Beranda / Romansa / The Wildest Delusion (Delusi Paling Liar) / PART 5 - HILANGKAN KEPERJAKAAN GUE

Share

PART 5 - HILANGKAN KEPERJAKAAN GUE

Penulis: Noodles
last update Terakhir Diperbarui: 2021-03-21 07:37:40

MARISSA LOURD POV

Sialan!

Pengarku tidak hilang dari tadi.

Brengsek, si Alex. Kenapa semalam bisa berakhir tidur dengannya?!.

Iya, aku dan Alex memiliki hubungan. Tapi perlu digaris-bawahi kami menjalaninya sebatas pemuasan nafsu tanpa cinta.

Aku dan pria setengah gesrek itu telah kenal satu sama lain sejak menjadi anak kuliahan penganut sistem kapitalisme. Alex tak lain cowok cupu yang anti-sosial yang kerjaannya cuma memeluk buku-buku tebal.

Orang-orang yang melihat Alex yang sekarang tidak akan pernah percaya bahwa perawakannya pernah dekil pada masanya. Aku bahkan sampai lupa bagaimana awal kita bisa bertemu bahkan berkawan.

Satu-satunya yang paling aku ingat ketika ia menghampiriku dengan kemeja bergaris berwarna monokrom ciri khas manusia kutu buku. Ia datang ke kost-an yang aku tempati yang berada tidak jauh dari kampus.

“Hei, cewe ganjen” teriak Alex di depan halaman kost khusus perempuan yang membuat seluruh penghuninya menjulurkan lehernya untuk melihat adegan kami berdua.

"Siapa Mar, pacar lu yang baru?" celetuk Pinky, kakak tingkatku.

"Serius kak, wah sekarang sukanya yang modelan polos-polos gitu ya" imbuh Saras, mahasiswa baru ikutan nimbrung.

"Lu kira motip kain, setdah!" ucap Monic masih menggunakan crop tee meski perutnya menyembul seperti orang yang sedang hamil.

"Bule ngab. Ga papa culun asal itunya gede" kata Pinky lagi.

"Kalo kek beginian aja, otak gesrek lu bisa on fire" Tidak habis si Monic menimpali.

"Apaan tuh artinya" Ibu kos datang, semua penghuni beringsut dari jendela kecuali aku.

“Sialan lu, buset ngapain lu bocah?” Aku tertegun melihat manusia cungkring dan jangkung itu. Bisa-bisanya ia masuk ke dalam kawasan kos yang seratus persen ditinggali kaum perempuan.

Dia hanya diam kikuk sembari merapikan kacamatanya dengan canggung. Wajahnya penuh dengan keringat. Kulihat mata birunya bergerak dengan gusar.

“Kencan sama tante mau?!” ejekku agar nyalinya semakin ciut seukura plankton

“Mau netek sama tante?” kataku lagi.

“iya” teriaknya membuat para perempuan alias penghuni kamar kost seketika bersorai setelah melihat reaksi ku mendengar jawaban tidak tahu dirinya.

Sejak hari itu kami semakin lengket melebihi hubungan antara surat dengan perangkonya.

Lambat laun Alex mulai bertranformasi menjadi cowo idola di kampus kami. Tapi, Alex tetaplah Alex yang anti-sosial dan jatuh cinta dengan buku yang katanya adalah pacarnya.

Kedekatan kami yang begitu intens membuat perasaan ku mengalami kondisi yang aneh dan cenderung tabu untuk ditangkap oleh hatiku.

Sejak mengenal pria aneh yang tidak jelas seluk beluk latar belakangnya ini membuatku berhenti mengencani para pria yang kerap menggodaku dengan cara klise atau monoton. 

Seisi kampus iri melihatku bergumul dengan Alex yang awalnya kerap dibully akibat tampilannya.

***

“Eh bukannya ini hari ulang tahun lu ya, Mar?” celetuk Alex

“Inget aje lu, terus mo ngapain ngasih hadiah? Sini gue terima dengan lapang dada” cerocosku

“Lu yang seharusnya ngasi gue hadiah. Kan yang ulang tahun lu?”

