"Apa yang terjadi saat ini akan aku perhitungkan, tidak akan aku biarkan mereka membuat anakku dan istriku juga kita semua menjadi ajang balas dendam dia, aku akan membalasnya, tapi tidak secara brutal, santai saja akan ada waktunya dia mendapatkan balasan dari aku," jawab Cakra dengan sorot mata tajam dan penuh amarah. Malik bisa melihat Cakra muda itu kembali dan bisa dikatakan kalau Cakra yang dia lihat saat ini benar-benar menakutkan. "Apa kita kalian tau siapa pelakunya?" tanya Merry. "Tau, tapi kita akan memastikannya dulu. Tidak bisa sembarangan untuk kita membalasnya," jawab Malik kepada istrinya. Merry menganggukkan kepala dengan pelan, dia pun tidak bertanya lagi, karena dia tau kalau saat ini suaminya dan suami sahabatnya ini pasti sedang merencanakan untuk melawan musuh lama mereka jadi dia tidak akan ikut campur. "Pesanku satu, jangan ada yang terluka lagi. Kalian harus hati-hati, kalau bisa tanyakan pada dia apakah tidak bisa berdamai, ada sebab kenapa dia lakukan
Mika yang selesai berbelanja terkejut karena dia belanja cukup banyak hingga keranjang yang dia bawa penuh. Mika menepuk keningnya, dia tidak menyangka kalau dia belanja sebanyak ini. "Aduh banyak sekali ini bisa bahaya, uangku hanya satu lembar saja, apa aku letak balik ya. Ais, ini semua karena dia, kenapa dia datang tiba-tiba, perusuh emang dia ini," omel Mika yang kesal dengan pria yang satunya. Mika yang sudah terlanjur berbaris di meja kasir akhirnya memutuskan untuk kembali namun salah satu kasir yang sudah menerima uang dari Alex memanggil Mika. "Mbak, mau ke mana?" tanya kasir tersebut."Mau letak ini balik tenang aja saya tahu kok di bagian mana barang-barang ini saya ambil," jawab Mika yang tersenyum karena dia malu, berpakaian seperti ini tapi dia harus meletakkan kembali barang-barangnya."Jangan Mbak, letak sini saja keranjangnya, biar kami hitung lagi pula ada giveaway jadi orang yang dapat giveaway itu adalah Mbak," jawab kasir tersebut yang membuat Mika terkejut.
Malam ini, Alex hanya menyendiri dia tidak keluar dari kamarnya, untuk saat ini dia ingin menenangkan diri agar tidak terbawa emosi. "Aku tidak percaya kepada siapapun, karena saat ini semua orang sudah membuat aku marah dan kesal. Mereka semua munafik, tidak ada yang bisa membuat diriku percaya padanya. Aku menyesal sudah percaya pada mereka," jawab Alex dengan raur wajah sendu.Alex berdiri dan membersihkan tubuhnya, dia tidak mendengar suara ibunya lagi. Sepertinya ibunya sudah pergi. Maria tidak lagi mengganggu Alex dia membiarkan anaknya itu sendiri di dalam kamar. Panggilan telepon masuk ke ponsel Alex. Alex yang baru keluar dari kamar mandi segera mendekati nakas dan melihat siapa yang menghubunginya. Saat tau yang menghubunginya adalah anak buahnya Alex segera menekan tombol hijau. "Ya, halo ada apa?" tanya Alex dengan suara dingin menjawab panggilan telpon. Alex mendengar apa yang dikatakan oleh anak buahnya, dia mengepalkan tangan dengan erat. Alex geram ernyata mereka
Alex yang tidak terima dengan apa yang terjadi dengan keberanian yang dia miliki Alex langsung ke rumah sakit untuk bertemu dengan musuhnya. Alex menuruni anak tangga satu persatu, selama beberapa hari ini, Alex tidak ke markas karena dia sedang mempersiapkan diri untuk menemui musuhnya. Apakah Alex takut? Jawabnya, tidak.Alex tidak pernah takut sudah terlanjur mereka mengetahuinya jadi dia akan bertemu secara langsung. Maria yang melihat Alex turun menatapnya dengan tajam, dia membiarkan anaknya itu duduk dengan tenang dan Maria memperhatikan setiap tingkah laku yang Alex kerjakan. Alex duduk di tempat biasa, dia tidak memperdulikan Maria yang menatapnya. Alex dengan santai mengambil beberapa makanan yang sudah disediakan. Saat makanan Alex ingin meletakkan di piring, terdengar suara Maria."Alex, apa maumu, sebenarnya?" tanya Maria dengan tegas. Mendengar pertanyaan Maria, Alex diam dan tersenyum, dia meletak kembali sendok dan menoleh ke arah Maria. "Apa maksudnya, mau apa?"
