Share

Keingintahuan Firly

Bella mengambil blouse berwarna hitam dan celana bahan dengan warna senada di lemari lalu memakainya. 

Setelah memastikan pakaian kerja yang Bella pakai tertata rapi dan tidak kusut di tubuhnya. Bella berjalan menuju kaca yang berada tak jauh dari lemari itu untuk memoles wajahnya dengan memakai make up tipis. Bella memang tidak terlalu suka memakai make up yang terlalu tebal. Makanya yang Bella pakai saat ini hanyalah pelembab, foundation, bedak dan terakhir Bella memakai lipstik berwarna nude. 

Sebelum pergi, Bella mengecek kembali semua riasan itu. Terlihat perfect. Dan terakhir, Bella menggelung rambutnya yang berwarna coklat ke atas supaya saat Bella bekerja, rambutnya tidak mengganggu, apalagi ketika Bella sedang mengetik berkas. Sangatlah tidak mudah. Bekerja sambil menggerai rambut itu membuatnya ribet. Apalagi jika nanti selalu ada berkas yang membuatnya berpikir keras. Bella malah tidak menyukai rambut yang tergerai berantakan. 

Setelah semua oke. Bella langsung keluar dari rumahnya dan berjalan ke arah mobil yang terparkir di halaman untuk melaju ke perusahaan.

Perjalanan demi perjalanan Bella lewati. Hanya butuh waktu sekitar satu jam setengah Bella menuju kantor itu dan untungnya hari ini tidak macet. Jadi, Bella bisa cepat mengendarai mobil ini lebih cepat dari perkiraan.

Kemarin Bella sampai di perusahaan ini bisa sampai dua jam. Mungkin karna kemarin jalanan masih ramai dan waktu padat-padatnya orang sibuk makanya butuh waktu lama sampai di sini. 

Bella membuka pintu mobil dan berjalan masuk ke dalam perusahaan. Salam sapa dari para karyawan itu terdengar begitu khas saat Bella masuk ke sana dan sebagai atasan yang baik, Bella balas semua salam sapa dengan sebuah anggukan. 

"Pagi Bella. Lo kelihatan lebih segar hari ini, gimana pertemuan sama Kristan? Lancar?" Firly bertanya pas kebetulan Bella mau membuka pintu ruangannya. Kelihatan ia juga baru datang dan menyapanya pagi ini. 

"Emang biasanya muka gue kelihatan jelek terus keruh gitu. Makanya lo bilang hari ini muka gue segar? Lo itu ya bercandanya keterlaluan. Sadis banget sih."

Firly cengengesan lalu meninju pelan lengan Bella sebagai tanda kalau Firly hanya bergurau. Bella yang terkena pukulan ringan hanya bisa tersenyum samar. Ia tahu bahwa Firly hanya bergurau, ia tidak menanggapinya secara serius.

"Kelihatan banget ya yang mau nikah sama seseorang yang tampan itu. Muka lo itu emang beda. Lebih seger gimana gitu. Gimana perkembangan lo sama dia?"

Bella menaruh tas jinjingnya dan mengambil tablet yang sering Bella pakai untuk bekerja di dalam tas. Kebiasaan yang selalu ia lakukan setelah datang ke meja kerjanya, ia ingin tahu perkembangan perusahaan yang ia kelola dari sebelumnya sampai detik ini. Apakah ada perubahan atau belum.

"Eh gue lagi ngomong kali ya sama lo. Kerjanya nanti dulu kenapa."

Bella yang sedang duduk dan serius itu langsung meringis lalu mendesah kemudian. Bella pasrah, ia menaruh tablet yang Bella pegang dan melihat ke arah Firly. Firly sedang bertolak pinggang seperti ibu yang sedang menginterograsi anaknya. 

"Emang menurut lo perkembangan gue sama dia tuh gimana?"

"Ya nggak tahu. Makanya gue tanya sama lo. Gimana sih. Nggak mungkin kan lo sama dia cuma lirik-lirikkan doang terus nggak ngomong apa-apa. Emang kayaknya lo sama dia butuh konsultasi asmara. Gue pikir begitu lebih baik."

Bella kembali memusatkan pikirannya pada tablet yang tadinya ia letakkan di atas meja. Ada pikiran yang menganggunya saat tadi ia sedang membaca hasil laporan perkembangan perusahaan hari ini. Namun sayangnya ia tidak bisa fokus sama sekali karna omongan Firly yang memang ingin sekali mengetahui bagaimana perkembangan hubungan antara Bella sama Kristan. Kalau di lihat-lihat dari beberapa waktu ini. Kami biasa saja. Memangnya ada perubahan apa?

