BUGH! BUGH! KRAKKKK!
Suara daging yang saling bertumbukan dan tulang patah, terdengar di seantero ruangan. Ruang tamu yang tadinya rapi sekarang lebih menyerupai kapal pecah. Raven yang sudah babak belur dan berdarah-darah ternyata tidak menyerah begitu saja dihajar oleh Dewa. Mereka berdua saling bergumul dan bergelut dengan amarah menggila.
"Udah! Udah lo bedua! Udah gue bilang! Pada mau mati lo bedua? Fine, gue sih nggak masalah. Asal lo-lo bedua duelnya jangan di depan mata gue. Gue nggak mau repot jadi saksi kematian lo bedua!" Bima dengan napas terengah-engah, berusaha menahan laju tubuh Dewa yang ingin terus menerjang ke depan.
Butuh dua orang satpam ditambah Bayu dan Rendra untuk menahan laju tubuh Dewa, yang hari ini seperti mendapat kekuatan ekstra. Dewa mengamuk seperti orang gila akibat kemarahannya.
Sedangkan Bayu dan Rendra juga berusaha sekuat tenaga, menahan tubuh Raven ya
Malam pergantian tahun akan segera berganti dalam hitungan menit. Raven sengaja membuat perayaan old and new dengan seluruh staff karyawan maupun buruh pemetik teh hariannya. Dia ingin semakin mengakrabkan diri antara dirinya sebagai pemilik perkebunan dengan semua pekerjanya yang berasal dari segala lapisan. Suara musik, tawa riuh, berbagai macam makanan dan minuman tumpah ruah dalam kemeriahan pesta. Ory yang akhir-akhir ini begitu mudah lelah karena perut besarnya, menghempaskan pinggulnya di sebuah ayunan yang khusus dibuatkan Raven untuknya. Ada dua ayunan di sana. Satu milik Ibell dan satu lagi miliknya. Tiba -tiba Ory melihat satu bayangan gelap tampak di belakangnya. Ory kaget dan menoleh cepat sambil bersiap-siap lari. Horror juga malam-malam di tempat sepi begini."Ry....Ory, jangan takut. Ini Mas Ry." Dewa langsung menangkap lengan Ory saat melihat kaki Ory sudah menekuk, siap untuk berl
Ory mengaduh kesakitan saat hendak meraih remote tv di kamarnya. Sebenarnya dari dini hari tadi, perutnya terus saja berkontraksi. Tetapi Ory tidak menganggapnya serius, karena dokter kandungannya mengatakan kemungkinan besar ia baru akan melahirkan satu minggu lagi. Ory mengira rasa mulas di perutnya itu adalah akibat dari memakan rujak yang pedas semalam."Auchh... sshhh..."Namun semakin lama, kontraksi mulasnya makin konstan ritmenya. Ory merasa dia mulai berkeringat dingin. Saat ini tidak ada seorang pun di rumah, karena kedua mertuanya tengah menjenguk eyang Dewa yang sedang sakit. Pembantu rumah tangga dan Mang Jaja, supirnya, tengah berbelanja kebutuhan rumah tangga ke supermaket. Dewa pada jam seperti ini tentu saja masih di kantor. Bahkan Satpam di depan rumah pun tadi pagi meminta izin pulang, karena anaknya menjadi korban tabrak lari saat akan berangkat ke sekolah. Dan saat ini sang Satpam tengah mengurus anaknya di rumah sakit
Dewa akui dia bukanlah orang yang baik-baik amat. Dosanya masih bleberan ke mana-mana. Ibadah pun sekedarnya saja. Dalam doa rasa-rasanya dia tidak pernah meminta apa-apa. Tapi saat ini, untuk pertama kalinya, dia sungguh-sungguh berdoa kepada yang Maha Kuasa, untuk keselamatan istri dan anaknya. Untuk pertama kalinya juga, dia bisa merasakan bagaimana seseorang bisa mencintai orang lain, melebihi cintanya pada diri sendiri.Dewa mulai membaca ayat kursi satu kali, surat al-A'raf ayat 54 dan surat Al-Falaq satu kali. Tidak lama kemudian Ory pun sampai pada bukaan terakhir dan mulai mengejan."Ahhhhhh! Ya Allah!" Ory mulai mengejan sekuat tenaga. Rasa sakitnya bahkan sampai membuatnya tidak malu lagi untuk menjerit sekuat-kuatnya."Ayo mulai lagi, tarik napas, mulai!" Dokter Ajeng memberi aba-aba." Ya Allah, sakit ya Allah!" Di tengah perjuangannya melahirkan anaknya ini, tiba-tiba Ory terbayang i
"Bar, kamu kapan sih menikah Nak? Mama sudah kepengen sekali menggendong cucu dari kamu. Michellia aja anaknya sudah mau dua. Masa kamu kalah sama adikmu, Bar? Umur kamu juga udah tiga puluh tahun, lho. Mama kadang heran, papamu itu dulu, pacarnya di setiap sudut kota ada. Di setiap tikungan rumah juga ada. Lah kamu, umur segini juga pacarannya cuma satu kali. Perempuan di dunia ini tidak semuanya sama seperti Diandra, Bar. Nggak semua nya materialiatis. Atau kamu mama jodohin mau?" Ory yang sudah putus asa ketika melihat anak sulungnya masih betah melajang diusianya yang ke tiga puluh, mulai berpikir untuk menjodohkan anaknya dengan salah satu anak dari sahabat-sahabatnya. Akbar yang hanya pernah pacaran sekali saja dengan Diandra Sasmita, teman sekampusnya selama tiga tahun. Dan ternyata pada tahun ketiga itulah, Diandra tiba-tiba meminta putus dari Akbar, dan menikah dengan seorang duda seusia ayahnya karena faktor harta. Semenjak itu Akbar merasa kalau wanita itu
