Share

Chapter 5

Seorang pemuda berkulit pucat terus memutar-mutar pulpen di tangannya. Tatapannya menerawang lurus ke depan, entah apa yang sedang ia pikirkan. Dantae tidak fokus sejak tadi, dan ia yakin penyebabnya tak lain adalah sebuah tawaran dari Wooseok beberapa hari yang lalu. Gila, pemuda bermata sipit itu menyuruhnya untuk menjadi cover di katalognya bulan depan. Bukannya Dantae tidak senang, tapi masalahnya, dia tidak suka tampil di depan publik. Bahkan hanya sedikit dari para penggemar yang mengetahui wajah aslinya, itu pun setengah tertutupi topi.

Pemuda yang berasal dari Daegu itu membuang nafas dan mengacak pelan surainya yang  berwarna mint. Sudah hampir tiga puluh menit ia membiarkan kertas itu tetap bersih. Tidak, ini tidak boleh terus terjadi atau dia tak akan bisa menghasilkan satu lagu pun hari ini.

Pintu studio dibuka oleh seseorang, menyebabkan udara masuk dari luar karena ia tak cepat-cepat menutupnya lagi. Sosok Ji Seojin terlihat rapi dengan balutan dress putih dan sepatu hak tingginya yang mengkilap. Ia melambaikan tangannya pada Dantae. Sang rapper membiarkan wanita cantik itu memasuki studio dan duduk di sebelahnya. Seojin melengkungkan sebuah senyum manis sambil menyibak rambutnya.

"Siang, Dantae-ya. Wajahmu terlihat sangat kusut." Wanita itu menusuk-nusuk pipinya, membuat kulit pucat itu bergerak pelan.

"Hentikan, Seojin-noona. Aku lelah." Ia bisa mendengar suara tawa Seojin yang kemudian memenuhi studio. Dantae sudah bisa menebak apa yang akan Seojin lakukan jika ia berkunjung di jam makan siang begini.

Alasannya selalu sama, Kang Wooseok.

"Di mana Wooseok?" Benar, kan. Insting Dantae selalu tepat.

Yang lebih muda membuat gestur dengan menunjuk ruangan lain yang ada di dalam sana. Seojin kemudian mengerti dan menepuk singkat pundaknya, berlalu pergi dengan riang.

"Woosoek-ah~"

Oh, tolong lindungi telinga Dantae dari drama cinta sepihak lainnya siang ini. Ia sangat muak.

****

Suasana dalam ruangan itu begitu sepi, hanya terdengar goresan kasar pada lembaran kertas yang sejak tadi memenuhi meja. Myungsuk dan Jihyun sudah membagi tugas selama seminggu ini. Jihyun yang akan membuat plot serta menggambar kerangka, dan Myungsuk yang akan membuat gambar jadinya. Pada dasarnya, Myungsuk suka anime Jepang, sedangkan Jihyun merasa baik untuk mengambil tema manapun. Pada akhirnya, mereka mencoba untuk menggunakan style gambar Manhwa—komik Korea, bukan Manga—komik Jepang.

Dua teman baru itu sepakat untuk mengirimkan naskah mereka ke penerbit bulan depan paling lambat. Dengan deadline tugas kuliah yang lumayan banyak, mau tak mau mereka harus rela membagi waktu. Kadang-kadang, Jihyun maupun Myungsuk bermalam di studio gambar milik bibi dari komikus Yeosong Bunny itu.

Ngomong-ngomong soal Yeosong Bunny, Jihyun jadi penasaran seperti apa orang itu. Dia tidak habis pikir jika komikus favoritnya adalah gadis SMA, dan dia pacar dari seorang ulzzang berkarakter unik seperti Myungsuk.

Myungsuk terlalu konsentrasi dan lagi-lagi tak menggubris ponsel pintarnya yang sudah bergetar sejak tadi. Jihyun sudah berkali-kali memanggilnya, namun pemuda itu hanya menggeleng.

"Demi Tuhan, Myungsuk. Bisakah kau mematikan ponselmu jika memang tidak mau mengangkat panggilan masuk itu?" Jihyun tetap tak mengalihkan fokusnya dari kumpulan kertas yang sedang ia cek kembali. Jujur, ia terlalu malas untuk sekedar memandang wajah temannya itu. 

Yang dipanggil hanya berdecak malas dan akhirnya bangkit dari kursi yang sudah ia duduki hampir tiga jam.

"Halo-" Myungsuk dengan enggan mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja dan segera mengangkat panggilan masuk dari seseorang.

