Share

PART 6 - ENDUT

AUTHOR POV

Seperti kebanyakan kota metropolis lainnya. Jakarta dipenuhi oleh kesibukan dari berbagai kalangan. Mencari uang ialah tradisi manusia untuk menghidupi diri sendiri dan keluarga.

Hari itu Mika sudah sampai ke kantor sebelum pekerja lainnya datang. Ia terpaksa bangun pagi supaya tak mengulangi kesalahannya di hari pertama bekerja.

Suasana kantor yang senyap membuatnya semakin kesepian. Akhirnya ia menyibukkan diri membikin segelas kopi instan sebagai penghilang rasa jemu-nya.

Perusahaan milik keluarga Dylan yang telah memperkenalkan jenis-jenis makanan di Indonesia membuat Indonesia menjadi pemegang nomer satu pemilik makanan terlezat sedunia.

Jam mulai bergulir ke arah kanan. Para karyawan lambat laun berbondong-bondong menduduki kursi teposnya-sebab terlalu lama diduduki. Miya Cooper, seorang wanita bertubuh tinggi semampai, menyilangkan kakinya dengan feminim sembari memoles lipstik merahnya.

Beberapa pasang mata melotot ke arah rok pendek yang ia kenakan, menunggu kesempatan supaya Miya cooper tak sengaja memperlihatkan paha putih serta celana dalamnya.

“Kurasa ia sengaja” batin Mika terkekeuh

tujuan utama Mika ialah mencari uang dan melanjutkan hidup. Persetan dengan mencari perhatian pada mereka yang tak berhenti mengeluarkan liur akibat terlalu banyak berpikiran mesum.

Mika cukup lega terlahir menjadi orang yang jauh dari standar orang pada umumnya, dengan begini ia tak harus berkutat pada kengerian imajinasi laki-laki hidung belang.

Mika terlahir dengan wajah putih, berbeda dengan Mami dan Papinya yang berkulit sawo matang. Para tetangganya sering ikut andil memberi pendapat bahwa Mika seperti bukan anak mereka karena tidak mirip. Seperti Mika yang biasanya, ia tak pernah menganggap hal itu serius, sebaliknya ia menganggap itu hanya lelucon.

Wajah Mika yang nampak sengaja dibentuk dari campuran Eropa-Chinese-dan jawa. Tapi, wanda tak pernah menahu darimana bentukan blasteran itu bisa terlukis di wajahnya. Mami dan Papinya sama-sama anak semata wayang, dan yatim piatu sejak muda. Mereka sangat tertutup perihal masa lalu mereka terhadap orang lain, khususnya Mika.

Meskipun begitu, Mika tak ambil pusing. Wanda dibesarkan dalam lingkaran yang hangat dan penuh sayang. Ia sangat mencintai kedua orang tuanya. Ia bahkan tak pernah pacaran sebab takut terbagi cintanya antara pacar dan orang tua. Meskipun banyak cowo yang mati-matian menyatakan cinta, memberi kado atau coklat bahkan nekat teriak di depan sekolah agar diterima oleh seorang wanita cantik bernama Mika Loudge.

pertemuan antara Mika dengan Alex membuat mereka semakin akrab, ditambah mereka berada di satu divisi, divisi pemasaran.

“Mickey, nanti malem, mau ga jalan sama gue?” 

“Boleh, jam berapa? dimana?” jawab Mika antusias

“Jam 7, soal tempat nanti tau sendiri. Nanti gue bakal jemput lu” kata Alex penuh misteri

“okay” aku hanya manggut-manggut

***

            Matahari mulai meredup, cahayanya singgah menuju bagian bumi yang lain. Mandi selepas menjemput rejeki ialah tradisi paling menyenangkan untuk meluruskan otot-otot yang tegang sebab terlalu lama menempelkan pantat ke kursi. Tubuh montok Mika yang diguyur air hangat dari pancuran sembari dipijat rambutnya menggunakan shampo.

            Bibir berisinya yang merah muda bersenandung lirih mengikuti alunan lagu yang ia pasang. suara Billie Eilish yang merdu diikuti suara biasa-biasa-ajanya Mika memberi kedamaian di hati wanda yang kesepian. suara ketukan dari balik pintu rumah Mika menghentikannya melantunkan lirik kesukaannya yang telah ia hafal di luar kepala.

