Share

PART 16 - AWAL MULA

ALEX ANDREW POV

Sialan Noah Dylan!

Manusia biadab yang tak tau diri telah mengkhianati sahabatnya sendiri, Mika Lodge.

Dan kenapa harus Marissa? Tak habis pikir perempuan yang delapan tahun ini menjadi sahabatku berakhir menjadi seorang pelakor!

Meskipun Marissa tak jarang bersama dengan kaum adam. Marissa bukanlah tipe yang memiliki hubungan lebih dari satu malam. Setidaknya aku adalah pengecualian sebelum malam ini.

Noah dan Marissa masih mematung dan menunduk.

Sudut bibirku yang sedikit berdarah tertarik ke atas.

Cih, dua manusia laknat yang pantas bersama!

Rumah mungil Marissa berada di area perumahan yang sepi sebab kebanyakan penghuninya adalah pekerja kantoran. Malam minggu adalah waktunya euphoria di tempat-tempat yang menyuguhkan penghiburan di waktu kerja yang ketat dan penat.

Satu demi satu langkah kaki ku yang abstrak melaju ke arah luar perumahan. Kanan kiri rumah-rumah modern yang masih kosong di depannya terdapat banner dengan tulisan yang menawarkan DP 0 alias bullshit.

Tepat di ujung gang perumahan terdapat minimarket.

Akhirnya sampai juga, kepala ku berputar dan tenggorokanku kering akibat cairan memabukkan yang aku konsumsi.

Sehabis kutandas segelas air, tenggorokanku masih meradang akibat belum puas memuntahkan semua umpatan untuk pria sialan itu.

Seorang wanita dengan tinggi rata-rata orang Indonesia. Wanita itu mengenakan seragam kasir warna merah mencolok. Tatapannya menangkap gerakanku yang masih setengah mabuk. Mungkin Ia mengira aku adalah preman mabuk yang hobinya nyolong. Bisa kulihat meski tatapannya tak lepas dariku, namun gerak matanya mondar-mandir seperti orang ketakutan. Aku masih tak peduli dan masih sibuk mengambil air mineral dan langsung kutenggak ditempat.

Ku hampiri wanita yang menggunakan hijab warna hitam itu.

“Selamat malam, selamat datang di Inimarket”

Bisa ku dengar suaranya gemetar.

“Rokok sama ini” jawabku sambil mengambil sebuah kotak berisikan alat pengaman untuk berhubungan badan.

Fiuhhh

Sepeninggalanku melangkah ke luar tempat itu, dengan jelas wanita berkerudung tadi menghembuskan nafas lega.

Dengan keadaan masih terhuyung-huyung, ku pesan taksi online.

Setengah jam kemudian, taksi pesananku datang.

Di tengah guyuran hujan, mobil berwarna hijau yang kutumpangi melesat membelah tumpahan air langit menuju rumah Mika.

Kenapa ke rumah orang lain lagi?

Entah, aku benci pulang ke rumah yang akan memborgolku dalam ruang kesepian.

Dan hatiku yang campur aduk, Mika adalah satu-satunya yang bisa ku ajak ngobrol.

Mungkin ia sama kesepiannya denganku karena laki-laki itu.

Aku yang masih berada di bawah pengaruh alkohol, tak berpikir panjang segera menghampiri Mika. Memastikan ia baik-baik saja atau ini hanya alasan semata untuk bertemu dengan gadis yang aku cintai.

Malam minggu berarti hampir semua makhluk berakal keluar dari tempat tinggalnya. Sama artinya juga dengan kemacetan yang makin lama membuatku makin tidak sabar.

Padahal Jakarta tengah diguyur hujan, tapi jalanan tidak memiliki ruang gerak sedikitpun.

“Masih lama ini pak?”

“Iya dik”

“Iya udah pak ini duitnya, saya turun disini aja”

“Masih hujan dik, nanti masuk angin lho”

“Tidak apa apa pak”

Ku dorong pintu mobil berwarna hijau dari luar, dan tubuh pria yang mengantarku tidak terlihat lagi.

Ini bukan hanya hujan biasa, lebih tepatnya hujan ditambah angin yang cukup menyulitkanku berjalan.

Baru lima langkah kaki gontaiku menjamah jalanan basah. Tubuhku sudah basah kuyup sangat-sangat kuyup.

Ribuan atau bahkan jutaan atau mungkin tidak terhingga air langit yang tumpah tidak mampu menghilangkan pengaruh alkohol dari tubuhku.

Ku lihat jam tanganku mengarah ke angka dua belas. Tepat tengah malam.

Karena hujan lebat, manusia-manusia yang tinggal di lingkungan ini lebih sering menghabiskan malam minggu dengan bermain dan bercengkerama di sekitar lingkungan mereka.

Saat kali pertama kemari untuk menjemput Mika ke klub yang akhirnya membuat Wanda bertemu pria itu, aku dikeroyok ibu-ibu dengan pertanyaan-pertanyaan yang seharusnya tidak mereka urus.

