"Tidak perlu, aku akan buat dia menyesal. Aku tidak ingin melibatkan kalian. Aku tahu kalian punya dendam tersendiri tapi aku harap ini urusanku, jika nanti aku butuh bantuan akan aku bantu. Arvin, cepat kamu lakukan apa yang harus kamu lakukan jangan sampai mereka lolos begitu saja," ucap Cakra. "Baiklah, kalau lo maunya seperti itu. Gue tidak akan mempermasalahkan. Karena gue tahu, lo pasti bisa lakukan itu. Jika lo butuh bantuan kasih tahu gue," ucap Pasha. Cakra menganggukkan kepala dia mengiyakan apa yang dikatakan oleh Pasha. Arvin pun segera melakukan apa yang diperintahkan oleh bosnya. Tanpa banyak bertanya dia sudah melakukan apa yang harus dia lakukan. Di mobil yang tengah melaju menuju villa, dua sejoli terus melakukan penyatuan. Mereka berdua tidak ada hentinya untuk terus menikmati permainan panas di mobil. Setelah sesion pertama mereka melakukan lagi, bagi Minahashiro Della pemuas nafsunya yang tidak akan dia lepaskan. "Kau sangat enak, Baby. Aku menyukaimu, sangat e
"Tidak, kali ini tidak ada yang mengetahuinya. Kamu tenang saja," ucap Minahashiro mengatakan kepada ketua Klan Woody bahwa kali ini rencananya akan berhasil. Ketua Klan Woody akhirnya menganggukkan kepala mendengar apa yang dikatakan oleh ketua Klan Minamoto. Mereka berdua pun ke ruang makan untuk makan karena sudah waktunya sedangkan di dalam kamar Della segera menghubungi orang yang dia perintahkan untuk mengawasi gerak gerik dari Cakra dia ingin tahu apa yang akan dilakukan ayah tiga bayi kembar itu. "Halo, bagaimana di sana? Apa mencurigakan?" tanya Della yang melakukan panggilan telpon. "Aman dan tidak ada pergerakkan sama sekali," jawabnya. "Baiklah, awasi segera aku mau kalian jangan lengah dia berbahaya, kabari aku segera paham!" seru Della memerintahkan kepada anak buahnya untuk memberitahukan kepadanya untuk segera melaporkan jika ada sesuatu dengan Cakra. Panggilan berakhir, Della tersenyum karena dia bisa mengetahui gerak gerik dari pria yang sudah menolaknya. Della p
Cakra yang menerima telpon dari Arvin yang mengatakan jika terjadi serangan. Alena yang melihat Cakra gelisah hanya bisa melirik nya dalam diam sambil menyusui si kembar. Setelah selesai barulah diletakkan kembali ke box. "Sus, boleh tidak bayi saya di sini saja? Nanti kalau ada yang saya butuhkan akan saya panggil. Saya tidak ingin berjauhan dengan dia, boleh ya?" tanya Alena meminta anaknya di ruangannya saja. "Iya boleh, saya akan letakkan di sini, tapi nanti saya akan bawa kembali kalau sudah waktunya dia kembali ke ruangan bayi ya Bu," ucap Suster kembali. "Terima kasih banyak ya, kira~kira kapan kami bisa pulang, saya sudah tidak sabar bawa bayi saya pulang terlebih lagi si bungsu," ujar Alena berharap mereka bisa membawa bayinya kembali ke rumah. "Kita akan koordinasi dengan dokter nanti kita kabari ya, kalau begitu kami permisi, jika ada perlu kabari ya," ucap Suster yang pamit kepada Alena dan Cakra.Alena menganggukkan kepala, dia senang akan pulang membawa si kembar. A
"Lo aja yang mafia jelangkung jangan gue, gue ga bakalan seperti itu, sudahlah, jangan buat masalah, gue lempar kalian ke luar dan jangan ada yang tertawa," ucap Cakra melirik ke arah Arvin. Arvin yang duduk di depan merubah raut wajahnya yang tadinya terlihat tersenyum kecil sekarang berubah menjadi datar. Ketiga sahabatnya melihat asisten Cakra merubah wajahnya menjadi datar semakin menertawakan dirinya. "Lo emang bener~benar tidak ada akhlak ya, masa kamu katakan hal itu. Memangnya kenapa kalau dia ketawa, toh dia belum berperang. Dan juga, lo biarkan Arvin mencari wanita dia ingin merasakan nikmat dunia seperti lo, bro. Benar tidak Arvin apa yang gue katakan," ujar Pasha. Cakra menghela nafasnya dia tidak mengerti dengan sahabatnya ini, sejak kapan dia melarang asistennya untuk dekat dengan wanita. "Aku tidak melarangnya," jawab Cakra."Tuh dengar Arvin dia tidak larang, cari kalau perlu kita akan carikan, mau tidak?" tanya Beno. Arvin menggelengkan kepala dia tidak mau seper
