Share

Bab 5 [ REAL LIFE ]

Sejak kejadian kotak hitam yang berisi minuman berwarnai merah darah, darah rusa yang terasa amat manis di lidahku. Saat itu pula semuanya berubah, sangat berubah, dulu bibi selalu menyajikan makanan manusia tetapi semenjak kejadian itu semua berubah. Bibi tidak lagi memasak makanan manusia, apalagi donat dengan krim vanilla yang sangat memanjakan indra pengecapku. Sekarang, bibi hanya menyediakan olahan dari darah hewan untuk aku makan, entah itu darah rusa beku, minuman dari darah sapi dan darah hewan lainnya. Aku tidak perlu makan setiap hari seperti dulu, aku hanya makan ketika aku merasa haus atau ketika kerongkonganku terasa terbakar api.          Dan begini kehidupanku sekarang, aku masih bisa memakan donat, ayam panggang, roti bahkan jus jeruk sekalipun tapi hanya satu masalah terbesarnya. Indra pengecapku tidak bisa merasakan rasa nikmat dari setiap makanan yang masuk ke dalam mulutku kecuali satu, darah.

            Namun, aku merasa darah yang aku minum berbeda dengan darah yang paman, bibi, dan Zio. Pernah suatu waktu aku melihat Zio meminum darah dari botol kecil dari kulkas, dia meminumnya begitu rakus, mata coklatnya berubah menjadi merah seperti darah yang ia minum saat itu. satu tegukan, aku melihat minuman itu mengalir indah di balik kulit putih Zio menyusuri kerongkongannya. Warnanya merah pekat tetapi juga jernih, aromanya lebih menyengat dan menggoda siapa saja vampire yang mencium aromanya, darah itu lebih cair dibanding darah yang aku minum biasanya. Aku menghampiri Zio dan memohon kepadanya untuk memberiku barang satu tetes saja, tapi permohonanku di tolak mentah-entah. Zio pergi tanpa berdosa setelah mencuci botol darah yang diminumnya.

            Aku juga pernah memohon hal yang sama saat paman meminum darah dari botol kecil itu, sama dengan Zio paman langsung mencuci botol darah yang ia minum tadi. bibi pun sama begitu, seolah mereka tidak mau berbagi darah yang sangat nikmat itu denganku. Paman selalu bilang bahwa darah itu sangat berbahaya jika aku meminumnya, tapi aku tidak tahu seberapa bahaya darah itu ketika masuk ke dalam kerongkonganku.

            Baik lupakan soal darah dengan aroma yang sangat menggoda itu, karna aku yakin suatu saat bisa mencobanya. Setelah perubahanku yang selalu meminum darah pemberian paman, tidak banyak yang berubah pada tubuhku. Hanya saja semenjak hari itu aku sering merasakan sakit di beberapa area tubuhku, dan terkadang bagian yang amat terasa sakit itu terlihat membiru tanpa sebab. Aku sering merasakan sakit kepala yang luar biasa, bermimpi aneh, dan yang paling aneh aku bisa berlari lebih cepat dari Zio. Aneh bukan? Tapi ketika aku menceritakan itu kepada paman dia hanya tersenyum dan melanjutkan ukiran kayunya.

            “Zio, kenapa aku bisa berlari lebih cepat darimu? Seperti kilat.”

            “Itu kekuatanmu, terima saja.”

            “Tapi tapi Zio mengapa aku bisa 3 kali lebih cepat darimu? Apa dengan kecepatan ini aku bisa pergi ke London dalam satu hari?”

            “Kau bahkan belum menemukan potensi kekuatanmu yang lain Farrel. Lihat aku, aku bisa membaca pikiranmu meski kau tidak mengatakan apapun.”

            “Apa aku juga bisa begitu? Lalu kenapa setiap kau pergi ke dunia yang di penuhi oleh manusia selali mengenakan krim matahari yang banyak? terkadang kau hanya berpakaian hitam menutupi seluruh tubuhmu, apa kau tidak panas?”

            “Bisa. Karena aku, ayahku, dan ibuku bisa terbakar jika terkena matahari. Kau tidak percaya?” Ucapan Zio hanya aku respon dengan gelengan kepala. “Hmm,, baiklah, ayo ikut.” Zio manarik tanganku dan berhenti di pinggiran sungai yang dekat salah satu rumah kecil yang sepertinya milik manusia. Zio melangkah dan berdiri di bawah sinar matahari, aku tidak percaya apa yang aku lihat saat ini, tubuh Zio bersinar tapi itu tidak bertahan lama. Kulit Zio yang bersinar sekrang terlihat banyak bintik-bintik merah menyala, Zio terlihat meringgis dan kemudia kembali ke dalam semak-semak. kulitnya terbakar oleh sinar matahari.

            “Kau baik-baik saja? Kenapa kulitmu bisa terbakar karena sinar matahari?”

            “Itu kehidupan Klam Vampire yang sebernanya Farrel, pantang terkena matahari dan besi.”

