Di pagi hari ini seperti rencana mereka yang akan pergi jalan-jalan, awalnya Arkan mengira Aisyah menyebutkan ke tempat sepi yang hanya mereka berdua saja. Tetapi Aisyah memilih ke tempat mall yang banyak orang-orang, tapi Arkan tidak masalah jika perginya bersama dengan Aisyah. " Sayang ayuk turun." ucap Arkan dengan memberikan tangannya untuk membantu Aisyah keluar dari dalam mobil. Aisyah mengangguk kepalanya dengan menaruhkan tangannya pada uluran tangan Arkan. " Sayang kita mau ke mana dulu?" tanya Arkan yang tangannya sudah merangkul pinggang Aisyah posesif. " Belanja bagaimana?" tanya Aisyah balik, dia jadi ingin belanja sesuatu. Arkan mengangguk kepalanya yang tidak masalah jika Aisyah ingin belanja terlebih dahulu, maka Arkan akan menemani Aisyah belanja hari ini." Boleh sayang. Apapun yang kamu mau katakan saja pada aku ya, insyaallah aku kan menuruti permintaan kamu." " Iya, iya, pak suami." Arkan tidak suka Aisyah memanggilnya ada kata pak, sebab dia tidak terlalu
Sampai di tempat timezone Aisyah bersorak heboh, saat melihat permainan yang ada di timezone.Melihat itu, Arkan hanya menggeleng kepalanya dengan mengandeng tangan Aisyah untuk pergi ke tempat penjual powercard. Ini kali pertama Aisyah pergi ke timezone yang terbesar di Jakarta, dia sampai bingung harus mencoba permainan yang mana terlebih dulu. " Kamu mau main yang mana sayang?" tanya Arkan yang membuyarkan lamunan Aisyah. Aisyah langsung menatap Arkan yang hari ini begitu tampan dengan style pakaian casual nya. Sedangkan dia memakai pakaian dress vintage, yang semakin menambahkan keimutan pada dirinya. " Bagaimana kalau kita main street basketball." jawab Aisyah yang meminta persetujuan Arkan. Arkan mengangguk kepalanya dengan mengajak Aisyah pergi ke tempat permainan street basketball berada. Sampai di tempat permainan street basketball, Arkan langsung menggesek powercard di permainan tersebut. " Sekarang kamu bisa mainnya." ucap Arkan dengan mengusap kepala Aisyah. " Berar
" Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh." ucap Arkan saat masuk ke dalam penthouse. Baru saja masuk ke dalam penthouse setelah pulang dari mesjid untuk shalat dzuhur, dia sudah di sambut saja dengan suara pecahan dari arah dapur. PranggDengan wajah panik Arkan langsung bergegas berjalan ke arah dapur. Sedangkan Aisyah yang berada di dapur seketika langsung terdiam dengan ekspresi terkejut, dia hanya melihat gelas kaca yang sudah menjadi serpihan kaca di lantai. Tidak ingin berlama-lama melihat serpihan kaca itu, langsung saja dia membersihkan serpihan kaca menggunakan tangannya. " Aw.." dia baru tersadar saat merasakan sakit pada tangannya dan juga saat melihat tangannya berdarah. Darah segar keluar dari telapak tangannya begitu banyak, sampai mengenai pakaian dan lantai, walaupun begitu dia tetap melanjutkan kembali mengumpulkan serpihan kaca itu. " Sayang.." panggil Arkan dengan ekspresi panik saat melihat darah yang keluar dari tangan Aisyah. Belum sempat mengumpulkan
Permandangan setiap hari yang selalu di lihat Arkan yaitu, wajah cantik Aisyah. Memandang istrinya tidak ada rasa bosan sedikit pun baginya. Bahkan dia sangat menyukai yang ada pada diri Aisyah, memiliki istri seperti Aisyah suatu hal yang langka dan sangat berharga sekali. Kecantikan dan senyuman manis yang di miliki Aisyah, menjadi ciri khas tersendiri yang tidak akan di temukan pada perempuan lain. Arkan melangkah kakinya dengan mendekati Aisyah, sampai di dekat Aisyah dia langsung memeluknya dari belakang. Awalnya Aisyah merasa terkejut tapi tidak lama, langsung tersenyum menatap Arkan. " Sayang." panggilnya dengan suara berat. " Ya." jawab Aisyah dengan menatap Arkan dari pantulan kaca yang ada di depan mereka. Arkan mengikuti arah pandang Aisyah yang menatap pantulan mereka di kaca, dia semakin memeluk Aisyah erat dengan menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Aisyah. Tangan Aisyah terangkat mengusap lembut rambut Arkan yang berada di lehernya, dia tersenyum melihat Arkan
