"Alasan, terlalu banyak drama lain yang aku katakan lain yang kamu," jawab ucap Ryan yang kesal dengan Alex. "Sudah tidak ingin hidup lagi ya?" tanya Alex memicingkan mata dengan tajam ke arah Ryan. "Apa pernah aku katakan kalau aku tidak ingin hidup lagi kalau untuk masalah itu semua sudah beres kamu tidak perlu khawatir dan foto yang satu itu sudah kamu lihat yang ketinggalan di hotel waktu itu, sudah kamu lihat siapa dia?" tanya Ryan"Itu foto?" tanya Alex lagi. "Menurutmu apa? Tagihan gajiku ya? Iyalah, itu foto sekarang sudah sana lihat. Sepertinya kamu meninggalkan sesuatu mungkin satu mafia lagi yang belum kamu selidiki," jawab Ryan yang membuat Alex menaikkan alisnya."Maksudmu satu satu mafia lagi? Siapa yang belum aku lihat, bukannya aku sudah melihatnya?" tanya Alex karena dia belum sempat melihat foto yang terakhir. "Aku mana tahu. Kata petugas kebersihan itu foto cewek. Apa itu foto cewek ini atau foto cewekmu yang kamu simpan takut ketahuan olehku, dasar munafik, tid
"Apa yang terbakar, Ryan?" tanya Alex dengan suara datar."Yang pasti markasmu yang menyimpan barang-barang semuanya terbakar dan mereka sepertinya sudah mengetahui kalau kita mencoba untuk menipunya," jawab Ryan. "Cari markasnya dan bakar kembali jangan ada sisakan satupun barang mereka, aku tidak ingin sampai mereka merasakan kebahagiaan karena sudah membakar markasku, lakukan sekarang cari semua markas milik Kenzi dan segera habisi semuanya," sahut Alex memerintahkan kepada Ryan untuk segera menghabisi markas yang menyimpan barang-barang milik Kenzi dan timnya. Mendengar perintah dari Alex, Ryan menganggukkan kepala, dia segera menghubungi anak buahnya untuk melakukan apa yang diperintahkan oleh tuannya. Ryan segera keluar, dia akan pergi ke markas yang ada di Barat karena dia takut jika markas tersebut dibakar. Alex mengepalkan tangannya, dia sangat marah karena dia tidak habis pikir di saat hatinya terluka menerima kenyataan bahwa Mika gadis yang dia incar ternyata musuhnya d
Keduanya segera bersembunyi takut jika ada yang menembak lagi. Alex dan Mika tidak sedikitpun bersuara dan mereka mengamati dari tempat mereka bersembunyi. Orang yang menembak mereka terlihat lari mengejar mereka. "Mereka tadi di sini, aku yakin. Sial, kenapa bisa kabur. Apa kita katakan pada bos kalau mereka kabur?" tanya orang bertubuh besar dan mengatakan kepada rekannya kalau mereka kehilangan target. "Kita cari saja mereka ke sana. Siapa tau ada di sana. Ayo cepat kita pergi sekarang, sebelum ada yang melihat kita!" ajak pria satunya kepada temannya untuk pergi mencari Mika dan Alex. Alex melihat siapa yang sudah berani melakukan ini. Dia memperhatikan tato di tangannya. Alex mengepalkan tangannya dengan cukup erat, dia tidak menyangka ada yang mau menyerang Mika. "Sial, kenapa ada yang menyerang aku. Apa salah aku? Hei, kenapa kamu mengikuti aku? Apa kamu salah satu dari mereka?" tanya Mika kepada Alex. Alex menyentil keningnya dan menarik kuping Mika hingga Mika meringis
Ryan yang mendapatkan telepon dari Alex segera pergi ke tempat yang Alex katakan. Dia tidak menyangka kalau Alex lagi-lagi menabrak orang dengan cepat dia pergi ke tempat tersebut. Sesampainya di tempat tujuan, terlihat Alex tidak melakukan apa-apa dengan korban. Sedangkan korban sudah mengeluarkan darah dan pingsan. Melihat hal itu, Ryan semakin kesal dengan Alex dan ingin rasanya Alex menembak sahabatnya ini. "Sialan kamu Alex, kamu ini benar-benar gila, lihat apa yang kamu lakukan, hah! Kamu membiarkan dia seperti ini, bukannya membawa dia ke rumah sakit, kemana akal sehatmu, hahh! Kalian cepat bawa dia ke rumah sakit. Kenapa denganmu, Alex. Dua kali kamu menabrak dia, kamu tidak ingat dia siapa?" tanya Ryan yang kesal karena Alex lagi-lagi menabrak wanita yang sama dan dengan motor yang sudah dia beli sebagai ganti motor yang Alex tabrak. "Aku tidak tahu dan tidak lihat juga. Itu semua salah sendiri. Siapa suruh dia menyeberang begitu saja," jawab Alex dengan tenang."Kali ini,
