"Gue ikut saja yang penting semua senang dan tidak ada masalah. Gue ga jamin jika si pinky boy ini kena hajar dan ditembak, karena gue bisa kasih saran pakai anti peluru, jika tidak ingin lo menjadi tamu malaikat maut," jawab Cakra setuju dengan apa yang dikatakan oleh sahabatnya. "You aja yang jadi tamu malaikat maut, jangan I, menyebalkan sekali, sejak kapan I jadi tamu malaikat maut, ogah I. Jadi, kapan nih I bisa bekerja. I tau siapa orangnya yang jadi ular, kalau you pada penasaran cari yang bertato gambar ikan dan buaya di lengannya," ucap Luna mengatakan ciri dari orang yang memata-matai klan Cakra. "Baik, kita pergi sekarang, Cakra lo ikut kita?" tanya Beno. "Gue, kerja lo pada ga kerja, mau jatuh miskin lo pada?" tanya Cakra kepada sahabatnya yang semangat untuk menangkap mata-mata tersebut. Pasha menepuk keningnya dan baru ingat kalau ada meeting. Dia segera berdiri dan meninggalkan ruangan tersebut. Begitu juga dengan Malik, tinggal Beno dan Luna. Keduanya saling meliri
Beno dan Arvin mempersiapkan pernikahan mereka sendiri-sendiri sedangkan Cakra mempersiapkan acara untuk si kembar. "Sayang, sabtu ini semua sudah siap hampir 99% acara si kembar, namanya juga sudah ada. Ini dia, kamu suka tidak, kalau tidak kita ganti. Tapi, menurutku, ini sudah pas dan cocok dengan mereka. Aku suka dengan nama mereka," ucap Cakra yang memperlihatkan kertas berisi nama si kembar. Alena melihat satu persatu nama si kembar dari yang tertua sampai si bontot. Alena tersenyum karena anaknya memiliki nama yang sangat bagus. Alena menoleh ke arah Cakra yang saat ini tengah duduk sebelahnya. Mereka saat ini duduk di ranjang sambil membicarakan persiapan acara si kembar. Alena menyandarkan dirinya di lengan Cakra dan memeluknya. "Aku suka dengan namanya. Tidak perlu dirubah, ini sudah bagus. Jadi, ga sabar untuk acara sabtu esok. Undangan berapa orang, apa anak yatim sudah di undang juga?" tanya Alena kepada Cakra. "Sudah di undang anak yatimnya. Kalau untuk tamu hanya
"Tidak ada, suami you rese." Luna melirik ke arah Cakra yang saat ini terlihat kesal. Kenapa harus dia yang dikatakan rese. Alena menggelengkan kepala melihat keduanya. "Ayo sarapan dulu baru kalian berangkat kerja. Mulailah dengan sarapan agar kalian bisa fokus bekerja," ucap Alena mengajak Cakra dan Luna, Aa Arvin untuk makan. Mereka semua menikmati makanan yang sudah di sajikan. Tidak ada pembicaraan sama sekali. Arvin melirik ke arah Cakra dia ingin mengajak calonnya untuk pergi foto prewedding. Cakra yang tau lirikkan matanya Arvin berdehem. "Kalau ada urusan pergi saja, nanti saya pergi dengan pinky boy, urus dulu persiapan pernikahan kalian, nanti kalau sudah selesai ke kantor, tapi kalau tidak selesai juga ambil cuti satu hari saja," ucap Cakra mengatakan kepada Arvin untuk cuti satu hari. Arvin yang mendengarnya tersenyum, dia menganggukkan kepala karena senang bosnya mengizinkan dia untuk cuti hari ini. Selesai makan, Luna ikut dengan Cakra, sedangkan Arvin menunggu cal
Pasha yang berada di kantor tiba-tiba teringat dengan wanita yang tidak lain Inez sahabat Alena. Sejak bertemu dengan Inez dia semakin rindu. Sudah lama tidak bertemu sejak dia membelikan ponsel baru untuk Inez. Sejak itu dia tidak bertemu lagi. "Kok rindu gue dengan tuh cewek barbar, apa karena gue tidak bertemu. Kata orang harus bertemu baru bisa memupuk perasaan sayang, jika tidak ya percuma, rasa itu tidak ada. Lebih baik,gue ketemu dia, lumayan siapa tahu gue dikasih minum," ucap Pasha. Pasha pun membereskan pekerjaannya dan bergerak menuju keluar. Sampai di luar, Pasha berhenti di meja sekretaris dan menatap ke arah sekretarisnya yang saat ini terlihat sedang sibuk. "Nanti kalau Daddy datang, katakan saya ke kantor Tuan Cakra. Ada urusan dan asisten saya mana? Kenapa tidak kelihatan?" tanya Pasha. Sekretaris Pasha mengangkat kepala dan melihat bosnya yang tampan plus playboy. "Tono lagi rapat, bukannya Anda meminta dia menggantikan Anda rapat, Anda lupa ya?" tanya Sekretari
