Share

PART 15 - FRIEND WITH BENEFIT IS OVER

AUTHOR POV

Viola membopong tubuh Alex yang sempoyongan dan beraroma alkohol keluar dari tempat itu. Ia mengamuk dan menghancurkan hampir seluruh tempat Viola mencari nafkah.

Bukan tanpa alasan Alex membabi buta akibat kedatangan pria berumur yang penuh nafsu ingin menerkam tubuh Viola.

Pekerjaan Viola bukanlah anggota prostitusi semacam itu. Pekerjaannya tidak lebih dari sekadar menemani orang-orang berkantong tebal yang mampir untuk minum dan berjudi. Tidak lebih dari ranjang dan kondom.

Alex berlari dengan terhuyung dan menerjang pria busuk itu. Ia kalap ketika membayangkan wajah Viola adalah wajah teduh milik Mika.

Dan pria tua itu adalah Noah sialan itu.

“okay, stay disini. Aku carikan taksi online dulu” ucap gadis yang Alex selamatkan tadi sekaligus membuatnya dalam masalah.

Tangannya menggenggam dan menggeser ke kanan, ke bawah dan ke arah lainnya secara acak untuk memesan layanan taksi online.

Selang beberapa waktu, mobil yang diselimuti warna hijau itu berlari ke arah dua orang yang sedang duduk di depan halte tepat di sebelah klub malam itu.

“silahkan masuk sayang” ujar Viola yang berusaha menahan tubuh Alex yang jauh lebih berat dan besar darinya.

Viola menepuk kedua tangannya seperti orang yang habis memegang sesuatu yang kotor. Beres!

“Pak, ini kita pergi kemana?” Bapak berkumis dan botak itu menanyai Alex yang masih mencari kesadaran.

“Ke jalan merpati nomor 16 pak” jawabnya lirih

***

Rumah minimalis khas perkotaan berwarna coklat pastel membuat mata biru Alex sedikit terbuka. Dengan asal ia menggapai kantong jaket yang ia kenakan mengambil lembaran uang untuk diberikan ke Pak sopir tadi.

Alex berjalan gontai meraih daun pintu dan mengetuk dengan kasar.

Wajah Marissa yang masih segar dan rambut yang masih basah menguarkan aroma shampo almond favoritnya. Shampo yang kerap Alex beli di supermarket dengan diskon mentereng membuat Marissa terpikat dengan aroma sekaligus angka persen yang terpampang di rak itu.

“Astaga, bau banget sih lu. Mohon maaf bapak salah alamat nih. Tadi ketemu ayu ting-ting ya?”

Alex tertawa kecil mendengar virus guyonan recehnya menular ke Marissa.

“ehhmmm”

“ ehmmm teros, bisu lu” celetuk Marissa masih di daun pintu

Wajahnya yang memerah akibat kebanyakan menenggak minuman keras, membuatnya liar dan nafsu meniduri Marissa.

“Gue pengen tidur sama lu”

“Mulai sekarang gue udah ga bisa jadi friend with benefit buat lu” ancam Marissa berapi-api

Alex hanya menggeleng malas.

Mukanya yang dipenuhi bulu halus di dagunya yang tegas belepotan darah akibat hantaman security yang terpaksa memukulnya karena membikin keributan. Di sisi lain, tubuhnya dikuasai hawa nafsu sampai ke ubun-ubun.

Ia mendorong tubuh Marissa yang mengenakan dress meski ia berada di rumah. Meski Marissa lebih sering menggunakan dress feminim ketika di luar, namun daster adalah baju kebesarannya.

Kenapa ia memakai dress, bukankah malam minggu adalah waktu khusus kami berdua?

Marissa yang bertubuh mungil merasa kesakitan akibat didorong dengan kasar ke arah tembok samping pintu kamarnya.

Lumatan bibir Alex yang kasar dan membabi buta membuat wanita itu sesegera mungkin melepas cengkeraman sahabatnya ini.

“Brengsek lu, Lex. Sakit tau!” hardik Marissa, disapu mulutnya yang berantakan akibat kissing tadi.

“Sorry, gue butuh pelampiasan Mar, please bantu gue” Alex masih bersikeras meraih tubuh Marissa dan mencoba melucuti gaun merahnya. Meremas kedua buah dadanya. Mengusik bagian sensitifnya. Marissa mengerang, bukan mengerang karena merasa nikmat tapi sebaliknya merasa sakit akibat gerakan Marissa yang kasar.

Alex yang sibuk memainkan jari-jari tangannya keluar masuk ke dalam bagian sensitifnya Mika.

“Stop, Lex!”

"Biasanya juga mau lu"

"Karena lu udah bikin gue kecewa" kata Marissa setengah terisak.

Marissa yang berusaha memohon dengan lembut, menangis sesenggukan akibat diperlakukan macam pelacur oleh kawannya sendiri. Bukan hanya itu, hatinya remuk melihat kenyataan Alex telah berubah dan kurang memperhatikannya setelah mengenal Mika. 

“Bruakkk” sebuah hantaman keras muncul dari pintu rumah Marissa yang belum sempat dikunci.

Alex yang berada di ujung kesadaran tak menghiraukan suara itu. Sekonyong-konyong satu kepalan tangan menghantam kesadarannya. Darah muncrat dari mulutnya.

“Noah!” Marissa bangkit dan memeluk Noah

“It’s okay baby” kata Noah mencoba menenangkan Marissa yang masih terisak dan shock

“Eh, bangsat lu. Berani-beraninya lu megang cewe gue!” teriak Noah berapi-api

Alex yang sudah sadar, terkejut mendengar pengakuan Noah Dylan – kekasih sahabat sekaligus pria perebut wanita pertamanya, bahkan kini ia merangkap menjadi kekasih gelap friend with benefitnya Alex. 

Orang ini benar-benar perusak hubungan!

Ia tak menghiraukan keadaan Marissa yang bergidik ketakutan akibat ulahnya. Dia lebih mengkhawatirkan Mika.

“Lu itu yang lebih bangsat tolol” teriak Alex tak kalah berapi-api.

“Maksud lu apa?!” Noah yang kebingungan dengan pernyataan orang mabuk yang tak waras itu

“Lu selingkuh sama perempuan ini, brengsek lu!. Sedangkan pacar lu, si Mika setiap hari dia ngabisin waktu mikirin lu, ngawatirin lu. Lu malah sibuk main-main di atas kasur sama pelacur ini!” Alex kerasukan.

Noah yang mendengar fakta itu seketika diam seribu bahasa.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status