"Oh, Namshin-sunbae." Alis Jihyun bertaut mendengarnya. Nama asing milik siapa lagi kali ini.

"Siaran hari ini? Tentu, aku ingat. Dua jam lagi aku berangkat ke Daegu."

"Ya, aku mengerti. Baiklah, sampai jumpa."

Sepertinya si ulzzang sudah memutuskan panggilan itu. Dahinya mengernyit sekarang. Rupanya ada puluhan panggilan tak terjawab memenuhi ponselnya, dan itu berasal dari dua orang yang sama. Orang pertama tentu adalah seseorang yang barusan bicara dengannya. Kalau yang kedua, Jihyun sudah bisa menebak siapa pelakunya.

Tentu saja Nona Yeosong Bunny.

Jihyun ikut bangkit dari duduknya, meregangkan ototnya sebentar kemudian menghampiri Myungsuk.

"Kau berbicara dengan siapa barusan?" Pemuda Daegu itu langsung mengalihkan pandangannya ke arah Jihyun, dia memiringkan kepala, tak mengerti.

"Jihyun-ah, kita harus mengirimkan naskah chapter petama satu jam lagi. Aku akan segera pulang ke Daegu dua jam dari sekarang."

Nah, ide gila apalagi ini, Hyun Myungsuk? Demi Tuhan, Jihyun lelah.

"Gila. Kau pikir kita bisa menyelesaikan naskah secepat itu?" Manik Jihyun bergulir untuk sekedar menatap ngeri pada puluhan kertas yang memenuhi meja besar di belakang mereka.

Myungsuk mengangguk mantap. "Tentu saja. Lagipula tinggal dua halaman, kan? Kita pasti bisa menyelesaikannya. Ini kan komik pendek, baru peercobaan." Pemuda itu mengingatkan Jihyun pada rencana awal mereka.

Lawan bicaranya kemudian mengalihkan pandangan, menatap Myungsuk lagi.

"Myungsuk, apa kau yakin naskah kita akan diterima?" Jihyun bertanya tak yakin. Kedua bahunya kemudian terasa berat, Myungsuk mendaratkan telapak tangannya di sana.

Ia kembali mengangguk. "Aku yakin, Jihyun-ah. Kita pasti bisa." Ucapan Myungsuk cukup menenangkan, ia berhasil membuat gadis berambut merah muda itu mengangguk ragu setelahnya.

"Kita buktikan perkataanmu, Myungsuk."

****

BRAK.

Suara lemparan kertas di atas meja itu terdengar begitu ngilu di telinga dua sahabat yang baru saja singgah di tempat penerbitan siang ini. Sekarang seorang pria berwajah dingin tengah memandang tak suka ke arah mereka. Myungsuk hanya mampu tersenyum tipis, sedangkan Jihyun sudah was-was sendiri. Matanya yang sipit menatap waspada pada seorang pria yang pernah ia lihat di seberang jalan satu minggu yang lalu.

Jihyun bahkan tidak yakin wajahnya sedingin ini. Senyumannya sungguh menipu tempo hari.

"Ini naskah kalian berdua?" Ekor matanya melirik Myungsuk, membuat pemuda itu segera mengangguk kaku.

"Kami mengerjakannya bersama. Dia yang menciptakan plot, kemudian aku yang menggambar." Myungsuk melirik Jihyun sekilas, ia ikut mengangguk.

Pria di hadapan mereka adalah kepala editor Jang Beomgyu. Ia terkenal ramah dan royal pada bawahannya di luar jam kerja. Tapi saat jam kerja masih berlangsung, ia dikenal cukup kejam dan sangat teliti. Karena ide nekat Myungsuk, sekarang pria itu tengah menatap serius keduanya.

"Dengar, naskah kalian bisa saja diterbitkan. Tapi, menurutku ini masih terlihat seperti novel. Kau harus lebih mendetailkan bagian-bagian ini." Beomgyu menandai bagian-bagian yang masih harus diperbaiki dengan bolpoin merahnya. Myungsuk dan Jihyun memperhatikan dengan seksama dan sesekali mengangguk.

"Idol Championship ... judulnya lumayan menarik. Komik ini bergenre sport dengan sedikit bumbu action, eh? Tapi kurasa, untuk pemula sebaiknya gambar saja Manhwa dengan mengusung plot romantis." Ia memainkan bolpoinnya.