Suara bariton yang sedang mengucapkan ijab kabul diruang depan terdengar mantap dan tegas berkumandang diseantero rumah. Tidak lama kemudian, terdengar kata-kata sah dan amin yang diikuti oleh segenap kerabat Ory maupun suaminya.Ya, sekarang Oryza Sativa Wiryawan telah resmi menjadi seorang istri. Dan hebatnya lagi status itu dia dapatkan pada usia tujuh belas tahun empat belas hari. Dia bahkan masih duduk dikelas dua belas alias kelas III SMU.Mirisnya lagi dia juga tidak tahu siapa nama suaminya dan seperti apa wajahnya. Semua ini terjadi akibat dari kelicikan ibu tirinya yang ingin melepaskan tanggung jawabnya terhadap Ory dengan cara menikahkannya secepatnya. Dan alasan utamanya tentu saja karena ingin menguasai sendiri semua harta dan aset-aset perusahaan almarhum papanya. Bayangkan, baru sebulan papanya meninggal, ibu tirinya sudah tidak sabar ingin mengusirnya dari rumahnya sendiri."Ory, ayo kita kebawah. Kita temui
Rendra baru saja tiba diapartemennya. Dia melepas jas formal dan kemudian melonggarkan dasinya. Sejenak dia tersenyum sendiri saat mengingat kejadian tadi. Yaitu saat keluarga besar mereka kelabakan karena ditinggal kabur pengantin wanita. Rendra bahkan belum sempat melihat wajah pengantin wanita itu yangnota beneadalah adik tirinya. Dulu sewaktu ibunya ingin menikah dengan Om Restu, Rendra sangat menentangnya. Bagaimana bisa ibunya mau menikah lagi sedangkan kuburan ayahnya saja masih basah? Ya, ibunya menikah lagi hanya dua bulan setelah kematian ayahnya. Super sekali kalau meminjam ungkapan kata Mario Teguh. Ibunya adalah wanita ambisius yang sangat terobsesi dengan harta. Bayangkan, dia melahirkan Rendra pada usia tujuh belas tahun karena hamil dengan seorang pengusaha yang untungnya telah menjadi duda. Dan mereka menikah dibulan berikutnya. Pernikahan itu berlangsung selama dua puluh lima tahun, dikarenakan sabar dan cintanya Ayahnya kepada ibunya
Ory memasukkan semua dokumen-dokumen surat pindahnya ke dalam sebuah amplop coklat. Hari ini dia mulai pindah dari sekolah lamanya untuk menghilangkan jejak bila ibu tirinya atau bahkan suaminya mencarinya. Ah! Jangan-jangan mereka malah tidak perduli akan kehilangannya. Secara ibu tirinya sepertinya sangat lega bisa melepasnya menikah dan membebankan tanggung jawabnya kepada suaminya. Sedangkan suaminya sendiri malah tampak ogah-ogahan menerima pernikahan mereka. Kalau dipikir-pikir, Ory merasa saat ini dia ini seperti sampah yang dibuang sana sini."Hoiii Oryyy!!" Ory tersenyum gembira melihat Intan teman semasa SD nya memanggilnya. Ory memang meminta bantuan Intan agar dapat bersekolah di tempat yang sama dengannya. Karena Intan bersekolah di Prime One School yang merupakan milik orang tua nya sendiri. Bahkan karena Intan juga, Ory sudah bisa bersekolah disini dan tinggal melengkapi surat-surat pindah, akte lahir, Kartu Keluarga dan rapor nya saja. Dan i
Sebulan kemudianDewa sedang bergembira ria di sebuah club malam elite bersama ketiga teman akrabnya Rendra, Bima dan Bayu. Dewa sedang merayakan kemenangan tender besar hari ini. Kerja kerasnya bersama team nya selama seminggu penuh ini, rasanya telah terbayar lunas, setelah kemenangan besar ini. Dia menyesap pelan whisky mahal yang terasa sedikit panas tapi nikmat yang melewati tenggorokannya.Dia ingin menikmati kebebasannya malam ini. Bebas dari penatnya masalah kantor yang seakan tidak ada habisnya, juga penatnya karena terus diburu ibunya untuk mencari istri ciliknya yang kabur. Dua gadis cantik dan seksi sudah mulai meraba-raba tubuh kekarnya. Bahkan Lia atau Dita, Dewa lupa namanya, sudah mulai melumat ganas bibirnya. Dengan senang hati Dewa membalas tak kalah panasnya. Dewi, wanita yang sedari tadi terus mengelus-elus dada bidangnya, mulai membuka jas dan kancing-kancing kemejanya. Dia mulai menciumi dan memagut-magut di sana. Dewa