Aku terkekeuh manusia di sampingku memang agak gesrek “Mana ada budaya kek gitu. Dari jaman pithecanthropus javanicus sekalipun kagak ada yang punya acara yang ngasih kado, goblok lu”

"Ya elah cantik cantik agak sempit pikiran lu. Jaman dulu mana paham bikin acara ulang tahun, yang penting mah makan" Celoteh Alex.

"Makan mulu lu, tapi lemak kagak pernah nyampe ke badan lu"

"Lagi traveling kali lemak gue" Meskipun Alex ini terkenal akan otaknya yang encer alias jenius. Tapi tampangnya macam orang aneh dan setengah blo'on ditambah candaan recehnya.

"Jadi gimana nih, ulang tahun gue diapain?"

"Dimakan" Alex mendengus.

"Serius, bangke" Kutarik kaos hitan kesayangannya, membuat dadanya yang terpahat indah terekspos sedikit. Sukses membuat pipiku tersipu.

“Katanya lu ga suka yang standar, yang normal, yang klise, yang mainstream” ucapnya sarkas. Sukses membungkam suaraku yang beberapa detik sebelumnya ingin menyumpahinya.

“Ya udah sebagai manusia UP-normal, gue bersedia nurutin kemauan orang yang ga berulang tahun alias kawan paling bangsat yang pernah ada ini” Aku berdecak lidah.

“Gue mau lu jadi orang yang ngelepasin keperjakaan gue”

Kopi hitam yang urung kutelan tersembur deras di depan wajah tampan sahabat karibku itu. Aku tergelak melihat wajahnya yang putih dihinggapi cairan pekat beraroma kopi bercampur dengan salivaku.

"Bangke banget anda, tapi manis enak" kata Alex menjilati mukanya sendiri.

Aku berteriak “Serius bocah ini jorok banget. Lagian salah lu, ngadi-ngadi bikin permohonan. Udah ga waras situ ya. Cewek lain yang mau ditidurin sama lu kan banyak banget tuh. Ngapain kagak lu sikat”

“Gue pengen lu yang jadi guru spiritual gue dalam mengarungi perjalanan seksualitas gue. Sebagai satu-satunya sahabat sudah sepatutnya lu ngebantuin gue”

“Yeee, lu sakit. Bener-bener sakit lu” Seisi kafe memandang kami dengan sinis. Saking terbiasanya kami tidak peduli.

“Please Mar, ga ada rasa cinta-cintaan janji!” Ucapnya sok memelas.

Beberapa helaan nafas kutarik dan kuhembuskan. Ada hal yang membuatku tidak bisa jauh dari makhluk absurd ini. Mungkin ini satu-satunya cara supaya dia selalu ada di sekitarku. “Lu harus janji ini ga lebih dari pemuasan nafsu. Lu harus inget gue ga becus soal cinta atau tai kucing apalah itu. Gue ga percaya bahwa hal itu ada”

“Terus?” jawabnya malas

“Okay deal” ucapku dengan menekankan kata per kata

Aku tidak percaya dengan cinta!.

Orang tuaku bercerai sejak usiaku masih tujuh tahun.

Ayahku seorang alkoholik yang abbusive sedangkan bundaku tak lain hanyalah wanita bodoh yang menerima manusia brengsek seperti ayahku ke dalam kehidupan normalnya.

Persetan dengan masa lalu.

Meskipun demikian, pernyataan Alex membuat dadaku nyeri. Seakan apa yang telah aku ucapkan menjadi bumerang untukku. Seakan tidak ikhlas bila Alex hanya ingin tubuhku.

***

Datang ke kantor dalam keadaan setengah mabuk membuat tubuhku kesulitan menahan mual.

Suara derak kaki dan aroma maskulin dalam sekejap memusnahkan rasa nyeri di kepalaku.

Hari senin yang paling menggairahkan. Jakarta tidak lagi membosankan setelah mataku disuguhkan dengan pemandangan surgawi. Noah Dylan , Manusia dingin bertampang cakep sekarang tengah duduk di depan tempat kerjaku.

Aura kelam dan buasnya merebak ketika aku menghampirinya untuk memberi tahu tentang jadwal meeting.