"Jaman sekarang orang akan lebih puas dengan penggambaran yang detail dan cerita cinta yang mendebarkan-"

"-Perbaiki ini semua dan akan kupertimbangkan." Senyuman mulai tampak di wajah Beomgyu, walau samar. Mereka mengangguk lagi dan segera mengambil naskah di tangan Beomgyu.

"Akan kami perbaiki, Beomgyu-ssi. Terima kasih." Myungsuk berkata lebih dulu, kemudian Jihyun juga ikut mengucapkan terima kasih. Setelah menerima respon anggukan dari sang kepala editor, keduanya segera membungkuk hormat dan pergi dari sana.

Setelah kepergian mereka, diam-diam sang kepala editor melengkungkan sebuah senyuman manis di wajahnya.

"95liner, nama pena macam apa itu ... lucu sekali, astaga! Aku harus menceritakannya pada Dantae-hyung kalau dia mampir nanti."

****

Sunmi mendelik tak suka ke arah layar ponselnya yang masih menyala. Di sana nampak wallpaper ketika ia dan Myungsuk sedang makan berdua. Hari ini rasanya ia ingin sekali mencoret wajah kekasihnya itu. Myungsuk sama sekali tak menerima satu panggilan darinya sejak tadi pagi. Beberapa menit yang lalu, Myungsuk malah mengirimkan sebuah pesan singkat pada Sunmi yang memberitahukan bahwa ia sedang sibuk menggambar komik.

Sunmi tidak mempermasalahkan soal komik. Tapi ada sesuatu yang membuatnya panas sekarang. Baru saja ia membuka sosial media dan menemukan kiriman Myungsuk. Pemuda itu tengah berpose bersama sosok asing yang Sunmi yakini sebagai Bae Jihyun. Mereka tersenyum begitu riang dan mengabaikan orang yang berada di sekitar mereka. Sunmi bahkan tidak menyangka Myungsuk hanya akan mengarahkan auto fokusnya ke arah mereka dan memilih memblur objek lainnya. Tangan pemuda itu merangkul pundak Jihyun dengan akrab, dan ujung kepala mereka saling menempel.

"Pose macam apa ini, seperti kembar siam!" Sunmi menggerutu seraya mengetikkan sederet kalimat nista di kolom komentar. Biar saja kekasihnya itu membacanya, ia kesal dengan Myungsuk hari ini

Gadis Busan itu sangat penasaran, apa sebenarnya yang membuat Myungsuk lebih betah berlama-lama dengan Bae Jihyun. Jika diperhatikan dari foto, rasanya Sunmi yakin ia jauh lebih cantik dari gadis bernama Bae Jihyun itu. Ia kembali membaca caption yang Myungsuk buat di sana.

MyunsukHyun

[Photo]

Hari ini chapter pertama dari naskah komik kami sudah selesai. Segera mengirimkannya ke penerbit. Kami akan berjuang!

Tunggu komik kami terbit, ya :)

Hubungi kami jika ingin menyampaikan sesuatu~

[l**k] [l**k]

#HyunMyungsukDisini

#AkuBersamaDenganTemanku

#JihyunssiAdalahOrangYangSangatBaik

Sunmi menautkan alisnya, ia yakin l**k yang Myungsuk kirimkan adalah alamat blog mereka masing-masing. Dengan cekatan, Sunmi memencet keduanya dan mulai melihat blog milik Jihyun. Tatapannya bergulir menelusuri sesuatu, dan senyuman sinis langsung memenuhi wajahnya saat menemukan salah satu postingan Jihyun.

Gadis itu tengah merekomendasikan komik berjudul Busan In Action miliknya ke publik.

"Mudah bagiku untuk mencari informasi." Jarinya dengan cepat mengetik sesuatu dan mulai mengirimkan sebuah email pada Jihyun. Sunmi mengira gadis itu akan membalasnya dalam hitungan menit, namun ternyata Jihyun membalasnya lebih cepat.

Dia pasti sedang online sekarang, pikirnya.

KimSunmi xxxx

Halo, benar kau adalah Bae Jihyun?

BaeJihyun95 xxxx

Selamat siang. Wah, Nona Yeosong Bunny! Benar saya Jihyun. Ada perihal apa anda menghubungi saya?

Sunmi terkekeh membaca deretan kalimat itu. Orang ini benar-benar naif, pikirnya. Sejak kapan orang yang lebih tua berbicara sesopan itu pada seorang bocah labil sepertinya.

KimSunmi xxxx

Jangan terlalu formal begitu. Aku hanya ingin memberi ucapan selamat karena sebentar lagi kau akan debut sebagai komikus.