"Tuan Cakra, anda di sini? Wah, tidak menyangka Anda ada di depan saya dan kalau boleh tau Anda sedang apa di sini?" tanya orang yang memanggik Cakra dan dia adalah Maria. Maria benar-benar membuat Cakra naik darah, dia baru saja mendapatkan hasil kesehatan Alena yang buruk sekarang dia dipertemukan oleh Maria yang menjadi musuhnya. Cakra tahu siapa dia, untuk itu Cakra tidak lagi memperdulikan wanita ini. Cakra berdiri dan berjalan menjauhi Maria. Dia tidak mau masuk ke dalam kamar takut jika Alena di sakiti. Cakra memberikan kode kepada anak buahnya dengan lirikan matanya. Anak buah Cakra yang mengetahui hal itu hanya diam dan memberikan kode dengan kedipan mata. "Tuan Cakra, saya belum selesai bicara, kenapa Anda pergi begitu saja. Itu tidak sopan namanya. Tuan, saya mau katakan kepada Anda untuk bekerja sama dengan Anda, tolong mengertilah sedikit," pinta Maria.Mendengar perkataan dari Maria, Cakra hanya senyum sinis. Dia tidak mau bekerja sama dengan Maria apapun itu kondis
Cakra berbalik dan ternyata Mika. Dirinya yang baru saja hendak ke kantin melihat Cakra ayah mertuanya sedang berdua dengan asisten pribadinya yang tidak lain ayah dari Dio. Muka mendengar semuanya. Untuk itu, dia muncul dan mengatakan kalau dia tau siapa yang membunuh Edo. "Apa maksud kamu, nak? Apa kamu tau siapa yang membunuh Edo?" tanya Cakra menatap menantunya Mika.Mika berjalan ke arah keduanya dan menganggukkan kepala. Dia tau betul siapa yang sudah membunuh Edo. Walaupun dia berada di rumah sakit dia bisa menyelidiki semuanya. Cakra menatap ke arah Mika dan berharap Mika memberitahukan dia agar lebih memastikan kalau dia bukanlah pembunuhnya. "Wanita itu yang melakukannya," jawab Mika. "Wanita mana?" tanya Arvin. "Wanita yang tadi kalian berdua temui, itu pelakunya. Apa kalian tidak diberitahu oleh yang lainnya?" tanya Mika kepada keduanya. Mereka berdua menggelengkan kepala karena tidak ada yang mengatakannya. "Mungkin mereka lupa, Tuan kasih tau kepada kita. Mika kamu
"Kalian kenapa ada di sini? Kalian harusnya pergi ke sana kenapa bisa ke sini?" tanya Cakra kepada tamu yang datang ke ruangan Alena. "You jangan melupakan i. I ini sangat merindukan you. Kenapa you bermanis-manis ria? Apa you tidak tau kalau i ini tidak bisa jauh dari sahabat i yang manis bagai gula merah ini, minggir you. Alena, i sayang you. You sayang i tidak?" tanya Luna. Yang datang ke ruangan Alena Cakra dan yang lainnya. Dan dirinya bersama dengan Kenzi, Kiano dan lainnya mereka ingin menjenguk Alena sekalian mereka mau mengatakan sesuatu kepada Cakra. Arvin kembali lagi dan menatap ke arah Cakra. Luna berjalan ke arah Cakra dan duduk tepat di samping ranjang Alena. Dia sedih karena Alena sakit terlebih lagi wajah Alena pucat. Kenzi dan Kiano juga istri Kenzi ikut mendekati ibu mereka. Alena terharu karena melihat ibu mereka sudah sadar. "Kalian baru datang menjenguk, Mommy? Kenapa Mommy merasa kalau kalian tidak peduli dengan Mommy. Mommy sangat sedih karena kalian menga
Semua orang memandang ke arah Kahfi dan tentu saja mereka semuanya menunggu apa yang Kahfi ingin katakan kepada mereka. "Apa yang terjadi, Kahfi?" tanya Pasha kepada anaknya. "Oh, ini markas Alex habis aku lenyapkan. Bagaimana keren tidak? Sekarang, mafia sedang dalam kekacauan yang sangat hakiki dan tentu saja mereka tidak akan bisa melawan klan mafia kami," jawab Kahfi."Kenapa you hancuri markas mereka, bukannya mereka tidak mengganggu klan kita? Kenapa you buat markas mereka hancur, apa you sengaja agar mereka semua mengejar kita?" tanya Luna kepada Kahfi. "Aku memang sengaja melakukan itu, aku ingin dia keluar dari sarangnya karena selama ini dia selalu saja membuat kekacauan apa paman tahu dia ingin menyerang markas kita jadi sebelum dia menyerang markas kita, lebih baik kita serang saja balik," jawab Kahfi membuat Luna terkejut mendengar perkataan dari Kahfi. "Maksudmu mereka mau menyerang kita?" tanya Kiano. Kahfi menganggukkan kepala. "Iya benar, kalian tahu kenapa dia