Seperti sepakatan mereka tadi pagi, bahwasanya Kenaan akan ikut Arkan pergi ke kantor. Sedangkan Aisyah akan pergi kuliah, saat ini mobil yang mereka tumpangi sedang melaju ke arah kampus. " Sayang sudah sampai." ucap Arkan dengan memberitahukan kepada Aisyah sambil mengusap lembut kepala istrinya. Seketika Aisyah langsung melihat ke arah samping dari kaca mobil dan benar saja, dia melihat sekelilingnya sudah berada di area kampus. Satu hari dia gak berkuliah, tidak ada perubahan sedikit pun dari kampusnya. " Sayang." panggil Arkan lembut yang membuat Aisyah langsung menoleh ke arahnya. " Kenapa?" tanya Aisyah dengan menatap Arkan. " Sudah sampai. Kamu gak mau kuliah? atau mau ikut aku ke kantor?" " Kuliah lah." Arkan mengangguk kemudian tangannya melepaskan salbet nya, setelah itu mencondongkan tubuhnya mendekati Aisyah, tindakannya itu membuat jantung Aisyah tidak karuan. Walaupun tindakan Arkan bukan hal pertama baginya, tetap saja jantung nya tidak pernah aman. " Kamu mau
CeklekArkan melangkah masuk ketika pintu sudah terbuka, dia tersenyum tipis melihat Kenaan sudah terbangun dan sedang duduk di atas tempat tidur. " Sudah bangun, hm?" tanya Arkan. Dia berjalan mendekati tempat tidur, dan duduk di samping anaknya. Kenaan menoleh ke arah sumber suara, kemudian memberikan anggukan kepada daddy nya. " Udah daddy." Dengan mudah Arkan mengangkat tubuh Kenaan lalu membawanya ke pangkuannya, jari-jari nya mulai merapikan rambut Kenaan yang terlihat sedikit berantakan. Kenaan hanya pasrah dan diam saja saat tangan daddy nya merapikan rambutnya, dengan begitu nyaman Kenaan sudah menyandarkan kepalanya di dada bidang daddy nya. " Daddy." panggil Kenaan. " Kenapa, hm?" tanya Arkan dengan menatap Kenaan. " Mau mommy. Anan mau mommy, daddy." Arkan menghela napas yang untuk sekian kalinya, hari ini sudah berapa kali dia berhela napas sampai gak bisa di hitung. Ternyata begini menjaga anak, sungguh sangat melelahkan kan. Mana yang di tanya, dari tadi istriny
Lihat lah, tampang CEO dingin saat ini sudah seperti anak kecil yang sedang membujuk mamahnya, mulai dari wajahnya memelas, bibir manyun, tatapan sendu, dan terakhir tangannya menarik-narik ujung pakaian yang Aisyah kenakan.Dengan wajah santai, Aisyah hanya menatap Arkan tanpa ada niatan untuk meladeni. Gak merasa kesusahan sama sekali sebab sedang menggendong Kenaan, dia masih sempat-sempatnya melanjutkan kembali memakan kuaci sambil menatap ekspresi Arkan. " Sudah?" tanya Aisyah yang sudah mulai merasa bosan. " Hah?" Arkan sampai terperangah dan membuat dirinya bingung dengan pertanyaan Aisyah. Seolah sadar, Arkan buru-buru mengklarifikasi. " Maksud aku sayang, kamu tanya apa?" " Ayok pulang." ajak Aisyah dengan merangkul lengan Arkan. Arkan langsung mengangguk dan tersenyum malu-malu ketika melihat lengannya di rangkul Aisyah, mereka berjalan beriringan menuju tempat mobilnya berada. Sampai di dekat mobilnya, Arkan dengan sigap langsung membukkakan pintu mobil untuk Aisyah.
