Share

Mulainya Serangan

Malam Jumat Kliwon itu akhirnya datang juga. Seperti perintah Bi Tinah. Malam ini mereka akan membakar baju gamis.

Dua wanita tersebut memutuskan untuk menginap di rumah Bi Tinah saja. Walaupun paham dengan perintah yang disuruhnya, tetapi muncul keraguan dan ketakutan. Ria dan Mak memang terkenal penakut dalam keluarganya.

Rumah lama peninggalan nenek Ria banyak memiliki kenangan. Bentuknya berupa rumah panggung. Terbuat dari kayu yang kokoh tanpa cat. Undakkan berjumlah lima anak tangga untuk naik ke rumah. Jendela besar serta lubang angin di atas pintu. Di bawah rumah terdapat beberapa kayu bakar untuk Bi Tinah memasak. Walau kompor gas sudah ada tapi ia lebih sering menggunakan tungku api. Di kiri kanan dan depan masih terdapat beberapa pohon rambutan serta mangga sehingga membuat permukaan tanah menuju rumah agak bergelombang karena akar yang bermunculan di tanah.

Malam bergulir, langit indah berhiaskan bulan yang sedang bercumbu pada bintang. Suasana yang indah sebenarnya untuk dinikmati. Namun, tidak dengan suasana yang tegang dengan hati berbalut kecemasan melanda dalam hati masing-masing di rumah Bi Tinah. Terutama Ria yang tak pernah memiliki pengalaman berbau mistis begini.

Bi Tinah duduk dengan tenang, wajahnya syahdu dengan mata bulat. Sebenarnya Bi Tinah sangat manis. Mustahil tidak ada laki-laki yang bersedia untuk menjadi suaminya. Namun, entahlah, banyak orang juga tak tahu mengapa dia lebih memilih untuk sendiri. Mungkin karena keahliannya makanya dia terlihat misterius.

Bi Tinah mulai meletakkan baju yang berlipat tersebut di dalam wadah bulat seperti mangkuk besar tetapi terbuat dari aluminium. Lalu menyirami dengan minyak. Mulutnya membaca ayat-ayat rugyah. Sebelum korek api di lemparkannya di atas baju tersebut. Ria dan Mak hanya memperhatikan dengan saksama. Wajah mereka mencerminkan rasa cemas mendalam.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status