"Jadi Ory sekarang sudah tamat SMU ya? Bulan depan sudah jadi mahasiswi dong ya, sayang?" Mama Mita mencubit gemas pipi mulus Ory. Semakin dipandang wajah Ory semakin mengingatkannya pada sosok cantik teman masa kecilnya dulu, yang telah merelakan satu ginjalnya demi kelangsungan hidupnya, sehingga dia masih bisa hidup sampai sekarang.
"Oh ya Ma, tadi kata mama ada yang mau mama bicarakan dengan Ory. Mama mau bicara apa Ma?" Kata-kata Ory membuat Mita mengembalikan ingatannya yang tadi sempat mengembara kemasa lalu.
"Begini Sayang, waktu di Venesia mama bertemu dengan Wina, ibu tiri kamu. Dan Wina meminta agar pembatalan pernikahanmu dengan Dewa segera dilaksanakan. Mama hanya mau memastikan saja, apakah kamu sudah mantap ingin melakukan pembatalan pernikahan? Sebenarnya mama berat sekali melakukan itu sayang, karena mama sudah pernah berjanji pada orang tuamu dulu untuk menjaga kamu setelah mereka berdua tidak ada lagi didunia ini. Apalag
Ory berlari-lari kecil bersama Mbak Clara sambil membawa berkas-berkas dokumen yang menjadi MOU antara perusahaan Rajawali Putra Persada milik Raven, dengan Graha Indah Nusantara. Sebagai notaris yang menangani semua masalah legal diperusahaan Raven, menjadikan Bima harus selalu ikut dalam setiap penandatanganan dokumen kerjasama perusahaan Raven dengan perusahaan rekanannya. Dan sebagai akibat dari cutinya Bima yang sedang menghadiri pemakaman nenek tercintanya di Medan, membuat Mbak Clara dan Ory sebagai asisten pribadinya yang jadi kelimpungan.Baru saja mereka berdua masuk ke dalam mobil Mang Tisna dengan nafas ngos-ngosan karena berlari-lari, Rini salah seorang admin langsung memanggil Clara untuk menemui client yang baru saja tiba. Mau tidak mau tinggal Ory seorang yang akan mewakili paralegal dari kantor Bima. Karena tidak mungkin mereka meninggalkan kantor kosong dan membiarkan client menunggu berjam-jam.Berhubun
Suara musik berirama EDM berdentam kencang di salah satu club malam papan atas kota metropolitan. Seorang pria tampan mapan tampak termenung sambil sesekali menyesap minuman beralkohol yang berada di tangan kanannya."Wah tumben, Bro dugem sendirian aja. Biasanya berlima, paling banter berempat. Lagi cekcok ya sama hopeng-hopeng lainnya."Sebastian, bartender berjuluk G3 yaitu Ganteng-Ganteng Gay, meracik minuman seraya menyapa ramah Dewa. Dewa and the gangs memang jarang sekali terpisah-pisah."Biasalah, Bro. Lagi pengen main single aja. Pikiran lagi piknik ke mana-mana ini. Gue cuma pengen ngademin otak bentaran doang di sini.""Take your time, Ma Bro." Sebastian mengedipkan mata sebelum kemudian sibuk kembali dengan aktifitas racik meracik minuman mahalnya.Dewa menyesap minuman dengan pikiran meng
Setelah pelepasan pertamanya, lima menit kemudian dirinya sudah kembali meminta pelepasan. Dewa sadar ada yang tidak beres dengan libidonya yang begitu tidak terkontrol ini. Pasti ada sesuatu hal lain yang memicunya. Dalam keadaan terengah-engah menahan nafsu Dewa langsung berlari ke kamar mandi. Dia menghidupkan shower dan berdiri di bawahnya. Dia berusaha mati-matian berdiri di bawah guyuran air dingin demi menurunkan sedikit gairahnya. Samar-samar dia teringat bahwa sebelum reaksi ini terjadi, dia sempat meminum tequila yang ditinggalkannya sejenak ke toilet. Dia juga teringat reaksi kebingungan Celine saat dia akan meninggalkan Club. Fixed, ini semua pasti ulah Celine yang mencampur obat perangsang ke dalam tequilanya. Perempuan satu itu memang gila! Dewa terus menerus membasahi sekujur tubuhnya dengan air dingin. Ia berdiri dibawah curahan shower yang terus mengalir deras demi untuk mendinginkan rasa panas dan gairahnya yang menggila. Dia kh
Ory memoles wajah cantiknya dengan kosmetik tipis-tipis. Mengoleskan sedikit liptint dan sapuan lembut blush on, serta sedikit highlighter di puncak hidungnya. Dikenakannya kaus putih tanpa lengan dengan jumpsuit berbahan jeans. Rambut indahnya dicepol tinggi ke atas ala-ala artis korea. Hari ini dia akan berbelanja beberapa alat-alat tulis untuk keperluan kuliah sekaligus juga membeli alat-alat lukis baru. Berhubung dia baru gajian, dia ingin sedikit royal khusus untuk hari ini saja. Dia memang memiliki warisan banyak dari almarhum ayahnya, tetapi Ory belum ingin menggunakannya. Entahlah kalau beberapa waktu ke depan. Nasib seseorang tidak ada yang tahu bukan? Biarlah untuk saat ini pengacara ayahnya yang mengurus segala sesuatunya.Dengan melompat-lompat kecil, Ory menuruni tangga kayu jati dari kamarnya menuju ruang tamu. Dia sudah janjian akan bertemu dengan Intan langsung di mall saja. Dari rumah Ory bermak
