Share

Tiga Wanita Jagoan
Tiga Wanita Jagoan
Author: MEGAWATI SOREK

Jemuran

last update Last Updated: 2021-09-06 16:49:19

"Mak, ada angkat baju gamisku yang dipake waktu kondangan Surti kemaren, Mak?"tanya Ria pada maknya yang terlihat sibuk menyapu dapur.

"Tak ada, kenapa?" Mak balas bertanya lagi.

"Enggak ada ni Mak, mana ya?" ujar Ria sambil membongkar tumpukkan kain yang baru saja diletakkan di keranjang setrikaan.

Kening Ria berkerut mengingat beberapa harian ini, berpikir di mana meletakkannya ataukah terlupa.

Ria berdiri, menuju kamar membuka lemari dan memeriksanya. Tiada menemukan pakaian yang dicarinya.

"Jangan-jangan hilang ndak ya, Mak, apa ada yang mencurinya ya?”

"Ingat-ingat dulu, iya dicuci ndak tadi? atau tergantung di lemari tak?"

"Cuci kok, Mak," pungkas Ria cepat.

Baju gamis itu adalah baju kesayangan gadis berambut panjang. Nyaman dipakai karena bahannya yang adem walaupun harganya tidak terlalu mahal. Warnanya polos serta lembut, sehingga sangat mudah memadukan dengan jilbab warna lain.

Hati gadis itu tak tenang, maknya pun ikut-ikutan mencari sampai membongkar susunan bajunya juga. Mungkin terselip pikirnya.

Akhirnya mereka sampai pada kesimpulan, baju Ria telah hilang dicuri saat dijemur. Mereka menduga hal itu bisa jadi pemulung yang lewat atau preman remaja kampung yang iseng. Mak menyarankan agar Ria ikhlas akan barang yang telah hilang. Mungkin sudah tidak rezeki kata beliau memberikan nasihat bijaknya pada Ria.

Kondisi rumah yang padat, mereka tinggal di daerah kontrakan berleret enam petak. Jemuran semuanya berada di posisi belakang rumah. Semuanya penuh dengan penyewa. Dari sekian rumah tersebut yang sepantaran dengan Ria tidak ada. Kebanyakan penghuninya adalah pasangan yang baru menikah serta memiliki anak kecil-kecil. Ria dan Mak hanya tinggal berdua karena Ria adalah anak yatim sejak usia dua belas tahun silam.

Beberapa hari kemudian, di saat Ria sudah melupakan kejadian tersebut. Pagi sekali, saat Ria membuka pintu depan, ditemukan bungkusan plastik bening yang di dalamnya terlihat baju gamis Ria berlipat dengan rapi. Wangi parfum semerbak, ketika bungkusan itu dibuka. Di antara lipatan baju tersebut ditemukan kertas selembar dengan tulisan tangan menggunakan huruf kapital "MAAF, BAJUNYA KUPINJAM, TERIMA KASIH."

Ria dan maknya menjadi heran setengah mati. Menduga-duga siapa yang melakukan perbuatan tersebut. Apa maksudnya? Mengapa meminjam dengan cara begini? Lalu mengembalikannya?

***

"Assalamualaikum, Ria" terdengar suara yang tak asing di pintu.

"Waalaikumsalam, Bi. Masuk, Bi, dari pasar ya, Bi?" 

"Iya, mana makmu?" tanyanya sembari menyerahkan sebungkus jeruk. Menghempaskan bokongnya ke kursi usang ruang tamu.

"Masih ngosok di rumah Bu Asih, Bi. Kayaknya bentar lagi pulang kok, dah lama soalnya," jawab Ria sambil berlalu ke dapur menyalin jeruk ke dalam mangkok membawanya kembali ke ruang tamu. Setelah menyediakan minuman dingin untuk Bibi. Ria duduk di sampingnya mengupas jeruk.

Bibi Tinah adalah adik satu-satunya mamak Ria. Mereka hanya dua bersaudara. Diusianya yang kepala tiga ke atas masih sendiri. Ia tinggal di rumah peninggalan nenek berkisar lima ratus meter dari rumah kontrakan Ria. Jika Ia ke pasar akan melalui rumah kakaknya, sehingga sering singgah. Kerjaannya hanya dirumah menunggu para tamu yang berobat. Ia memiliki kemampuan supra natural yang tinggi. Sehingga bisa mengatasi masalah tanpa masalah, eh itu slogan pegadaian ya. Hehehe.

Tak berselang beberapa saat Mak pulang.

"Udah lama, Nah?" sapa Mak.

"Barusan, beli keperluan untuk satu mingguan tadi. Ni uang tuk nambah belanja," Bibi Tinah menyerahkan beberapa lembar uang merah kepada Mak.

"Alhamdulillah, murah rezekimu, Nah. Makan siang sinilah. Tadi pagi dah banyak masak ni," tawar Mak.