Masih mengenakan handuk yang menyembulkan sedikit payudaranya. Mika dengan ligat melangkah ke depan daun pintu. Dibaliknya manusia tampan dengan brewok ciri khasnya,mengenakan setelan jas yang dikelilingi aroma maskulin pria metropolis. Alex Andrew.

“silahkan masuk, lex” ajak Mika

“o-okay” balas Alex sedikit tergagap

Matanya tak berhenti menatap kulit putih serta tubuh montok Mika. Matanya menyusuri hingga ke pantat Mika yang meliuk beraturan, membuat tubuh bagian bawah Alex menegang.

Alex mencoba menutupi kegelagapannya, dengan mencoba membuka percakapan.

“Gak biasanya lu keliatan cantik, mickey”

“Lah, selama ini emangnya wanda ganteng emangnya?” celetuk Mika.

diikuti tawa Alex yang mengisi rumah Wanda yang tadinya senyap.

“Mika tinggal dulu ya” kata Mika sambil melenggang menuju kamar

Alex dengan imajinasi liarnya tak berhenti melihat pantat Mika yang hampir keliatan akibat membungkuk untuk mengambilkan air untuknya.

Astaga, otak mesum gue kenapa fungsi lagi!

***

            Suara dentuman musik Electronic-Disco-Music seolah menyambut kedatangan para tamu. Aroma euphoria yang menyeruak dari sudut-sudut klub malam yang diterangi lampu sekadarnya sebagai ciri khas.

Langkah hentakan sepatu bermerk tak pernah absen hilir mudik menyusuri tempat pemenuhan nafsu itu.

Mika dengan gaun yang cukup nyeplak, mempertontonkan sedikit payudara montoknya.

Dalam hati ia mengutuk dirinya sendiri, sebab mengenakan pakaian yang sudah dua tahun silam tidak pernah singgah ke tubuhnya.

Sialan, aku lupa tubuhku makin melar.

Air mukanya makin tak nyaman ketika laki-laki yang kebanyakan telah beristri menatapnya tanpa malu dengan mengedipkan satu matanya, menggoda.

Brengsek, dasar tua bangka tak tau diri!

Alex melambaikan tangan ke arah wanita bertubuh semampai yang tengah sibuk ngobrol dengan para pria. Senyumnya merekah di antara bibir merahnya yang disapu lipstik merah menyala nampak lipstik itu diciptakan khusus untuknya.

“Hey, lex. sini cepet” sapa Marissa penuh semangat

“Mickey, yuk, udah ditungguin temen gue tuh” Alex melingkarkan tangan kekarnya di pinggang Mika. Membuatnya sedikit terlonjak sebab belum pernah disentuh lekaki manapun selain papinya.

“Wah wah wah. hei, siapa nih. Cantik bener?” goda Marissa sambil mengarahkan pandangannya ke arah Mika.

Mika merona, menunduk malu.

“kenalin, aku Marissa Lourd”

“A-aku Mika, anu Mika Lodge

"Ini orang kumat lagi anu-anunya" cerocos Alex.

“Hampir sama ya nama belakang kita”

“Apaan si Mar. Kagak ada kembar-kembarnya dah” celoteh Alex ikut nimbrung

"Pasti ini gara-gara keturalan virus receh ala Alex Andrew" imbuh Mika.

"Iya nih kebanyakan bergumul dengan manusia alien ini bikin kepala gue berputar lebih dari 360 derajat. Yahh garing" celetuk wanita berambut merah senada dengan gaun yang ia kenakan.

Malam itu terasa panjang diisi nafas-nafas bau alkohol dan kepulan asap rokok. Beberapa menyibukkan diri menyesap bibir manis para wanita yang menjajakan dirinya sebagai cara menyambung hidup.

Mika tidak pernah merasa jijik dengan pekerjaan yang dilakoni para wanita itu. Hanya saja ia geli melihat laki-laki berkeriput yang dikelilingi banyak wanita sambil tangannya merogoh liar kemana-mana. Tangannya mahir meremas dada wanita-wanita tadi hingga mendesah. Kesadarannya yang mulai menipis, pria tua itu melangkah gontai menuju wanda. Seperti predator yang sibuk memata-matai mangsanya.