Abang pacarnya neng Mika ya? Abang ganteng mau ngajak nge-date neng Mika? Abang pasti orang kaya ya? Dan blablabla

Ada untungnya malam ini hujan. Aku tidak perlu berurusan dengan ibu-ibu berdaster dengan bedak yang kurang rata  serta pewarna bibir murahan yang mencolok.

***

Setibanya, aku tergopoh-gopoh menuju pintu rumah Mika. Menerjang pintunya,

Rumah Mika masih cukup jauh dari kota, tidak seperti rumah Mikaa yang terletak di tengah kota dengan lingkungan orang-orang kota juga. Rumah Mika terletak di kampung yang lebih ramah namun lebih mudah dicibir para tetangga yang tidak punya pekerjaan lain selain bergosip.

Mika yang ada di depan daun pintu, Ia tertegun melihat tubuhku yang basah kuyup

“Habis kecebur di got, lex?” ejek Mika.

Aku tak menggubris, kepalaku masih berdenyut dan berputar.

“Kok Mika tidak diajak ujan-ujanan sih hehe” lesung pipit yang ku rindukan sejak, entah sejak kapan.

“Sebentar, Mika ambilin handuk dulu ya”

Dalam sekejap Mikaa kembali dan membawa handuk berwarna biru.

Rambutku yang basah digosok-gosok secara abstrak oleh tangan Mikaa. Perhatiannya menyentuh jantungku yang masih bingung menerjemahkan perasaanku yang sebenarnya.

Tanganku ditarik ke atas pundaknya.  Direngkuhnya tubuh lemasku menuju ke sofanya. Bisa ku cium aroma tubuhnya yang nampak baru habis mandi. Wangi yang sama ketika aku menjemputnya untuk pergi ke klub malam. Sialan! Karena malam itu dia bertemu dengan laki-laki sialan itu.

Kesalahan yang datang secara beruntun dan berulang-ulang.

Pandanganku mengarah pada waktu ketika ia masih mengenakan handuk, dalam keadaan rambut masih basah diguyur shampo. Aroma feminim yang menguar di setiap lekuk tubuh montok seorang Mika Loudge. Ditambah payudaranya yang menyembul sedikit, dialiri tetesan air dari rambut basahnya. Astaga!

Mika yang sadar aku tengah dalam keadaan mabuk. Menarik paksa tubuh basah kuyupku menuju kamar mandi. Tangaku berada di pundaknya, tangannya di pinggangku.

Dan anehnya, khayalan tentang tempat tidur masih menghantuiku. Brengsek!

Guyuran air hangat sesegera mungkin membangunkan seluruh kesadaranku, aku yang gelagapan kehabisan nafas akibat air dari shower. Mengerjap-ngerjap dan menemukan sosok wanita yang pertama kalinya mampu membuatku jatuh hati, Mika Lodge. Tubuhnya ikut basah akibat menahan tubuhku yang masih lunglai.

Mataku liar menuju kaos putihnya yang nyeplak dan menembus ke buah dadanya yang tak mengenakan pakaian dalam, Sialan kau Mika! Karena pemandangan erotis itu membuat tubuhku bagian lainnya terangsang hebat, nyeri ingin segera dihisap.

Ku tarik tubuhnya, mendudukkan pantatnya di atas pahaku. Dia yang masih merem melek akibat guyuran air, kuterjang bibirnya yang manis dengan pagutan yang menggelora.

Mikaa berusaha mendorong tubuhku, tapi usaha itu sia-sia sebab tubuhku lebih kuat darinya. Kutarik pinggangnya ke arahku. Dadanya dan dadaku saling menempel seiring mulutku menyusuri kedalama mulut manis Mika. Menjilati seluruh bagian dalam dan luar mulutnya. Kami kehabisan nafas. Kurobek t-shirt yang nyeplak, buah dada yang montok akhirnya terpampang nyata di hadapanku. Bukan lagi menyembul sedikit tapi menggantung teramat banyak. Tanganku liar meremas keduanya. Menjilati kedua putingnya yang merah muda. Kugigit seluruh area sensitif milik Mika.

Mika mengerang terangsang. Sialan, tubuhnya benar-benar nikmat. Aku sedikit terlonjak ketika tangannya berlarian menuju ke tubuhku yang nyeri dan mengencang.

Nakal sekali kau sayang

Aku meringis, bertambah terangsang.

Tangannya lihai turun naik memuaskan tubuh bawahku

Wajah manisnya terbenam dan tenggelam di antara dua pahaku

Aku kembali mengerang

Badannya ku angkat, aku semakin liar memasukkan tubuh kerasku ke dalam lubangnya yang sudah basah, bahkan tanpa diguyur air shower sekalipun.

Tubuh kami yang turun naik, merem melek merasa gila akibat saking nikmatnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status