Beruntungnya aku menjadi sekretaris seorang pria tampan dengan garis rahang tegas, berkulit eksotis dan yang paling penting berpantat montok-ciri khas cowo metropolis penyuka olahraga.

Aku penasaran dimana biasanya ia nge-gym. Kalau tahu aku akan segera mendaftar kesana supaya bisa melihat bokong seksinya turun naik.

Fantasi soal per-bokong-an tak cukup sampai disitu. Nampaknya aku sudah keranjingan dengan bersenggama. Tubuh Alex Andrew tak cukup memuaskan hormonku yang impulsif.

“Pak, jam sepuluh nanti akan ada rapat bersama anggota direksi” kataku sembari menyodorkan beberapa berkas.

“Yang ini adalah berkas yang berisikan pegawai baru”

Sengaja ku tekuk tubuhku dengan gaya feminim sekaligus seksi ketika menunjuk ke arah berkas berwarna biru itu.

Mata birunya menangkap mata hijauku dengan buas.

Sepertinya pria ini sejalan dengan jalan pikiranku yang kerap dipenuhi imajinasi  liar dan kotor, batinku. Membuat mulutku menerbitkan sebuah smirk yang ku sembunyikan dari wajah tampan di hadapanku.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
tonight purple
ga ada malunya si Alex haha
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • The Wildest Delusion (Delusi Paling Liar)   PART 26 - CURUG

    MARISSA LOURDSuara ngorok membuatku terbangun. Dengan keadaan tubuh tanpa sehelai kainpun aku terkapar di atas karpet yang berada tak jauh dari ranjang. Saking capeknya sepulang kerja ditambah perjalanan yang cukup jauh membuat mataku langsung terkatup dengan mudahnya.“Kita pulang yuk ke vila, disana lebih hangat dan indah”Suara yang belum sempurna dicerna olehku yang masih setengah tidur. Sepasang tangan mengangkat ku dengan lembut menuju mobil. Mataku seakan dibebani puluhan batu sulit terbuka.“Mar, bangun woi”Suara cempreng Alex yang agak serak dan maskulin sukses membikinku terperanjat. Aku terkejut melihat jam digital yang duduk di atas meja samping ranjang king size yang kutiduri.Dimana gue? Bukannya tadi di motel ranjangnya ga semewah ini?Pikiran tentang dimana aku sekarang sekejap pudar mengingat matahari sudah nyelonong masuk melalui cela

  • The Wildest Delusion (Delusi Paling Liar)   PART 25 - FRIEND WITH BENEFIT STILL GOING ON

    AUTHOR POV“Apaan sih lu” Marissa masih kaget melihat gelagat manusia yang terkenal aneh untuk dirinya.Tapi, alasan ia mengeraskan suaranya supaya suara detak jantungnya tak terdengar ke telinga Alex.Alex yang masih berusaha agar tak tergagap – kebiasaan lamanya ketika gugup.Fakta itu membuatnya makin gugup dan gelisah. Hingga sesuatu yang basah mulai mengguyur tubuh mereka. Bandung yang dikelilingi bukit dan pohon semakin dingin ketika dibasahi hujan.Jaket kulit milik Alex yang digunakan untuk menutup rambut Marissa bahkan tak mampu mengurangi volume air yang membasahi tubuh mereka. Kedinginan mulai menusuk sampai ke tulang.“Bibir lu gemeter, lu gapapa?” Alex yang melihat tubuh basah kuyup Marissa segera mendekapnya tanpa permisi. Tak seperti biasanya rasa gugup semakin mengikat mereka berdua. Mereka yang sudah menjadi “Friend with benefit” di at

  • The Wildest Delusion (Delusi Paling Liar)   PART 24 - JAGUNG BAKAR ATAU JAGUNG REBUS?