Tangannya langsung meremas paha Mika tanpa aba-aba. Mika terkejut sekaligus takut.

Sebuah kepalan tangan mendarat ke arah pipi renta pria tadi. Darah dari mulutnya muncrat, mungkin giginya segera copot sebab telah menua.

“Bangsat, bajingan lu” semprot lai-laki bertubuh kekar dan tegap-sembari menghujamkan pukulan lagi dan lagi

Beberapa orang yang berada di klub malam itu segera membantu melerai keduanya

tak lama, lelaki yang menghujamkan pukulan ke pria tua bangka menghampiri wanda dengan muka khawatir

“Kamu ga papa Mika?” tanya lelaki tadi

Mika hanya mengangguk

Ia tengah berusaha mengumpulkan sisa kesadarannya atas kejadian yang menimpanya.

“Hey tak mungkin kau melupakan wajah tampan ini”

“E-eh?” balas Mika heran

Mika hanya menatap kosong belum bisa mencerna perkataan Noah.

Mika terlonjak kaget ketika tangan kekar Noah melingkari pinggang Mika. Dan menggendongnya menuju arah dalam klub tersebut.

Mika yang masih kebingungan hanya terdiam di pelukan pria yang baru lima menit ia temui.

“Loh kenapa kamu bawa aku kesini?” tanya Mika kebingungan

“Kamu lupa dengannku Mik?” ujar Noah.

“Aku bukan mik , tapi Mika. Pake A” jawabnya sembari menekankan huruf A membuat Noah tertawa.

“Aku tahu, kamu ga ingat cowok gendut yang suka ngejahilin kamu?”

Mata coklatnya menyusuri setiap jengkal wajah Noah yang tampan.

“Hah, bentar-bentar. Kamu si ndut?. Astaga gendut Mika kangen banget  sama ndut” ujar Mika sejurus kemudian merangkul tubuh Noah yang membawanya menuju ke arah ujung koridor.

“Bentar, bentar. Masak manusia gembul bertama biru sudah menjelma macam ksatria baja hitam, punya jurus seperti ultrama kamu ya” cerocos Mika diikuti wajahnya yang meledek

“Nah itu sepuluh tahun aku berguru dengan para ultraman supaya bisa berubah!” balasnya tak kalah antusias sembari menurunkan tubuh Mika di atas sofa berwarna krem di samping ranjang berukuran jumbo. Dan tentu saja fancy.

***

“Hey, gadis udik. Mukamu kok aneh. Sipit, pendek, pipi gendut” ejek Noah sambil menjulurkan lidahnya.

Mika hanya diam dan tersenyum

Mika tak menghiraukan perkataan Noah sebagai olokan. Sipit, pendek dan pipi gendut ialah ciri khas.

Hidup di Indonesia bahkan di bumi ini pasti ada yang namanya perbedaan.

Mika sudah mengerti itu sejak kecil.

Noah adalah tetangga barunya, wajahnya khas bule-bule pada umumnya. Kulitnya putih, tubuh tinggi, rambut pirang dan mata biru. Tapi, bedanya Noah bertumbuh gempal.

Mika yang masih berumur delapan tahun harus membantu ibunya berjualan di kantin sekolah bersama mami dan papinya.

Pernah suatu ketika Noah yang jahilnya sudah berakar, berkuadrat dan berpangkat mencoba mengagetkan wanda dengan memberinya ulat bulu.

Siapa yang nyana kalau Mika, gadis yang polos dan pendiam ternyata tidak takut pada apapun.

Bagai senjata makan tuan. Akhirnya Noah mendapatkan karmanya. Tubuh gendutnya penuh bentol-bentol akibat terlalu lama memengang ulat bulu.

Pagi-pagi sebelum jam berangkat sekolah, Mika pergi ke rumah Noah yang berada tidak jauh dari rumahnya untuk menjenguk Noah ke rumahnya.

“Ndut, maafin Mika ya gara-gara Mikaa. Endut jadi lebih endut lagi”

Noah hanya mematung, dan sebagian dirinya menahan tawa

“Seharusnya Mimi yang kena gigitan ulat, biar wajah endut ga tambah jelek gitu” rengek gadis berusia tak lebih dari sembilan tahun yang kerap dipanggil Mimi oleh orang tuanya.

