di bawah cahaya lampu jalan yang redup, ke sudut jalan yang sudah biasa mereka gunakan. Di sana, mereka kembali berpisah. Sienna menuju keramaian kota, matanya dipenuhi dengan ambisi. Adrian, seperti biasa, berbalik dan berjalan ke arah yang berlawanan. Ia tidak perlu mencari pelanggan, hanya perlu duduk santai di markas, dan yang lainnya menjadi urusan Alex.

Saat pagi hari menyapa, Adrian kembali ke markas the serpent's coil, berjalan di antara tubuh-tubuh yang masih tergeletak mabuk dari malam sebelumnya.

Di tangannya, ia memegang tas yang berisi uang hasil penjualan yang sebenarnya merupakan hasil kerja keras timnya di AEGIS. Ia langsung menuju ruang Elias, menyerahkan tas itu, dan Elias menghitungnya dengan senyum puas.

"Kau anak baru yang cukup hebat. Kau bisa mendapatkan uang sebanyak ini dalam semalam. Kau pasti akan mengalahkan Sienna," ucap Elias. "Teruslah berusaha, oke?"

Adian mengangguk. Kemudian Elias memberikan upahnya pada Adrian. Adrian tidak mengatakan sepatah kata pun. Ia hanya pergi.

Adrian kemudian berjalan ke kamar Sienna. Pintu tidak terkunci, jadi ia langsung masuk. Ia menemukan Sienna duduk di ranjangnya, menumpuk tumpukan uang kertas lusuh dan koin-koin di depannya. Wajahnya berseri-seri, matanya berbinar-binar.

"Lihat, Paman!" ucap Sienna, suaranya dipenuhi kegembiraan. "Aku sudah mengumpulkan banyak uang."

"Kau akan menggunakan uang itu untuk apa?" tanya Adrian.

"Sebenarnya, aku ingin mencoba membeli kebebasan ku," aku Sienna. "Aku dijual maka mungkin jika aku menebus uang itu aku bisa keluar dari sini dan menjalani kehidupan yang bebas."

"Apa itu cukup?" tanya lagi Adrian.

Sienna menggelengkan kepalanya. "Belum," jawabnya. "Tapi aku akan bekerja lebih keras. Karena itulah aku ingin mendapatkan penghargaan itu."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • The Serpent's Embrace   Bebas? Belum Saatnya

    Sekoci penyelamat kecil itu melaju di tengah kegelapan selama hampir satu jam, menghindari lampu sorot kapal patroli yang mulai beraksi setelah sinyal flare gun Petrov. Mereka berlayar menjauh dari area pelabuhan, menuju garis pantai yang dipenuhi hutan bakau.Dimitri memegang kemudi, wajahnya tegang tetapi lega. Sienna diam, matanya memindai garis pantai. Adrian, bersandar di lambung sekoci, menekan bahunya yang terluka, menahan rasa sakit dan menatap Zara yang terus memberikan arahan dari jauh."Titik ekstrak kedua," bisik Zara. "Gubuk nelayan tua, tepat di selatan Mercusuar Hijau. Tim medis dan transportasi sudah menunggu."Lima belas menit kemudian, mereka tiba di pantai tersembunyi. Tiga sosok muncul dari bayangan—dua pria berpakaian serba hitam dan seorang wanita dengan rompi medis. Itu adalah Tim Delta, unit pendukung logistik AEGIS."Adrian. Dimitri. Selamat datang," sapa wanita medis itu dengan suara yang tenang dan berwibawa, langsung menilai luka Adrian. Ia tak menyapa Sien

  • The Serpent's Embrace   Rintangan

    Bau kotoran, air limbah, dan karat tebal memenuhi saluran beton tempat mereka meluncur. Adrian bergerak di belakang, antara Dimitri di depan yang memimpin, dan Sienna yang di tengah. Bahunya terasa perih, tetapi adrenalin membuat rasa sakit itu menjadi detail yang jauh.Mereka bergerak melawan arus air yang deras, yang menyamarkan suara langkah mereka. Pengejaran di dalam saluran pembuangan adalah taktik yang putus asa, tetapi Adrian tahu ini adalah satu-satunya rute yang tidak dipatroli oleh Petrov."Zara, beri kami gambaran keamanan. Seberapa cepat mereka menyusul?" bisik Adrian, suaranya teredam oleh gema saluran."Mereka masih lambat. Petrov mengerahkan tim besar ke Sayap Timur, memblokir lorong atas. Tapi mereka baru saja membuka lubang inspeksi darurat di sekitar Gudang Utama. Mereka mengirim tim pencari ke bawah. Aku perkirakan lima menit sebelum mereka mencegat jalurmu," lapor Zara. Suaranya terdengar cemas di eardphone.Dimitri dengan sigap menunjuk ke sebuah belokan tajam di