BaeJihyun95 xxxx

Darimana anda tahu? Saya sangat mengagumi anda. terima kasih banyak, Yeosong-nim.

KimSunmi xxxx

Aku membaca postingan temanmu. Terima kasih kembali. Mau bertemu? Aku kosong sore ini.

BaeJihyun95 xxxx

Anda serius, Yeosong-nim? Tentu saja saya tidak akan menolak.

KimSunmi xxxx

Serius. Kutunggu di Coffee Shop Myday dekat Kantor Penerbit BoRa jam empat sore. Datang tepat waktu, ya. Sampai jumpa di sana.

Sunmi segera menutup halaman itu setelah percakapannya selesai. Ia benar-benar penasaran seperti apa Bae Jihyun itu. Wallpaper di ponselnya kembali tampak saat ia menekan tombol home, menampilkan senyum manis Hyun Myungsuk. Sunmi tersenyum sinis ke arah foto kekasihnya.

"Akan kubalas kau hari ini, Oppa."

****

Jihyun menunggu dengan gusar sore ini. Secara tiba-tiba, komikus favoritnya mengirimkan email dan mengajaknya bertemu. Wow, ini satu langkah maju yang efektif. Ia baru saja mengirimkan naskah tadi siang dan sekarang Yeosong Bunny sudah mengajaknya bertemu.

Ia bercermin lebih lama hari ini. Merapikan tatanan rambutnya dan menyetrika sweater serta jaketnya agar tetap rapi. Bisa saja kan Yeosong Bunny adalah seorang yang mencintai kerapian, jadi dia menjaga penampilannya.

Untuk bertemu langsung dengan idola tidak boleh setengah-setengah. Jihyun bahkan rela membuat riasan wajahnya semenarik mungkin agar Yeosong Bunny senang melihatnya. Dan sebagai bonus, ia juga sudah memesan segelas cappuccino untuknya dan segelas iced americano untuk Yeosong Bunny. Jihyun pernah baca di komik Busan In Action volume 2, Yeosong Bunny bilang ia menyukai iced americano.

Ah, dia pasti orang yang sangat berwibawa dan sangat cantik tentunya.

Saat pintu Coffee shop terbuka, loncengnya berbunyi dan suara derap kaki berdatangan dan keluar. Ada derap kaki yang mendekat ke arah Jihyun, gadis itu sudah bisa menebak siapa orang itu. Ia membenahi posisi duduknya, kemudian mengalihkan pandangannya ke depan. Senyum yang terpatri di wajahnya sejak tadi langsung pudar dan berganti dengan raut heran saat seorang gadis berusia sembilan belas tahunan melangkah dengan begitu yakin ke arahnya dan segera duduk di kursi seberang meja. Gadis itu terlihat menyamankan posisi duduknya, lalu menatap Jihyun dengan senyum tipis.

"Hai, maaf terlambat lima menit."

Jihyun diam saja saat gadis muda itu memiringkan kepalanya dan mengulas senyum yang lebih lebar.

"Maaf, sepertinya kau salah meja. Aku sedang menunggu Nona Yeosong Bunny." Jihyun berkata sambil menunjukkan sebuah komik berjudul Busan In Action di tangan kanannya.

Dahi Sunmi berkerut. Ia menyibak rambutnya ke belakang dan menatap Jihyun dengan tatapan yang aneh.

"Apa maksudmu? Aku ini Yeosong Bunny," jawabnya agak ketus.

Jihyun masih memaku di depannya, benar-benar bingung bagaimana merespon gadis muda ini.

"Ekspresimu itu kenapa? Aku benar-benar Yeosong Bunny." Ia menggerak-gerakan jari telunjuknya. Jihyun terperangah.

"Be-benarkah? Wah, tidak kusangka kau masih sangat muda." Jihyun tertawa canggung, mencoba membuat atmosfir menjadi lebih bersahabat. Ternyata Yeosong Bunny favoritnya punya wajah yang sangat lucu.

"Memang apa yang kau harapkan? Seorang Ahjumma dengan wajah keriput dan rambut beruban?"

Jihyun yakin yang ia dengar selanjutnya bukanlah sebuah kalimat bernada halus seperti sebelumnya. Intonasi bicara Yeosong Bunny itu berubah menjadi sangat dingin dan tajam.

"Jadi kau yang bernama Bae Jihyun? Cih." Bahkan ia mendecih ke arahnya sambil mendelik.

Oh, Tuhan. Cobaan apalagi ini.