    ALEX ANDREW POVMataku seperti dibakar api di perapian yang ada di villa milik keluarga ku. Muka ku kusut dan bau, sudah dari kemarin malam tubuh ku tak terkena air selain air mataku sendiri. Tanganku memar akibat terlalu banyak memukul tembok.Brengsek! Aku meraih handphone dengan malas memencet dengan kasar sebuah kontak yang bertuliskan Marissa – si jalang.Dari seberang suara sesenggukan memenuhi isi telingaku. Suara yang akhirnya meluluhkan amaraku terhadap Marissa.Setidaknya Marissalah yang cukup memahami situasi yang aku alami.Mungkin kita tengah berada pada fase teralihkan akibat perasaan jemu dan kesepian yang menggiring kita merasakan perasaan yang mungkin hanya berlaku untuk sementara.“Lu dimana?” Baru kali ini aku melihat dia seterpuruk ini. Seorang Marissa sangatlah anti mewek-mewek club. Ia sangat benci ketika terlihat lemah di depan ora

  • The Wildest Delusion (Delusi Paling Liar)   PART 23 - NAFSU ATAU RINDU?

    MIKA LODGE POV“Aku mencintaimu Mika,meski tubuhku terjerat dan tidak leluasa memilihmu sebagai satu-satunya” bisik Noah di lekuk leherku.Aku terisak mendengar kalimatnya.Tapi manusia seperti diriku tidak cukup untuknya. Tidak akan pernah.Bukan hanya itu saja, aku pun akan menyakitinya lagi dan lagi seperti yang sudah sudah. Kita akan menjadi lingkaran setan dan saling menyakiti.Entah sejak kapan aku menjadi manusia yang rakus dan melupakan diriku. Atau apakah inilah wujud diriku yang sesungguhnya.Yang pasti, ungkapannya di sela ketidaksadarannya membuat hatiku terasa lebih hampa.Perasaan bersalah menggerayangi tubuhku.Aku menggeser layarku dengan buru-buru, beberapa dering kemudian.“Selamat malam pak, ada sebuah kecelakaan di jalan depan perpustakaan Timba Ilmu”Selamat tinggal Noah.Ku kecup bibirnya yang kering dan

  • The Wildest Delusion (Delusi Paling Liar)   PART 22 - BERITA YANG MEMBUAT GILA

    NOAH DYLAN POVBelum sempat aku merebahkan diri setelah kejadian semalam. Badanku yang masih kaku sudah berada di atas kursi kebesaran keluarga Dylan.Belum ada kabar dari Mika. Apakah semalam hanyalah delusi?Tapi aku ingat betul, ketika aku berbicara dengannya di telepon.Tubuhku pun masih terkenang akan tubuhnya yang duduk di atas pahaku.Tubuhku tidak bisa ditipu ketika dipuaskan.Bayangan wajahnya membuatku tidak bisa berpikir jernih.Apakah ia kembali bersama Alex? Jelas aku ingat semalam aku berterus terang perihal keadaanku yang jauh dari kata normal.Pikiranku saling memaki dan bertengkar.Kepalaku semakin berdenyut.“Permisi pak, ada kiriman khusus untuk anda” kata Marissa melangkah menuju mejaku.Wanita ini benar-benar memiliki nyali yang besar. Atau lebih tepatnya tidak punya urat malu. Bagaimana tidak, setelah kelakuannya yang

  • The Wildest Delusion (Delusi Paling Liar)   PART 21 - 3 SAHABAT

    32 Panggilan Terjawab dari Wanda.“Lex, maafin Mika, kalau udah denger pesan ini. Telpon Mika ya”Pesan suara dari Mika mengalir ke seluruh ruang apartemen Alex yang sepi.Maafin Mika, serius jangan tinggalin Mika ya Lex.suara isakan Mika membuat hati Alex semakin perih.Sejak malam mengerikan itu, Alex tak sempat memejamkan matanya. Gelagatnya seperti orang yang sedang keranjingan. Mukanya kusut, otaknya tak berhenti memutar dan memikirkan perempuan itu.Kamarnya sudah berantakan akibat amukan Alex yang kerasukan iblis tampan.“Alex”Suara familiar diiringi bunyi bel dari pintu apartemen membuatnya berhenti.Penampakan Marissa yang amburadul. Matanya setengah menyeramkan lantaran maskara yang luntur, rambutnya benar-benar kusut bahkan bajunya robek di bagian pahanya. Tidak sekalipun Alex melihat penampilan sahabat—mantan sahabatnya acak-acakan se

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status