Cakra memeluk Alena dengan kencang dia benar-benar gemes melihat suaminya yang memeluknya. "Sudah, aku mau tidur, kamu dari mana saja, aku lama sekali nunggu kamu. Aku pikir kamu pulangnya besok karena kamu kalau sudah kerja ga ingat waktu makanya aku telpon kamu," ucap Alena. Cakra melepaskan pelukkannya dan memandang istrinya yang saat ini menatapnya dengan tatapan yang sangat lucu dimatanya. "Aku tadi ada urusan, bukannya kamu sudah tahu. Lagi pula mana mungkin aku pulang malam tanpa tujuan yang jelas. Kamu pikir aku ke club begitu? Aku tidak pernah ke sana seumur hidupku," jawab Cakra jujur. Dia walaupun ketua klan mafia jarang untuk ke club dia pasti meminta anak buahnya yang terjun memantau musuhnya. "Aku hanya khawatir saja, sudah malam. Kamu harus istirahat jangan sampai lupa untuk istirahat. Sekarang aku mau tidur, peluk aku lagi, Sayang," ucap Alena dengan manja. Cakra pun menganggukkan kepala dan memeluk Alena dia naik ke ranjang yang ukurannya cukup besar. Keduanya
Alena melihat siapa yang datang segera menghampiri dan menyalami ayah mertuanya. "Daddy, selamat pagi, silahkan duduk. Daddy sudah bertemu anakku? Mereka mirip denganku bukan? Dia anakku Daddy dan cucu Daddy. Oh ya, Daddy, anak Daddy mengatakan aku ini mengembang, padahal aku tidak mengembang. Aku seperti ini juga karena dia, dia pelakunya dan dia juga yang membuatku kesal Daddy," adu Alena dengan suara bergetar dan menundukkan kepala sambil memilin ujung bajunya. Tuan Rosario mendengar apa yang dikatakan oleh menantunya menghela nafas, dia tidak mengerti dengan jalan pikiran anaknya ini. Syukur~syukur ada yang mau, malah diperlakukan seperti ini. Tuan Rosario memandang Cakra dengan tajam dia tidak menyangka Cakra tega mengatakan itu. Alena yang melihat mertuanya marah kepada Cakra segera berbalik dan menunjukkan wajah sendunya. Cakra melihat reaksi ayahnya dan istrinya membolakan matanya dan menghela nafas karena istrinya sudah pandai untuk merayu Daddynya."Daddy, jangan kamu de
Alena ditemani Cakra untuk memberikan asi sedangkan yang lain menunggu diluar karena Cakra ingin menjadi suami yang baik dan Daddy terbaik untuk jagoannya. "Siapa dulu, Sayang yang akan kamu kasih asi?" tanya Cakra. Setelah Dokter menyerahkan si kembar dan memberitahukan kepada Cakra dan Alena bahwa mereka sudah bisa membawa si kembar pulang ke rumah membuat Cakra dan Alena senang akhirnya mereka bisa memboyong ke tiganya kembali ke rumah mereka. "Si bungsu dulu, karena dia belum asi langsung jadi aku mau dia meminumnya, cepat bawa sini, perlahan saja," ucap Alena yang meminta Cakra mendorong box bayinya mendekati dirinya. Alena duduk di sofa dan menatap ke arah Cakra yang mendorong si bungsu dan dua anak yang lainnya mendekati Alena. Alena senang anaknya berkumpul. Perlahan Alena menggendong si bungsu. Cakra melihat Alena membuka kancing bajunya dirinya duduk di dekat Alena dan terus memperhatikan istrinya tersebut. Alena membuka perlahan bajunya dan mengeluarkan dadanya tapi
Semua yang di ruangan tersebut tertawa melihat Tuan Rosario yang disindir oleh Beno. Alena geleng kepala melihat kelakuan mertuanya. Tidak lama Arvin dan Ibu Aminah datang. "Wah, rame sekali ini. Ada apa ini? Eh tunggu, ini bukannya, si bungsu ya? Alhamdulillah, cucu nenek sudah bisa kumpul, apa sudah di kasih asi?" tanya Ibu Aminah kepada Alena. "Sudah, alhamdulillah. Mereka sudah dikasih asi kok, sini buk, duduk sama aku," ucap Alena meminta kepada ibunya untuk duduk bersama dirinya. Cakra memandang ke arah Alena dan Ibu mertuanya yang tersenyum karena mereka sedang bicara dan bahagia saat mengetahui anak bungsunya sudah berkumpul. "Tuan, apa sudah siap?" tanya Arvin. "Sudah, ayo kita pergi sekarang. Sayang, aku pergi kerja dulu kamu hati~hati di sini dan kalau ada apa-apa kasih tahu ya. Daddy, apa mau di sini atau pulang bersamaku. Kalian bertiga pergi dari kamar ini, jangan menganggu anakku yang sedang tidur, cepat, kalian pergi! usir Cakra kepada kedua sahabatnya yang baru