Jihyun tentu sadar gadis yang mengaku Yeosong Bunny itu tengah menatapnya begitu tajam dan seolah memperhatikan penampilannya sangat lekat. Ia membuat gestur tak suka, seolah-olah Jihyun adalah musuhnya.

"Rambut merah muda dengan pipi seperti bakpao daging begitu, sungguh tidak menarik!"

Jihyun tidak tahu apakah sekarang gadis itu sedang mencoba untuk menghinanya atau hanya bercanda. Lagipula apa-apaan ucapannya barusan, seharusnya dia sadar kalau pipinya juga seperti bakpao daging.

"Berhenti bersikap sok baik, kau sangat-sangat jauh sekali jika dibandingkan denganku." Gadis itu memiringkan kepalanya dan tersenyum mengejek.

Jihyun diam saja, dia bingung dengan apa yang sedang terjadi. Suara setenang air itu memenuhi indra telinganya dan menciptakan beribu tanda tanya dalam benaknya.

'Bocah ini ... beneran Yeosong Bunny?'

"Matamu kecil dan pipimu benar-benar chubby."

Suara itu semakin memenuhi indra pendengarannya.

"Jelek, pendek-"

Selesai sudah. Sekarang Jihyun benar-benar emosi karena bocah ini dengan seenak jidat menghinanya di depan umum. Beberapa pasang mata bahkan melirik ke arah mereka sekarang.

"Apa maksudmu berkata seperti itu padaku? Kau pasti bukan Yeosong Bunny!" Jihyun berusaha membela diri dan segera bangkit dari duduknya.

Gadis itu mengikuti gesturnya, berdiri dengan wajah sinis kemudian melipat kedua tangannya depan dada dengan arogan. Menyebalkan.

"Bocah labil sepertimu tahu apa soal penampilan." Ia menunjuk-nunjuk wajah Sunmi dengan tangannya.

"Tidak sadar diri, bakpao daging!"

Sunmi merasa emosinya semakin meluap-luap sekarang. Gadis aneh ini ternyata tidak bisa diajak bicara baik-baik, pikirnya. Sedangkan menurut Jihyun, dirinya merasa dihina habis-habisan oleh seorang anak kecil.

"Penampilanmu tidak ada apa-apanya jika dibandingkan denganku. Lihat, wajahmu seperti bayi-"

SPLASH.

Peristiwa itu terjadi sepersekian detik sebelum Jihyun menyelesaikan kalimatnya. Semua mata yang memandang mereka tak berkedip sedikit pun. Dengan gerakan cepat, tangan Sunmi mengambil segelas iced americano yang tergeletak di atas meja, kemudian membuka tutupnya dan menyiramkan kopi pahit itu ke wajah Jihyun. Masih untung, tidak ada pengunjung yang merekam kejadian itu.

Jihyun memejamkan matanya sejenak, kemudian mengelap wajahnya yang basah dengan tangan. Riasan matanya luntur!!! Sialan, bocah ini mengajak perang rupanya.

"Tidak usah sok akrab denganku. Kau tahu, aku sangat tidak suka iced americano, ini sangat pahit. Menyebalkan." Sunmi melempar gelas itu ke atas meja.

"Hei! Kau mengajukan perang padaku, Bae Jihyun?" Intonasi suara itu meninggi. Oh, apalagi ini. Seharusnya Jihyun yang bilang begitu.

"Jauhi pacarku atau kupastikan kau tidak akan bisa menghirup udara bebas lagi." Jihyun lelah, Tuhan. Sejak kapan ia merebut kekasih orang. Dantae tidak pernah selingkuh, kan?

Ah, lagipula Jihyun yakin jika Dantae punya simpanan, ia tidak akan mau dengan gadis labil egois seperti ini. Dantae itu tipe pemilih, oke.

"Pacarmu yang mana? Aku tidak pernah selingkuh dengan siapapun astaga! Aku sudah punya pacar." Jihyun memijit pelipisnya, pening.

Sunmi diam selama beberapa detik sebelum akhirnya membuang nafas. Tatapan tajam kembali ia layangkan pada gadis bersurai merah muda di hadapannya.

"Pacarku, Hyun Myungsuk!"

Jelas sudah. Sekarang Jihyun tahu siapa yang menjadi biang keladi dari semua masalah ini. Lagi-lagi masalahnya menyangkut ulzzang Daegu itu.

Kalau tidak ingat gadis di hadapannya ini adalah Yeosong Bunny, mungkin Jihyun sudah menjewer kupingnya sekarang.

'Myungsuk sialan!'

****

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status