Ory begitu gelisah setelah menerima telepon dari Dewa. Ory merasa nada suara suaminya itu sudah naik beberapa oktaf dari biasanya. Saat ini ia tengah makan bersama dengan Ibell dan daddynya. Ia sudah berusaha menolak tadinya. Hanya saja Ibell terus memaksa, dan ia jadi tidak tega karenanya.Karena terus memikirkan Dewa, tanpa sadar sedari tadi Ory diam sembari memutar-mutar spaghettinya. Intan sudah pulang duluan karena ada keperluan mendadak katanya. Setelah tahu bahwa Dewa akan menyusul Ory ke mall, Intan segera mengiyakan saat temannya menelepon ingin menjemputnya. Ory merasa ada yang salah dengan Intan akhir-akhir ini. Ia banyak diam dan sering kedapatan sedang melamun. Yang lebih anehnya lagi, kadang ia juga tersenyum-senyum sendiri di depan ponsel atau langsung menjauh saat menerima panggilan telepon."Mommy, suapin Ibell dong. Kayak anak perempuan yang meja sebelah itu Mom, disuapin ibunya." Ibell
Malam ini Ory terpaksa masuk ke club elit ibukota tanpa minta izin terlebih dahulu kepada Dewa. Mau bagaimana lagi, Intan yang sedang galau segalau-galaunya, meminta Ory untuk menemaninya. Intan mendapat info kalau Bayu sedang bersenang-senang di sini. Rupanya tanpa diketahuinya maupun Bima, Intan telah menjalin hubungan serius dengan Bayu.Baru saja masuk ke dalam club, jantung Ory seperti mau lepas akibat kencangnya suara musik. Memang susah kalau punya jiwa udik seperti dirinya. Karena saat orang bersenang-senang di sini, ia malah sesak nafas rasanya."Itu dia Mas Bayu, Ry. Ternyata memang sifat buayanya bener-bener telah mendarah daging. Tidak bisa berubah! Kebanyakan dijejelin janji nih gue sama itu kadal buntung!" Amuk Intan emosi.Ory hanya bisa menghela nafas, kala melihat Bayu sedang berbincang akrab dengan seorang seorang perempuan dan beberapa teman laki-lakinya. Intan merangsek maju. Ory juga
Ory meremas-remas kedua tangannya dengan gelisah. Nada suara Dewa saat di telepon tadi sudah menyerupai macan yang mengaum. Ory teringat pada saat peristiwa Dewa menjemput paksa dirinya di mall saat bersama Raven dan Ibell dulu. Walau dengan tangan berdarah-darah penuh luka, Dewa masih sanggup menggeretnya sepanjang jalan dan berakhir dengan percintaan panas mereka berdua. Dan Dewa melakukannya dengan tangan penuh luka yang seperti tidak dirasakannya. Bagaimana dengan kemarahannya kali ini? Ory ngeri sendiri membayangkannya.Decit suara ban mobil yang direm mendadak, membuyarkan lamunan Ory. Rendra dan Dewa turun dengan langkah-langkah lebar dan tergesa. Mati aku kali ini! Batin Ory. Dewa menatap Ory sekilas tapi menyeluruh. Ia kemudian menghampiri Elang yang sedari tadi sudah menatap lekat-lekat dua pria dewasa di depannya."Benar mereka berdua ini suami dan kakak kamu, Dek? Sepertinya mereka terlalu tua untuk menjadi suami dan k
Inhale exhale. Ory berulang-ulang kali menarik nafas dan membuang nafas, sebelum bergabung dengan Intan di barisan nomor empat. Dia meringis sendiri melihat betapa straightnya wajah-wajah para seniornya di kampus ini. Ory sengaja berbaris di barisan paling belakang. Ia menghindari pemandangan tidak enak dari wajah-wajah para senior yang sepertinya begitu bersemangat untuk balas dendam dengan para juniornya ini. Dulu saat mereka masih menjadi MABA, pastinya mereka juga dikerjain habis-habisan oleh para seniornya. Mungkin saat ini mereka membuat OSPEK ini menjadi semacam ajang balas dendam atas penderitaan mereka terdahulu."Eh kamu yang berdiri di barisan keempat paling belakang, silahkan maju kedepan!" Ory yang sedang bengong karena bosan mendengar ceramah sari salah satu seniornya ini, kaget saat Intan mendorongnya ke depan."Apaan sih lo, Ntan dorong-dorong gue!" Ory menepis tangan Intan yang mendorong