"D-di mana ini?" suaranya terdengar bergetar karena takut.
Setelah mengalami hal mengerikan sebelumnya di tempat asing, wajar jika kini Elle merasa sedikit ketakutan saat kembali berada di tempat yang asing. Sebuah kamar yang besar dengan design minimalis. Meski kamar itu tidak semegah kamar di rumah Dicky, tetapi terasa sangat nyaman.
Galant yang melirik Elle tengah mengedarkan pandangannya ke sekeliling dengan raut wajah cemas, berkata dengan lembut, "Kamu tidak perlu takut. Ini rumahku, kamu akan baik-baik saja di sini."
"R-rumahmu?" Elle berkata dengan gugup. "Kenapa kamu membawaku ke rumahmu?"
"Apakah kamu masih ingin aku memelukmu?" Galant menatap Elle dengan senyuman yang terbit di bibirnya. Bukannya menjawab pertanyaan Elle tersebut, Galant malah melontarkan kata-kata lain yang membuat Elle semakin gugup.
Elle yang tidak menyadari jika sedari tadi tangannya masih mengait di leher Galant dengan cepat
Jangan lupa tinggalkan jejak baik kalian di kolom review, bintang 5 dan vote juga ya ;)
"Hal yang aku katakan pagi tadi apakah kamu sudah memikirkannya?" Elle terdiam sejenak, dia kembali teringat kata-kata Galant yang menginginkan dirinya melahirkan anak yang berada di perutnya saat ini. Jika sebelumnya reaksi pertama Elle adalah menolak, sekarang ini dia harus benar-benar memikirkan kembali semuanya, terutama saat kata-kata Dicky 'sebaiknya kamu memenangkan hati Galant' muncul di pikiran Elle. Sebelumnya Elle tidak benar-benar menganggap kata-kata Dicky itu. Waktu itu Elle hanya menganggapnya sebagai sindiran yang terlontar akibat Dicky sakit hati padanya karena perceraian. Jika saat ini Elle masih tetap menolak tawaran Galant, kejadian seperti yang dia alami tadi bisa saja kembali terulang dan Elle tidak menginginkan hal itu. Beruntungnya tadi Galant datang menyelamatkannya, kalau tidak bahkan Elle sendiri tidak tahu akan jadi apa dirinya sekarang. Dia yang begitu lemah hingga melindungi diri sendir
"Jangan berpikir sembarangan!" Galant yang sedari tadi memperhatikan Elle seolah telah bisa menebak apa yang ada di pikiran Elle. 'Eeh, kenapa dia bisa tahu apa yang ada di pikiran aku?' tanya Elle dalam hati. Suasana pun menjadi canggung. "Sekali lagi aku peringatkan, jangan berpikir sembarangan!" kata Galant dengan tegas. Elle mengangguk dengan cepat dengan pipi memerah karena ketahuan telah berpikir sembarangan mengenai Galant. Elle kemudian membaringkan diri di tempat tidur dengan tatapan kosong dia menatap ke Galant. Tok ... tok ... tok. Terdengar seseorang mengetuk pintu kamar. "Masuk." perintah Galant. Ceklek. Nampak seorang wanita paruh baya memasuki ruangan. "Selamat malam Nona Esmond, saya pelayan di sini. Nona bisa memanggil saya Bibi Anna. Ini saya membawakan pakaian yang telah di siapkan oleh Tuan untuk Nona." "Ter
Sinar matahari pagi menembus jendela, menyentuh wajah Elle. Perlahan Elle yang tengah tertidur pulas mulai membuka matanya kala merasakan silaunya matahari yang menyentuh wajahnya. Elle mengerjapkan matanya beberapa kali. "Sudah pagi rupanya, aku tertidur sangat lelap semalam hingga tak terasa sudah pagi saja." Elle menggeliat dan menguap. Dia beranjak dari tempat tidurnya dan segera melangkah menuju kamar mandi. Setelah Elle selesai membersihkan diri, tubuhnya kini bersih dan segar. Elle melangkah menuju tempat di mana pakaian telah di siapkan untuknya. Dia memilih memakai dress lengan pendek berwarna mustard, setelah rapi Elle turun untuk sarapan. Di ruang makan, Bibi Anna telah menunggu Elle, dia memberi Elle sebuah amplop cokelat. "Tuan menitipkan ini kepada saya untuk diberikan kepada anda, Nona. Tuan ada pertemuan penting pagi ini jadi dia tidak menunggu anda untuk bangun dan langsung pergi ke perusahaan pagi-pagi sekali. T
Elle, Celine dan Aida—ibu Elle sedang berbincang ringan di ruang perawatan baru. Aida yang sebelumnya berada di ICU kini sudah bisa bergerak dan berbicara meski perlahan. Elle sangat bahagia karena ibunya dapat pulih dengan cepat. BRAK! Terdengar suara pintu didorong dengan kuat. Celine dan Elle terkejut, begitu juga dengan Aida. Saking terkejutnya tubuh Aida menjadi gemetar, nafasnya naik turun dengan cepat. Melihat hal itu Elle segera menenangkan Aida. "Tenang bu, tenang ... jangan emosi." Elle menjadi kembali khawatir akan kondisi Aida. Masih dengan rasa cemas yang melanda, Elle membalikkan badan untuk melihat siapa yang melakukan hal itu, membuka pintu dengan kencang. Ternyata Henry Dirk dan Tania Oda—orang tua Dicky telah memasuki ruangan dengan Valerie yang berdiri di samping mereka. "Kenapa kalian datang kemari?" Elle berkata dengan pelan namun tetap memperhatikan mereka dengan penuh waspada.