Singkat cerita, malam pun telah tiba. Terdapat pasangan suami-istri tengah bersiap-siap di dalam kamar mereka, malam ini mereka akan pergi dinner di salah satu restoran mewah yang ada di Jakarta. Di depan kaca, terlihat Aisyah sedang sibuk berkutat dengan alat makeup-nya sedari 30 menit yang lalu. Kemudian tidak jauh dartempat Aisyah berada, Arkan sedang sibuk mengancingkan semua pakaiannya, Lalu di karpet bulu, terdapat Kenaan yang begitu anteng dengan mainan di tangannya. Selesai dengan mengancingkan semua pakaiannya, Arkan mendekati Aisyah dengan langkah perlahan, sampai di dekat istrinya. Tangan Arkan langsung melingkar di pinggang Aisyah, seolah memastikan bahwa Aisyah tidak bisa kabur. " Sayang apa masih lama?" tanya Arkan yang nyaris terdengar seperti berbisik. Aisyah tersentak, ketika mendengar suara Arkan yang nyaris terdengar seperti berbisik. Apalagi dia juga merasakan deru napas Arkan yang menerpa leher jenjangnya. " Sayaaaaang." rengek Arkan seperti anak kecil. "
Diam-diam pemilik mata hazel secara terang-terangan memandang gadis cantik yang sedang duduk di hadapannya, dan kenyataannya gadis cantik itu adalah istrinya. Aisyah bukan tidak sadar jika ada sepasang mata sedari tadi terus menatapnya, dia lebih memilih untuk acuh dan menyibukkan dirinya dengan makanan yang ada di depan matanya." Sayang apa makanan itu lebih elok di pandang dari pada wajah tampan aku?" tanya Arkan. Kening Aisyah mengerut sampai kedua alisnya ikut menyatu apalagi setelah mendengar pertanyaan Arkan, lantas dia mengangkat wajahnya dengan matanya langsung bersibobrok pada pemilik mata hazel yaitu Arkan." Kamu ngomong apa sih? ngaco banget tau." Aisyah terkekeh kecil untuk mengurangi keheningan yang sedang melanda.Arkan memiringkan wajahnya lalu menghela napas kasar, gak mungkin kan dia cemburu hanya dengan namanya makanan? tapi kenapa hatinya terasa sesak ketika melihat Aisyah lebih memilih memandang makanan dari pada wajah tampannya?Melihat ekspresi Arkan seperti
" 𝘚𝘢𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘢𝘬𝘢 𝘵𝘢𝘬 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘮𝘪𝘭𝘪𝘬𝘪𝘯𝘺𝘢. 𝘔𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘥𝘪𝘢 𝘣𝘢𝘩𝘢𝘨𝘪𝘢, 𝘴𝘢𝘺𝘢 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘪𝘬𝘶𝘵 𝘣𝘢𝘩𝘢𝘨𝘪𝘢. 𝘞𝘢𝘭𝘢𝘶𝘱𝘶𝘯 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘴𝘢𝘺𝘢 𝘥𝘪 𝘣𝘢𝘩𝘢𝘨𝘪𝘢." Abian Baskara Bwijaya." 𝘚𝘦𝘭𝘢𝘮𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘪𝘴𝘵𝘳𝘪 𝘬𝘦𝘤𝘪𝘭𝘬𝘶 𝘴𝘢𝘺𝘢𝘯𝘨, 𝘴𝘦𝘵𝘪𝘢𝘱 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘢𝘬𝘶 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘯𝘫𝘢𝘬𝘢𝘯𝘮𝘶, 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘩𝘢𝘨𝘪𝘢𝘬𝘢𝘯𝘮𝘶, 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘳𝘶𝘮𝘢𝘩 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬𝘮𝘶, 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘴𝘰𝘴𝘰𝘬 𝘴𝘶𝘢𝘮𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘢𝘯𝘥𝘢𝘭𝘬𝘢𝘯, 𝘥𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘶𝘯𝘺𝘢 𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢𝘬𝘶 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘣𝘦𝘴𝘢𝘳 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘵𝘢𝘶." Muhammad Arkan Al- Uqshari Albelard._______________________________________________" Bagaimana dengan kencanmu, Abi?" Sontak Abian yang hendak menaiki anak tangga itu seketika berhenti, dengan perlahan dia membalikkan tubuhnya dan kini menghadap ke arah wanita yang masih terbilan
Seorang gadis baru saja turun dari motor temannya, keningnya mengerut melihat ada beberapa mobil terparkir rapi di pekarangan rumahnya. " Bau-bau ada yang di datangi tamu nih?" ujar seorang gadis bernama Widia. Gadis itu segera sadar dan menatap Widia. " Gak tau." jawabnya dengan gelengan kepala. " Tapi kan Aisyah.." Gadis yang di panggil Aisyah itu mengangkat sebelah alisnya, bertanda dia penasaran dengan kelanjutan ucapan temannya itu. " Tapi apa!?" sahut Aisyah terdengar sedikit kesal. " Kayaknya bukan keluarga kau deh itu. Coba ingat-ingat, emang keluarga kau ada yang punya mobil." " Bangke kau!" Aisyah menjitak kening Widia sedikit kuat. Walaupun faktanya seperti itu, baik dari keluarga bapaknya atau mamaknya tidak ada yang memiliki mobil. Mungkin mereka belum kepinginan untuk memiliki mobil atau pun karena gak ada uang. " Tapi betul kan aku." ujar Widia membela dirinya sendiri. Mengatakan seperti itu, karena dia tau siapa-siapa saja keluarga Aisyah, walaupun ti
" Bismillahirrahmanirrahim, Ankahtuka wazawwajtuka makhtubataka Siti Aisyah binti Amat Jailani alal mahri 1 wahdat bintihawis wamajmueat min 'adawat alshalat hallaan." " Qalbiltu nikahaha watazwijaha bil mahril madzkur hallaan." Dengan sekali hentakan dan satu tarikan napas pria itu tersenyum dengan bernapas lega setelah selesai mengucapkan kalimat qobul di hadapan semua orang. " Bagaimana para saksi, sah?" tanya sang penghulu. Semua para tamu dan para saksi mengangguk kepala dengan kompak, dan menjawab dengan lantang. " SAH." " Alhamdulillah." Tidak lupa mereka memanjatkan doa kepada Allah SWT atas keberlangsungan pernikahan hari ini yang berjalan dengan lancar. Tempat berlangsung akad berada di mesjid Syuhada pada hari Jum'at tepat di jam 10.00 pagi, hari ini, jam ini, menit ini, dan detik ini, dia begitu bahagia karena sudah menjadi seorang suami. Pada bagian shaf perempuan terdapat seorang gadis tengah melamun dengan air mata yang sudah terjatuh membasahi pipinya tanpa dia