Cakra dan Luna sekarang berada di kantor tepatnya di ruangan kerja Cakra. Hari ini, Arvin tidak masuk karena urusan pernikahan. Cakra dibantu oleh sekretarisnya, beruntung semua hanya tinggal tanda tangan. "You, apa yang you lakukan?" tanya Luna yang menghentikan kegiatannya main ponsel. Dirinya sebenarnya tidak ingin bermalas-malasan, dia suka melakukan Pedicure dan sebagainya pokoknya berhubungan dengan salon, tapi ini dia harus duduk di depan gunung es yang dari awal tidak ada senyumnya sama sekali. Cakra mengangkat kepalanya, dia menyerngitkan keningnya melihat si pinky boy ini mulai protes lebih tepatnya bertanya. Apakah dia bosan pikir Cakra. "Kenapa? Kamu mau kerja juga, tuh hitungan burung yang terbang," ucap Cakra ngasal. Mendengar Cakra memintanya menghitung burung yang terbang membuat Luna mendengus kesal. Luna melirik ke arah jendela besar dan bening yang ada di sisi kirinya. Burung apa yang ada, dasar menyebalkan pikir Luna dengan wajah masam. Cakra ingin tertawa m
"Siapa you? Kenapa you ikut campur dengan urusan I dan si tampan ini. Apa you iri ga bisa peluk dia? Iiih, i yakin you pasti ingin peluk dia kan? Jangan harap, mimpi you, sudah sana pergi. Ayo suami gemoy i, kita bayar dulu," ucap Luna mewakili Cakra.Seseorang itu adalah Della dan pasangannya siapa lagi kalau buka ketua klan Minamoto yang menatap Cakra dengan tajam. Cakra yang ditatap tajam oleh pria yang didepannya ikut memandangnya dan jangan ditanya kalau Cakra curiga dengan pria di depannya ini. " Tuan Cakra, saya kenal Anda sangat baik sekali, Anda adalah seorang pengusaha hebat dan Anda juga seorang suami yang sayang istri juga anak, apa anak Anda baik?" tanya pria tersebut yang tidak lain Minahashiro. Cakra mengepalkan tangannya, dia tidak tau kenapa pria di depannya ini menanyakan anaknya. Apa dia tau kalau anaknya sudah lahir. Tapi, darimana dia tau. Berita mengenai kelahiran anaknya tidak terekspos dan pria di depannya ini tidak diundang, walaupun tau kalau dia pengusaha
Cakra dan sahabatnya, asistennya juga Luna sudah berkumpul mereka duduk di sofa dan saling memandang satu sama lain. Belum ada yang bicara sama sekali. "You mau diam aja? Kalau emang mau diam, i akan keluar nih. I mau berendam di kali agar I bisa mendapatkan ilham untuk pekerjaan besok," ucap Luna yang akhirnya membuka suara. "Ck, kali apa? Kali ciliwung? Ngadi-ngadi you. Apa yang mau lo katakan, Cak?" tanya Beno ke Cakra. "Tadi, gue ketemu wanita yang mau dijodohkan dengan gue dan dia bersama pria," jawab Cakra. "Jadi, lo cemburu dia dengan pria? Wah, gile bener lo. Ingat, anak tiga istri satu, masih baru juga tuh istri lo brojol. Eh, lo main cemburuan dengan wanita halu itu, parah lo!" Beno tidak menyangka jika Cakra cemburu dengan pria yang bersama wanita yang dulu dijodohkan dengannya. "Woi, dengarkan gue. Enak saja lo katakan gue suka dengan itu orang, gue hanya katakan kalau gue lihat dia dengan pria dan gue melihat pria itu sangat mencurigakan, belum gue selesai bacot lo
Cakra dan Alena pagi-pagi sudah turun sarapan, mereka makan dengan tenang, Luna melirik ke arah Cakra, tidak ada pembicaraan apapun. Sampai selesai, Cakra segera bergerak dan pamitan kepada anak dan istrinya juga mertua barulah dia pergi bersama dengan Luna dan Arvin. "Beno sudah telpon you? Apa kita akan pergi sekarang?" tanya Luna yang saat ini sudah duduk di depan bersama dengan Arvin. Luna sudah memakai pakaian yang dibeli oleh Cakra. Dia tidak memakai pakaian pink lagi, tapi tetap di lehernya ada syal pink menjadi ciri khasnya. "Sudah, ini dia kirim pesan, dia menunggu kita di tempat biasa. Arvin, apa urusan kantor aman? Karena semalam jadwal saya tidak ada meeting penting, apa hari ini ada meeting penting?" tanya Cakra kembali. "Tidak ada, semua aman. Untuk meeting penting nanti hari senin depan, investor dari Dubai datang untuk memperpanjang kontrak baru," jawab Arvin. Cakra menganggukkan kepala dengan pelan, dia mengerti jika investor dari Dubai tidak bisa di cancel ole