"Mau cepat ini, nanti ada orang datang. Lanjutan ngambil obat," tolak Bi Tinah.

Mak Ria menceritakan perihal baju yang hilang dijemuran dan dikembalikan lagi dalam keadaan utuh.

"Mana bajunya, bawak sini!" pinta Bi Tinah dengan tampang wajah serius.

Bergegas Ria melangkah ke kamar, mengambil baju gamis tersebut dari lemari. Menyerahkannya pada Bi Tinah.

Bi Tinah yang menerima baju tersebut dengan hati-hati mengeluarkan dari plastik bening. Wajahnya berubah tegang. Matanya terpejam serta mulutnya komat-kamit. Ria beserta maknya yang melihat hal itu hanya diam. Menunggu Bi Tinah melakukan terawangan.

"Astagfirullah!" seru Bi Tinah keras seiring matanya terbuka. Ria dan Maknya pun menjadi terkejut.

"Jangan dipakai lagi baju ini, Ria. Bakar pada malam Jum'at Kliwon dengan bacakan ayat ruqyah, ambil pena biar biBi catatkan ayat-ayatnya," titahnya cepat.

Mak dan Ria tambah jadi penasaran dengan instruksi yang diberikan oleh Bi Tinah. Namun, tak urung langkah Ria cepat mengambil pena dan kertas.

"Memangnya kenapa sama baju ini, Nah?" tanya Mak mewakili penasaran Ria juga.

"Baju ini, dikembalikan balik dengan ada ajian 'serep jiwanya' jika di pakai oleh Ria. Makanya Ria akan berada pada kendalinya. Ini orang sepertinya ingin balas dendam padaku dengan meminjam jiwa Ria," terang Bi Tinah dengan rahang mengeras, matanya menyipit memandang lurus ke depan.

"Kemungkinan ini adalah dia marah karena aku berhasil membuat hancur teluhnya pada pasienku. Cuma aku tak tahu dari arah mana ini. Ada lapis gelap menutupi. Untungnya kakak cerita ini padaku. Kalau tidak Ria dalam bahaya," jelas Bi Tinah panjang lebar.

Ria dan Mak bergidik ngeri. Mak menyimpan kertas yang berisi catatan. Ria hanya terdiam dan sangat merasa bersyukur. Untung baju tersebut belum ada Ria pakai setelah menerimanya kemarin.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tiga Wanita Jagoan   Paman Tiok Menyesal

    Setelah bertanya pada bagian informasi. Ria menuju lantai atas rumah sakit ruangan VVIP menggunakan lift. Melangkah dengan keraguan serta bagaimana ia nantinya harus bersikap terhadap pamannya.Setelah menemukan ruangan Paman Tiok. Pamannya tersebut hanya minta berbicara berdua saja. Bi Tinah dan Bi Laila beriringan ke luar ruangan. Sedangkan Bi Wulan dan Clara seperti tak rela jika tidak ikut mendengar apa yang akan mereka bicarakan. Mereka sangat penasaran. Sayangnya Paman Tiok tetap menyuruh mereka keluar.“Ria,” lemah suara paman Tiok. “Sebenarnya kamu berpihak pada siapa? Paman ini adalah adik satu-satunya dari Bapakmu dan kau tega bekerja pada musuh pamanmu.”“Hm, itu-“ Ria mencoba berpikir mencari kata-kata yang pas untuk berbicara.“Apa?”“Itu, paman. Aku tak tahu jika kalian bermusuhan. Setahuku di pesta hotel itu bukankah kalian merger ya?” tanya Ria dengan memasang wajah polosny

  • Tiga Wanita Jagoan   Playboy Tak dianggap

    Om Tiok segera dilarikan ke rumah sakit. Bi Tinah dan Bi Laila yang saat kejadian masih menginap di rumah mereka ikut serta mengantar ke rumah sakit. Sedangkan Ria sore itu belum berada di rumah. Gadis itu masih berada di kampus, masuk kuliah dijadwal siang. Diagnosis dokter Om Tiok mengalami gangguan pada jantungnya dan oleh dokter harus diopname beberapa hari sampai pulih. Serta tetap melakukan rawat jalan nantinya. Clara dan Bi Wulan begitu panik dan cemas. Mereka berharap kejadian ini tak pernah terjadi. Kondisi perusahaan yang hampir terpuruk dan ditambah lagi kondisi kesehatan yang buruk. Bi Tinah dan Bi Laila bersikap memberi dukungan serta mendoakan agar Om Tiok segera sehat seperti sedia kala. Mata Om Tiok yang semula terpejam mulai terbuka secara perlahan. “Papa!” Clara mendekati brankar. Mata kedua gadis itu berkaca-kaca. Bi Wulan pun melakukan hal yang sama. Mama Clara tersebut mengengam tangan suaminya. “Ria