"Sampai jumpa di pengadilan." Kalimat itu terus menerus di ucap berulang kali di dalam hati Elle karena dia tahu bahwa keluarga Dirk akan datang maka dia telah mempersiapkannya. Dicky tidak hanya melakukan tindakan penculikan, tetapi dia juga melakukan tindakan pemerkosaan jadi dia akan sulit lolos dari hukuman. Keluarga Dirk mengetahui dengan jelas tentang hal itu, maka dari itu mereka mendatangi Elle. Mereka hanya memiliki Dicky seorang jadi mereka tidak akan semudah itu menyerah. Namun, saat ini nasib Dicky berada di tangan Elle. Hal itu memberikan Elle kebahagian yang luar biasa. "Eleonora, menurutmu sampai kapan kamu bisa mengandalkan Galant? Kamu jangan pernah bermimpi bisa bersama Galant, dia tidak akan mau dengan wanita sepertimu. Kamu wanita tidak tahu diri! Kamu pikir kamu siapa?! sentak Tania, dia menatap tajam Elle yang berada di hadapannya. Elle merasa sakit hati mendengar perkataan Tania tersebut kemudian de
"Siapa yang kau sebut sampah?!" Tania berteriak kepada Aida. "Putri yang kamu besarkan itulah sampah yang sebenarnya! Dia ingin menghancurkan keluarga Dirk! Dia dan Dicky telah bercerai, tetapi dia masih menuntut dan memasukkan Dicky ke penjara dengan bantuan pria menjijikkan itu!" "Hiks ... hiks, apa dosa keluarga Dirk sampai bisa bertemu denganmu ...." Tania mulai menangis. "Semua itu karena kesalahan Dixky!" Wajah Aida memucat, tetapi dia masih sanggup berteriak dengan nyaring hingga suaranya bergetar. Air mata Elle mulai menetes, dia segera menenangkan Aida. "Ibu ... ibu, berbaringlah. Tenanglah ... tenang, Bu." "Kamu membesarkan wanita murahan! Kalian semua murahan! Jika Dicky benar masuk penjara, aku bersumpah kalian tidak akan bisa hidup dengan tenang!" seru Tania. Aida menjadi syok. Dia terjatuh ke tempat tidur. Degh! "Ibuu ...." Jantung Elle tiba-tiba serasa berhenti saat
Pandangan Elle semakin lama semakin menggelap hingga tiba-tiba ... Bruk! Tubuh Elle terjatuh. Namun, beruntungnya Elle terjatuh dalam pelukan seseorang dengan aroma khas yang dia kenali. Aroma tembakau yang samar membuat Elle nyaman karena dia tahu pemilik aroma khas tersebut yang tidak lain adalah Galant. Mata Elle memerah, tangannya memegang erat lengan Galant dengan tatapan cemas Elle berkata, "Tolong ... tolong anakku." "Tenanglah." Satu kata yang Elle dengar sebelum dirinya benar-benar tak sadarkan diri. *** Begitu Elle sadarkan diri, dia sudah berada di ranjang rumah sakit dengan Galant yang duduk di samping ranjang, raut mukanya terlihat tidak begitu bagus. Saat kesadaran Elle telah sepenuhnya pulih, Elle kembali merasakan sakit di perutnya meski rasanya tidak sesakit sebelumnya. Karena rasa sakit itu lah dia langsung teringat sesuatu. Spontan dia memegang perutnya dengan sedikit ketakutan Elle berkata, "An
"Baiklah! Bantu aku! Bantu aku membalas semua yang telah mereka lakukan padaku! Bantu aku mendapatkan semua yang mereka ambil dariku!" Kata demi kata Elle ucapkan dengan sangat jelas. "Aku setuju dengan perjanjian yang kamu tawarkan." Galant tampak sedikit terkejut mendengar keputusan Elle. Galant menatap Elle sembari berkata, "Beritahu aku jika ada yang kurang jelas dalam isi perjanjian atau ada yang ingin kamu ubah dari perjanjian tersebut?" "Tidak ada." Elle berkata dengan tegas sembari menggelengkan kepalanya. Sebenarnya Elle merasa isi perjanjian sudah sangat bagus baginya jadi dia tidak ingin meminta lebih dari itu. Namun, ada beberapa hal yang mengganggu Elle, dan dengan ragu-ragu dia berkata, "Aku ingin Dicky dipenjarakan, aku ingin dia mendapatkan balasan atas perbuatannya." "Dicky menculik dan hampir memperkosaku, aku tidak akan membiarkannya begitu saja. Tania juga menginginkan agar aku menarik kembali gugatan,