"Bella ... lo denger gue nggak sih. Astaga ... ini orang ya. Ya gimana Kakek lo nggak jodohin lo sama dia. Lo-nya aja nggak ada kemajuan apa-apa. Bellaaa," Firly mengeram tidak percaya sama wanita satu ini. Emang ya kalau di tanya soal hubungan Bella itu selalu pasif. Nggak ada kesan menggelora atau aktif. Dan salah satu alasan kenapa ia begitu adalah karna seseorang. Siapa lagi kalau bukan rivalnya itu. Jadi penasaran apa sih yang di lakukan ia sampai Bella susah amat move on. 

"Kalau lo nggak ngomong juga. Gue diemin lo."

"Oke-oke."

Bella mendesah lelah begitu Firly menggeram tak tenang. Bella paling malas kalau Firly udah diemin Bella. Mau gimana lagi, kerjaan kami tuh setiap hari selalu bareng. Kalau Firly terus diemin Bella terus-terusan bakalan kacau kerjaan mereka nantinya.

Yang ada Kakek pasti nanya macem-macem. Bella nggak mau hal itu terjadi. Mau nggak mau, Bella akhirnya mengalah semua demi kelancaran pekerjaan mereka.

Bella tahu maksudnya. Ia pasti khawatir dan ingin tau bagaimana kelanjutan dari hubungan antara Bella sama Kristan. Dan ternyata apa yang ia khawatirkan memang terjadi. Bella akui, Bella sama Kristan juga nggak ada rasa sama sekali. Jadi ibaratnya Bella menikah atas dasar paksaan semata.

"Ly gue udah ketemu sama dia kemarin. Dan memangnya apa yang harus di bicarakan lagi. Hubungan gue sama dia cuma sebatas perjanjian. Kalau yang lo tanya masalah cinta..."

Bella menggelengkan kepalanya untuk menegaskan bahwa Bella sama ia tidak ada rasa sama sekali. Dua kali pertemuan dan dua kalinya juga kami tidak mempunyai rasa sama sekali. Hatinya tidak merasakan ada debaran kencang sama sekali. Berbeda saat Bella bersama dengan seseorang yang...

"Tenang aja Bella. Cinta itu akan datang kalau kamu terbiasa nantinya. Lama kelamaan kalau kalian bersama pasti timbul benih cinta."

"Omongan lo terlalu tinggi tau nggak Ly."

Bella lelah dan lebih baik fokus pada obrolan tak jelas ini. Untuk ke sekian kali, Bella taruh tebletnya di atas meja lalu bersandar di kursi yang Bella tempati. Melipat tangannya di dada lalu membayangkan pertemuan kemarin sama Kristan. Bella merasa hubungan antara ia sama Kristan tidak akan bisa berjalan seperti layaknya hubungan pasangan yang penuh cinta. Yang ada malah kami pasti selalu berdebat dan terasa dingin. 

"Jadi lo tetap akan menikah sama dia?"

"Gue udah bilang dari kapan tahu deh perasaan sama lo. Ya mau gimana lagi. Pada akhirnya gue sama dia nikah tanpa cinta dan tanpa rasa. Hambar. Gue udah bilang sama Kristan deh padahal. Kalau nggak cinta ngapain juga ia rela menikahi gue. Gue juga udah bilang sama Kristan, Ly. Mending kita batalin aja pernikahan ini terus lo tahu apa yang ia bilang? Nggak ada alasan buat nggak nikah sama aku."

"Ia sepertinya emang udah siap banget ya nikah sama lo."

"Gue nggak ngerti deh sama pemikiran tuh cowok. Antara mementingkan egonya atau emang dia punya tujuan tertentu yang gue nggak tahu. Nggak mungkin kan dia terima-terima aja. Lo tahu kan siapa dia?"

"Jelas gue tau siapa Kristan. Siapa sih yang nggak kenal sama Renaldi Kristan Moreno. Pernah ada sejarahnya ia itu berhubungan sama model. Tapi ya nggak ngerti deh gue. Antara cuma hubungan sebatas teman tapi mesra atau punya hubungan lebih. Nggak ngerti deh gue. Dan yang pasti perusahaan ia memang selalu jadi saingan kita."

"Nah itu dia. Gue heran deh sama Kakek, kenapa Kakek pengen banget gue nikah sama tuh cowok."

"Lo nggak tanya kenapa Kakek lo mau nikahin lo sama perusahaan saingan kita?"

"Udah. Gue udah tanya itu sama Kakek."

"Terus apa jawabannya?"

"Kakek bilang karna gue nggak nikah-nikah jadi dia cariin pasangan buat gue dan parahnya kenapa yang dia cari malah saingan kita."

"Hm ... gue tahu."

"Apa? Eh nggak usah di terusin sih. Kita bahas tuh cowok nggak akan ada habisnya. Gue tahu lo paling suka ngomongin masalah hubungan gue. Tapi ya nggak sekarang juga kali. Kerjaan kita numpuk nih."

Firly memutar bola matanya. 

"Oke deh bu bos. Kita kerja lagi."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status