Noah kecil agak merasa kesal tapi melihat gadis yang berdiri sambil menangis di samping dipan yang ia tiduri membuat hati kecilnya luluh.

“Kalau Mika ngerasa salah, bener-bener salah. Temenin Noah berangkat sekolah ya”

Mika versi kecil manggut-manggut sambil mengusap sisa ingusnya.

***

Matahari terbirit-birit menyinari kepala-kepala para siswa yang ikut berlari dengan tergesa akibat jam hampir menyentuh waktu terlambat sekolah. Tubuh gempal Noah berguncang dan penuh keringat akibat ditarik-tarik tanga kecil Mikaa yang ingin segera meraih gerbang sekolah berwarna hitam yang sudah sedikit berkarat itu.

Seragam putih merah Noah basah tanpa harus terkena air hujan setetespun. Nafasnya kembang-kempis.

Rasa gatal akibat ulat sialan itu kembali menyiksa tubuh gempal Noah yang lengket akibat butiran-butiran peluh yang muncul dari pori-pori kulitnya.

“Berhenti Mika, stop. Noah udah ndak kuat lagi” katanya

Noah menjatuhkan tubuhnya di atas trotoar yang sepi.

“Aduh, endut. Lha wong tinggal sepuluh langkah lagi malah bilang stop”

Mika kesal melihat penampakan bocah gempal yang tidak tahu malu rebahan di atas jalanan.

“Astaga, wajahnya endut makin jelek. Gimana ini?!” Teriak Mika sembari meraba wajah Noah yang semakin bengkak dan merah

Noah yang masih berusaha bernafas normal tidak mampu mengeluarkan suara

“udahlah sini aku gendong”

Gadis berambut hitam panjang nan lembut itu meski berbadan pas-pasan dan pendek mencoba membopong tubuh Noah yang jauh dari beban tubuh Mika.

Bukanlah Mika bila tak berhenti mencoba. Beberapa kali ia mengejan dan ikut berkeringat mengangkat bocah berambut ikal itu ke atas punggungnya.

Berhasil!

Keduanya lolos dari jeratan hukuman guru Bimbingan Konseling yang terkenal akan ancaman-ancaman dan hukuman yang membabi buta.

Suasan di luar kelas masih ramai menunggu lonceng tanda masuk.

Segerombolan bocah-bocah sebaya dengan Mika dan Noah melihat mereka sembari menahan tawa.

“Udah gembrot, bentol-bentol pula. Tambah mengembang tubuhnya” celoteh salah seorang anak laki-laki sambil memoncongkan mulutnya ke arah bocah bule berbadan berisi itu.

Yang lain ikut komat-kamit mengejek wajah Noah yang dihinggapi motif bentol-bentol merah khas gigitan ulat bulu.

Tangan Noah saling menggenggam, menggenggam amarah dan ketidakberdayaannya untuk melawan. Ia terlalu takut memukuli anak-anak bertampang khas jawa itu. Noah turun dari gendongan Mika kemudian langsung nyelonong pergi. Meninggal Mika yang geram melihat Seto dan anak-anak lainnya yang ikut menyoraki Noah.

Satu hantaman keras berhasil mendarat ke pipi ketua geng anak-anak yang hobinya hanya menjadi tukang perundung. Seto nama anak itu, Ia adalah anaknya pak Lurah yang rumahnya berdampingan dengan rumah Mika.

***

“Semua orang berbeda, Noah. Kamu atau aku sekalipun” hibur Mika sembari menepuk punggung Noah.

“Mereka mengatai tubuhku” rengek Noah.

“Coba sini lihat Mika” Mika mencondongkan tubuhnya untuk melihat wajah Noah yang tertunduk

“Aku kan ndak pernah ngejek Noah. Mika selalu ada buat Noah. Bahkan Mika udah maafin Noah meskipun Noah suka jahil sama Mika. Noah harus bisa memaafkan orang lain” Lesung pipit di kedua pipi gemuknya membuat hati Noah merasa teduh.

“Maafin Noah ya mik, nanti giliran Mika yang ngabulin semua wish kamu deh” kata Noah menawarkan

“Tapi Badanku tambah gatel, perih gara-gara aku garuk tadi”

“Ya Tuhan, kok badannya Noah tambah gede sih” wajahnya risau namun pemilihan katanya seperti mengejek.