Suara teriakan tersebut berasal dari Maria, dia muncul tepat di depan mereka semua. Luna tersenyum melihat siluman ular muncul di depan mereka."Aduh, aduh, you coba lihat itu, dia muncul dan dia sepertinya ingin menjadi Ibu you sesungguhnya, sungguh terlalu sekali siluman ular ini ya, banyak pria tapi suami orang yang dikejar," sindir Luna menatap sinis ke arah Maria yang berjalan mendekati mereka. Alex yang mengetahui Ibunya datang langsung berubah wajahnya menjadi masam, dia tidak percaya kalau Ibunya datang ke sini. Alex berbalik memandang ke arah Maria yang saat ini sudah berada di sampingnya. Maria menatap tajam ke arah musuh-musuhnya, ia pura-pura-pura marah tapi sesungguhnya dia mencari keberadaan dari Cakra dan ternyata Cakra tidak ada di sana. Maria terlihat tenang walaupun hatinya bertanya kemana pria yang selama ini dia, incar. Alex yang melihat perubahan wajah Maria sudah menduga kalau wanita ini pasti mencari mafia itu. Alex semakin marah dan kesal karena Maria tidak
Asisten Alex yang sudah membawa korban dari kecelakaan yang tuannya lakukan segera membawa korban tersebut ke rumah sakit terdekat. Sesampainya di rumah sakit, asisten Alex memanggil suster dan segera suster membawa korban ke IGD. Asisten Alex menunggu sampai selesai dokter merawat korban dari tuannya dan setelah itu dia membayar semua biayanya."Tuan, pasien sudah kita obati dan dia bisa dirawat di rumah sakit satu atau dua hari, kondisinya juga cukup baik," ucap Dokter menjelaskan kepada asisten dari Alex yang mengatakan kalau korban yang ditabrak oleh Alex baik walaupun harus dirawat. "Terima kasih Dokter, bisa saya bertemu dengan dia?" tanya sang asisten. "Silahkan," jawab Dokter. Asisten Alex menganggukkan kepala dan segera pergi menemui korban tuannya itu. Dengan raut wajah datar dan dingin asisten Alex masuk ke ruangan IGD untuk saat ini belum dipindahkan oleh suster. Saat tiba di depan wanita tersebut, asisten Alex meletakkan amplop coklat. "Motormu yang rusak akan digan
"Alasan, terlalu banyak drama lain yang aku katakan lain yang kamu," jawab ucap Ryan yang kesal dengan Alex. "Sudah tidak ingin hidup lagi ya?" tanya Alex memicingkan mata dengan tajam ke arah Ryan. "Apa pernah aku katakan kalau aku tidak ingin hidup lagi kalau untuk masalah itu semua sudah beres kamu tidak perlu khawatir dan foto yang satu itu sudah kamu lihat yang ketinggalan di hotel waktu itu, sudah kamu lihat siapa dia?" tanya Ryan"Itu foto?" tanya Alex lagi. "Menurutmu apa? Tagihan gajiku ya? Iyalah, itu foto sekarang sudah sana lihat. Sepertinya kamu meninggalkan sesuatu mungkin satu mafia lagi yang belum kamu selidiki," jawab Ryan yang membuat Alex menaikkan alisnya."Maksudmu satu satu mafia lagi? Siapa yang belum aku lihat, bukannya aku sudah melihatnya?" tanya Alex karena dia belum sempat melihat foto yang terakhir. "Aku mana tahu. Kata petugas kebersihan itu foto cewek. Apa itu foto cewek ini atau foto cewekmu yang kamu simpan takut ketahuan olehku, dasar munafik, tid
"Apa yang terbakar, Ryan?" tanya Alex dengan suara datar."Yang pasti markasmu yang menyimpan barang-barang semuanya terbakar dan mereka sepertinya sudah mengetahui kalau kita mencoba untuk menipunya," jawab Ryan. "Cari markasnya dan bakar kembali jangan ada sisakan satupun barang mereka, aku tidak ingin sampai mereka merasakan kebahagiaan karena sudah membakar markasku, lakukan sekarang cari semua markas milik Kenzi dan segera habisi semuanya," sahut Alex memerintahkan kepada Ryan untuk segera menghabisi markas yang menyimpan barang-barang milik Kenzi dan timnya. Mendengar perintah dari Alex, Ryan menganggukkan kepala, dia segera menghubungi anak buahnya untuk melakukan apa yang diperintahkan oleh tuannya. Ryan segera keluar, dia akan pergi ke markas yang ada di Barat karena dia takut jika markas tersebut dibakar. Alex mengepalkan tangannya, dia sangat marah karena dia tidak habis pikir di saat hatinya terluka menerima kenyataan bahwa Mika gadis yang dia incar ternyata musuhnya d