            “Aku mau coba!!” aku segera melompat dari semak-semak ke tempat yang terkena sinar matahari. WAW, kulit putih pucatku bersinar memantulkan warna perak yang menyilaukan mata. Di dalam semak-semak Zio hanya menggerutu dan menyuruhku kembali, tapi ada yang aneh denganku saat ini. kulit Zio langsung terbakar perlahan bahkan belum smapai 5 menit kulitnya terkena sinar matahari, tapi kulitku? ini bahkan sudah lebih dari 5 menit, tapi mengapa kulitku tidak terbakar seperti Zio? Apa aku merupakan produk gagal dari Klan Vampir? Zio menarik tanganku hingga tubuhku masuk ke semak-semak, dia memutar badanku berkali-kali, mencubit pipiku, membuka bajuku, melihat kedua tanganku dengan tatapan tidak percaya.

            “Ba-bagaimana bisa kau ti-tidak terbakar?” Zio bertanya dengan sorot mata tidak percaya dengan penglihatannya.

            “Aku tidak tahu.”

            “Kau tidak merasakan kulitmu terbakar tadi?” aku menjawabnya dengan gelengan kepala. Zio segera menarikku pergi dari semak-semak menuju rumah.

            Zio mengambil sebatang besi dan perak, memegangnya dengan sarung tangan yang terlihat tebal dan menyuruhku untuk mengambil kedua benda itu dengan tangan kosong. Aku menurut, mengambilnya dengan tanganku. 5 menit aku memegang kedua benda itu tidak ada yang terjadi, memang tangaku terasa panas tapi panas itu masih bisa aku tahan sampai menit ke-7 aku melempar kedua bendan itu ke sembarang arah. Melihat telapak tanganku yang melepuh seperti terbakar api paling panas di bumi. Tapi ada yang aneh, telapak tangku perlahan kembali seperti sebelum aku memegang sebatang besi dan perak pemberian Zio. Jika kalian bertanya bagaimana reaksi Zio? kalian bisa meilihatnya dengan mulut tergangga lebar dengan bola mata yang naik turun memperhatikanku dari ujung rambut hingga kaki.

            “Ba-ba-bagaimana bi-bisa ka-kau?!” belum sempat aku menjawab pertanyaannya Zio segera berteriak, “AYAH.. AYAH.. INI ANEH!! AYAH!!” Zio terus berteriak sampai paman keluar dari ruang kerjanya.

            “Ada apa kau berteriak seperti itu?”

            “A-ayah, Farrel tidak terbakar sinar matahari, lalu, lalu regenerasi lukanya lebih cepat dari pada kita.” Zio berseru-seru semangat memberitahu paman. Sedangkan paman hanya tersenyum dan menepuk pundakku pelan.

            “Selamat datang di kehidupan barumu Farrel. Tidak banyak yang akan berubah darimu karena Vampir murni memiliki kekuatan fisik dan regenerasi luka yang sangat luar biasa. Kau tidak akan pernah terbakar oleh sinar matahari meski berjam-jam berdiri di lapangan gersang sekali pun, kau tau kenapa?  Karena kau istimewa.” Setelah mengucapkan itu, paman kembali menyelesaikan ukiran kayu pesanan pelanggan. Sedangkan Zio masih menatapku dengan tidak percaya.

            “Aneh?!” Zio duduk di tangga kayu rumahnya, aku pun ikut duduk di sampingnya.

            “Kenapa?”

            “Kau masih bertanya kenapa? Kau sangat sangat sangat luar biasa Farrel, pasti dia juga sama luar biasanya denganmu.”

            “Dia? Dia siapa? Kenapa kau menyebutkan kata ‘dia’ seperti Zen di sekolah?”

            “Kau akan tahu siapa ‘dia’ yang aku dan Zen maksud. Kau pasti senang bertemu dengannya.” Zio tersenyum melihatku memasang wajah penuh tanda Tanya.

            “Ah baiklah, baiklah terserah padamu saja Zio. tapi aku ada pertanyaan lain, kenapa saat kau minum darah matamu berubah merah? Sedangkan mataku tidak berubah?”

            “Entah aku tidak tahu, mungkin karena darah yang kau minum bukan darah manusia.”

            “Berarti selama ini kau minum darah manusia? Dari mana kau dapat darah itu? kau membunuh manusia? Kau kejam sekali Zio, bahkan manusia itu tidak punya salah padamu!”

            “Hei kau jangan asal tuduh tuan muda, darah itu ayah membelinya di rumah sakit manusia. Kami tidak sebar-bar itu untuk membunuh manusia yang tidak bersalah.”

            “Apa kau pernah melihat dunia luar? Maksudku seperti rumah-rumah manusia?”

            “Pernah, tidak jauh berbeda dengan kita, hanya saja rumah mereka berwarna beda dengan rumah kita yang hitam kelam dari kayu tua untung saja kayu itu kokoh sampai saat ini.”

            “Kau bisa mengajakku?”

            “Nanati setelah ayahku megizinkanmu untuk pergi ke luar, aku pasti akan mengajakmu, memperkenalkan peradaban manusia.” Ucapan Zio membuat khayalanku tentang rumah-rumah manusia yang warna-warni, pemandangan baru yang akan aku lihat nanti, burung warna-warni yang berkicau di atas langit, kupu-kupu dengan sayap indahnya. Wah,, aku sungguh tidak sabar untuk segera melihat dunia yang berbeda dengan duniaku saat ini, kelam dan gelap.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status