  • Tiga Wanita Jagoan   Baku Tembak II

    Afran mengangkat wajah dan kesempatan itu digunakan oleh asisten Om Tiok melepaskan tembakan ke arah Afran. Beruntung saja, tangan Ria lebih cepat menyerang dengan menyentak pergelangan tangan itu, sepersekian detik sebelum menarik pelatuk dengan telunjuknya. Amunisi yang keluar dari ujung laras pistolnya meleset, dan hanya memecahkan vas bunga di sudut ruangan.Tanpa menyia-nyiakan waktu Ria kembali menyerang. Kali ini gadis itu mencengkram lengan asisten Om Tiok. Bagas juga sibuk membawa Om Tiok menepi ke sudut ruangan dan mengunci pergerakan lelaki itu.“Bersihkan semuanya,” perintah Bagas kepada pasukan timnya yang di luar.Secepat kilat pria berambut belah tengah itu berlari ke arah asisten om Tiok yang berusaha meraih pistolnya yang tergeletak di lantai. Bagas menarik pelatuk pistol G2nya. Suara letusan senjata api menggaung di udara bersamaan dengan suara erangan dari pria yang terkapar di lantai. Pria itu mengerang kesakitan. Tangan kir

  • Tiga Wanita Jagoan   Baku Tembak I

    “Melihat rincian hari rapat hari ini yang tidak begitu bagus, sebaiknya Bapak bersiap akan kemungkinan terburuk.” Asisten Om Tiok mengingatkan bosnya itu dengan hati-hati. Om Tiok yang berwajah kelam melakukan tarikan napas dalam. “Atur pertemuan tertutup dengan Afrandio, pria itu harus menerima pelajaran akan ulahnya ini.” Om Tiok memerintahkan pada bawahannya tersebut. Ria menerima perintah untuk ikut serta. Sebenarnya Bi Tinah tidak setuju karena niatnya akan mengajukan pembatalan kontrak. Namun, urung karena kemarin belum berhasil menemui Afran secara langsung. Bertolak belakang dengan Bi Laila yang masih memberi kesempatan untuk Ria menambah pengalaman bertualang memicu adrenalin katanya. Afran bersama Ria serta Bagas memenuhi undangan Om Tiok untuk datang pada sebuah tempat pertemuan berupa resort di pinggiran kota. Penjagaan begitu terlihat jelas, beberapa pria pasukan keamanan Om Tiok siaga. Terletak di sebuah lahan yang luas. Bangunan i

  • Tiga Wanita Jagoan   Pengaruh Pemberitaan

    Afran melemparkan Koran yang diserahkan oleh Bagas itu dengan kesal. Pemberitaan yang membuat emosinya naik. Berita heboh terbaca pada deadline surat kabar maupun pemberitaan media elektronik. Terlihat sebuah foto yang terlihat vulgar. Foto Afran dan Clara bersisian sedang berjalan dan satu lagi foto ketika Afran membuat napas buatan. Judul besar : Akankah Pewaris MT Company Grup dan Afrandio Company Grup akan bersatu. “Segera hapus cepat pemberitaan-pemberitaan itu dengan cepat. Tim bekerja harus cepat, cek ip asal berita, lakukan tekanan. Naikkan berita tentang skandal Pak Tiok. Agar sahamnya segera turun,” perintah Afran dengan cepat. “Siap!” Bagas segera menepi serta terlihat sibuk memberi intruksi melalui earphone ht berkomunikasi dengan markas. Sedang Afran menyandarkan punggung serta mengoyang kursi singgasananya dengan pelan. Ia tak menduga juga akan rencana Clara. Untungnya dia telah dulu mempersiapkan hal lain dengan matang. P

  • Tiga Wanita Jagoan   Mimpi dan Aksi Clara

    Mata beriris hazel itu mengerjap. Afran mendesah panjang. Liburan terpaksa ini begitu menyiksa baginya. Clara yang berada di kamar sebelah begitu merepotkan. Malam tadi ia baru saja membawa gadis itu ke club. Ternyata ia baru tahu untuk urusan minum, gadis itu jago mabuk. Berbeda dengannya yang masih bisa terkontrol. Ia sadar tal boleh lepas kendali akibat minuman keras. Ia melirik jam digital di atas nakas, angka telah menunjukan ke 11 : 45, mendekati tengah hari. Pantas saja perutnya mulai bernyanyi minta diisi. Malam tadi ia kembali ke kamar hampir dini hari, setelah mengantar Clara ke kamarnya. Anehnya lagi Afran mimpi yang tak pernah diduga untuk pelepasan hormon testosterone bersama Ria. Mimpi itu begitu terasa menjiwai. Membuat ia merasa jengah sendiri. Mengapa celana mesti basah karena mimpi dewasa dengan gadis kampung pikirnya. Ia pun beranjak ke kamar mandi. Menguyur tubuhnya agar terasa segar. Bahkan ia berlama-lama meletakkan kepala pada guyuran shower un

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status