Membuat Noah mengeluarkan smirk-nya.

“Ya udah, pake jaket ini aja ya, aku gendong ke UKS” balas Mika sambil memakaikan jaket bercorak kuning dengan aksen unicorn di bagian dada ke tubuh Noah.

***

            Kenangan lampau ketika masih kanak-kanak menjadi euphoria lain di klub malam itu. Dialog-dialog panjang diwarnai dengan tawa dan mata nyala sepasang manusia.

“eh ngomong-ngomong kamu kok bisa tahu kalo ini aku sih?”

“Ya karena kamu Mika"

"Ndak jelas ih"

      Mata biru steve menyala sambil menelusuri lekuk tubuh Mika yang montok. Matanya liar ke payudara yang menyembul.

Dialog-dialog serta beberapa jenis miras menemani nostalgia mereka.

Lambat laun keduanya kehabisan kesadaran.

Noah dengan otak tampan nan liarnya melumat kasar bibir ranum Mika.

Mika berusaha mendorongnya, tapi kewalahan sebab pria itu terlalu kuat untuknya

Mulutnya merangsek ke dalam mulut Mika, menelusuri lidah dan saling bertukar saliva.

Mereka berhenti sejenak menghela nafas

Noah yang masih tak puas mendorong tubuh montok Mika ke ranjang.

Tangannya meliuk mengitari payudara yang belum terjamah oleh siapapun

“Kau begitu seksi Mik, aku sudah lama menginginkanmu. Aku mencintaimu” ucap Noah yang megap-megap

“Mika pake A” balas Mika yang membuat Noah menarik salah satu sudut bibirnya

“Sstt suaramu membuatku semakin buas” bisik Noah sembari menghujani ciuman di area leher Mika.

Mika mendesah sekaligus tertawa dengan kejadian itu.

Belum pernah ia merasakan seperti ini.

jantungnya berdentang lebih cepat dari suara jam

Apakah ini rasanya disentuh? batinnya menguasai

Ia semakin masuk ke dalam aroma kenikmatan.

Dibalasnya pagutan Noah dengan cara yang kurang begitu mahir. Maklum baru pertama kali.

Tangan kekarnya turun ke bagian paling sensitif bagi bagi para wanita.

“Ja-jangan Noah” kata Mika lirih

“Oh ayolah, aku tahu kau belum pernah merasakan euphoria seperti ini. Aku janji kau takkan menyesalinya”

Dihisapnya puting merah muda milik Mika. Dijilat bak binatang buas. Dipilinnya puting merah muda tersebut. Wanda mengerang keenakan

“Tapi kita teman”

“Kita sudah dewasa Mik, sudah sepatutnya kau merasakan momen seperti ini. Dan aku akan membuatmu melihatku sebagai laki-laki” bisik Noah, hembusan nafasnya yang beraroma mint menguar ke permukaan kulit dada Mika .

Noah memasukkan jari-jari besarnya ke lubang kenikmatan.

Mika menjerit sakit, Noah semakin girang dan memasukkan jarinya lebih dalam

Cairan kenikamatan semakin keluar, dijilatnya lubang senggama itu

Mikaa menggelinjang, matanya merem-melek menahan sakit, geli serta nikmat.

Noah mulai membuka dress merah yang Mika kenakan,

Pipi chubbynya merona, tubuhnya montok dan menggoda

Noah melepas pakaiannya. Menunjukkan bendanya yang terangsang dan mengeras

Mika menutup mukanya yang makin malu melihat benda yang baru pertama kali ia lihat

bagian tubuh pria berkulit eksotis seperti pahatan yang dibuat oleh malaikat. Bagian tubuhnya yang mengeras dan panjang mulai menghampiri lubang milik Mika.

Mika merintih, dan takut merasa tak mungkin benda sebesar itu muat ke lubang sensitifnya

“Ahhhh” Mika menggelinjang

Mata hazel coklatnya basah menahan sakit serta kepuasan.

Noah kembali menghujani tubuhnya dengan gigitan kecil yang meninggalkan bekas yang akan dikenang sebagai nostalgia.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
tonight purple
sudah mulai berimajinasi diriku
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status