Sampai di kelas Aisyah dan Nurul baru bisa bernapas lega, setelah berlari-lari dari lantai 1 ke lantai 3. Tidak lama Abian pun masuk ke dalam kelas dengan aura dingin dan tatapan tajam, melihat seseorang sedang tersenyum dia pun jadi ikut tersenyum sangat tipis. " Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh." ucapnya dengan menatap semua anak didiknya. " Wa'alaikumsalam pak Abian." jawab mereka semua dengan kompak. Abian hanya merespon dengan mengangguk dan seperti biasa sebelum memulai mengajar, dia akan mengabsen mahasiswa-mahasiswi nya yang hadir di kelasnya. " Baik, sekarang baca buku kalian. Setelah itu, saya akan memberikan pertanyaan secara acak." " Paham semuanya?" tanyanya. " Paham pak." jawab mereka semua. Selagi mahasiswa-mahasiswi nya pada sibuk baca buku, Abian langsung menyibukkan diri dengan laptopnya. Aisyah melihat ke depan Abian sedang sibuk dengan laptop itu, dia langsung menoleh ke arah sampingnya. " Ssst.. Nurul." panggil Aisyah dengan menyenggol lengan Nu
" Ya Allah, sayang ku." Arkan sampai beristighfar melihat dapur jauh dari kata baik-baik saja.Tepung pada berhamburan ke mana-mana, telur pada pecah di meja dan di lantai, gula berserakan di lantai, dan terakhir banyak Pecahan kaca yang hampir memenuhi lantai dapur.Belum ada setengah jam Arkan meninggalkan Aisyah di rumah, tapi sudah di beri kejutan dengan permandangan dapur yang hancur seperti kapal pecah. Aisyah menundukkan kepalanya yang tidak berani menatap tatapan Arkan, dia pun bingung kenapa bisa membuat dapur sampai begitu. Arkan menarik napas terlebih dahulu, setelah itu langsung mendekati Aisyah. " Sayang lihat aku." pintanya dengan menarik pelan dagu Aisyah. Aisyah menatap Arkan yang sudah berada di hadapannya. " Maaf." Arkan hanya diam dan menatap Aisyah.Melihat Arkan diam saja, Aisyah jadi berpikir keras mencari cara untuk membujuk Arkan, supaya tidak marah dan mendiaminya. " Byy maaf. Aku juga gak tau kenapa bisa jadi begini dapurnya." Tadi niat awalnya Aisyah ma
Saat ini mereka berada di salah satu store makeup yang ada di dalam mall, Arkan tidak merasa kelelahan saat mengikuti Aisyah ke mana pun pergi. " Itu apa sayang ?" tanya Arkan penasaran dengan benda berbentuk persegi dan berwarna warni di tangan Aisyah. " Coba tebak ini apa?" tanya Aisyah balik. Arkan mencoba mengingat benda berbentuk persegi dan berwarna warni itu, dia seperti tidak asing dengan benda tersebut. Tapi di lupa akan nama benda tersebut. " Nyerah? gak tau nih?" Aisyah menatap Arkan yang sepertinya sedang mengingat sesuatu. Ingat dengan nama benda tersebut, dengan penuh percaya diri Arkan langsung menjawabnya." Pelangi-pelangi itu kan sayang?" Aisyah mengalihkan pandangannya dan tertawa lepas, bahkan perutnya terasa keram karena kebanyakan tertawa. Melihat Aisyah tertawa, kening Arkan mengerut bertanda bingung. " Salah ya?" Arkan menarik ujung pakaian Aisyah supaya menatapnya. Sebisa mungkin Aisyah menahan tawanya agar tidak lepas kendali, tapi saat melihat
Melihat anak kecil itu murung dan menundukkan kepalanya, Aisyah merasa bersalah akan pertanyaan yang dia berikan tadi. Melirik ke samping Arkan sedang menatapnya dengan tatapan yang selalu melemahkan jantungnya, tatapan dalam tapi terdapat kehangatan dan penuh cinta. " Maaf ya. Sudah buat kamu sedih." ucap Aisyah dengan membawa anak kecil itu ke dalam pelukannya. Anak kecil itu terkejut tapi juga merasa bahagia saat di peluk, selama ini dia hanya bisa berangan-angan di peluk dengan seorang ibu. Dan hari ini dia bisa merasakannya di peluk seorang ibu, dia bahagia dan ingin selalu bersama perempuan yang dia anggap mommy ini. " Mommy gak salah." balas anak kecil itu yang tidak ingin mommy nya merasah bersalah akan pertanyaan tadi. Walaupun dia belum mengerti terlalu banyak tentang orang dewasa, tapi dia bisa merasakan kalau perempuan yang sedang memeluknya ini baik dan tulus. Melihat istrinya memeluk pria lain walaupun pria itu anak kecil, tetap saja dia merasa cemburu. Aisyah te