  • The Serpent's Embrace   Misi Berhasil

    Terowongan utilitas itu sempit, berbau debu lama dan kehangatan kabel listrik. Adrian merangkak, menggunakan peta termal di jam tangannya untuk menavigasi. Ia berada tepat di bawah lantai Kantor Eksekutif—area paling dijaga di seluruh markas.Di atasnya, ia bisa mendengar resonansi langkah kaki yang berat, jauh lebih dekat dari sebelumnya. Mereka pasti menyadari sensor gerak di Sayap Timur baru saja di-reboot."Adrian, ada tiga penjaga bersenjata yang baru masuk ke lorong Sayap Timur. Mereka mencari keanehan," bisik Zara melalui eardphone.""Aku di bawah mereka. Kirimkan aku blueprint ruangan. Tunjukkan area kurungan Sienna," balas Adrian.Dalam sekejap, tampilan di jam tangan Adrian berubah, blueprint kantor mewah itu muncul, memperlihatkan meja besar, rak buku, dan sebuah pintu baja tersembunyi di balik lukisan."Dia di ruangan rahasia itu, di balik lukisan," kata Adrian, mengonfirmasi dugaannya. "Dimitri, siap-siap. Setelah aku masuk, aku butuh jalur keluar yang bersih."Adrian mer

  • The Serpent's Embrace   Mulai Misi Penyelamatan

    Di ruang bawah tanah yang dirancang khusus oleh markas AEGIS. Dindingnya dipenuhi peta digital dan peralatan militer yang sunyi.Adrian memasuki ruangan. Di sana, sudah menunggunya dua sosok. Dimitri, si pria berpostur tegap. Wajahnya selalu dingin dan dia selalu memegang tablet yang memantau keamanan jaringan.Dan Zara. Mata-mata yang lebih muda, ramping, dengan tatapan mata yang tajam dan tenang. Spesialisasinya dalam menyusup ke sistem digital dari jarak jauh.Mereka berdua mengenakan seragam taktis hitam tanpa tanda pengenal, menunjukkan bahwa misi ini tidak resmi."Adrian" sapa Dimitri dengan anggukan singkat, suaranya berat. "Alex bilang kau butuh kami. Dan ini harus 'senyap seperti kejatuhan bulu'.""Justru tidak," potong Adrian, berjalan langsung ke dinding yang menampilkan proyeksi satelit Markas Petrov. "Misi ini tidak akan senyap. Ini akan menjadi pengalihan besar untuk menyamarkan ekstrak kecil. Petrov sudah menunggu serangan senyap."Adrian menunjuk peta The Serpent's Coi

  • The Serpent's Embrace   Pertaruhan

    Adrian melompat keluar dari lubang got di area pasar ikan yang sepi, dua blok jauhnya dari Markas The Serpent's Coil. Ia telah menghabiskan dua puluh menit mengerikan merangkak melalui ventilasi kotor dan saluran pembuangan, menghindari senter dan teriakan anjing penjaga. Seragam "Toni" kini basah, robek, dan berbau amis. Ia bergerak cepat melintasi kota, menghindari semua jalan raya utama. Satu jam kemudian, ia tiba di Markas AEGIS. Adrian menerobos pintu baja ruang kontrol utama. Di dalamnya, suasana terasa tenang, kontras dengan neraka yang baru saja ia lewati. Layar-layar monitor yang memantau pergerakan jaringan global bersinar remang-remang. Di balik konsol utama, duduk Alex. Pria itu dengan tatapan mata yang tajam dan wajah tanpa emosi yang dingin, khas seorang perencana perang yang sempurna. "Kau berdarah," adalah sapaan pertama Alex, tanpa menoleh, matanya masih terpaku pada data feed yang ia analisis. "Itu hanya goresan," balas Adrian, suaranya serak dan menahan emosi.

  • The Serpent's Embrace   Dingdong! Permainan mu Berakhir

    Tangan Adrian masih mencengkeram erat USB drive, jantungnya berdebar kencang seirama langkah cepat kakinya menuruni tangga mezzanine. Ia meninggalkan kegelapan total di ruang server dan meninggalkan dua penjaga yang masih meraba-raba mencari senter.Ia harus keluar dari gedung melalui ventilasi sisi barat yang telah ia identifikasi.Ia melompat dari tiga anak tangga terakhir, mendarat dengan lutut ditekuk. Di bawah, Gudang Utama masih diselimuti remang-remang lampu darurat.Adrian berlari di antara rak-rak, menghindari jalur tripwire yang ia netralkan sesaat tadi. Ia hanya butuh tiga puluh detik lagi untuk mencapai saluran ventilasi.Tiba-tiba, ponselnya bergetar di saku dalam jaket samaran Toni.Adrian mendesah frustrasi. Ia mengabaikannya.Lima detik kemudian, ponsel itu bergetar lagi. Dan lagi. Dan lagi. Panggilan beruntun yang tidak masuk akal.Nama itu muncul di layar kecilnya, menyala seperti suar. SIENNA.Rasa dingin yang lebih tajam daripada udara gudang menjalar di punggung A

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status