Keiko berjalan menuju halte bus, dan menunggu bus datang. Pikirannya entah melayang kemana. Dia sampai tidak mengetahui bus yang selalu dia tumpangi sudah berlalu.
"Aduh Key, pikiran mu kemana aja sih. Pe bus lewat kamu gak sadar. Sekarang kamu mau pulang naik apa coba." Gerutu Keiko pada dirinya sendiri.
Akhirnya Keiko berjalan kaki, sambil menghubungi Rasya. Namun tidak ada respon dari Rasya.
"Kamu kemana sih Sya, kenapa gak diangkat telpon ku." Keiko mendesah.
Tin.. Tin.. Tin...
Sebuah mobil warna merah melaju menghampiri Keiko.
"Naiklah." Ucap Jonatan yang berada di mobil itu.
Tapi Keiko enggan untuk naik.
"Tidak terima kasih." Jawab Keiko.
"Tidak akan ada bus lagi malam ini." Ucap Jonatan memaksa.
Keiko masih saja ragu untuk masuk mobil itu. Namun jika dia tidak masuk, tifak6akan bus yang lewat lagi. Dia tidak ingin menghabiskan malamnya kembali ke rumah sak
Terima kasih sudah setia membaca hingga bab ini. Jangan lupa mampir ke karyaku satu nya yaa "Finding You". Jangan lupa juga kasih review dan berlangganan..
Jonatan melihat kerumunan yang mengelilingi Keiko dari ruangan. Ada seutas senyuman licik di wajah Jonatan. "Kamu berani membagikan coklatku kei, Aku akan memberikan hukuman kepadamu." ucap Jonatan sambil menyeruput kopi di tangannya. Seharian Keiko menghindar dari Jonatan karena takut Jonatan akan menanyakan coklat yang dia berikan. Dia tidak punya uang lebih untuk membeli coklat untuk menutupi kesalahannya. Ketika Jonatan hendak menghampirinya, Keiko langsung menghampiri Desi atau yang lain, sehingga Jonatan tidak memiliki kesempatan untuk menghampirinya. Jonatan menyadari sikap Keiko yang menghindarinya. "Kei, bersiap, kita kan melakukan kunjungan di lantai 6." Ucap Jonatan kepada Keiko yang saat itu sedang bersama dokter yang lain. "Lantai 6?" Ucap Keiko terkejut. Lantai 6 adalah kamar VVIP untuk para pejabat dan orang yang memiliki kedudukan di Kota X. Hanya dokter senior dan perawat senior yang di ijinkan masuk ke lantai 6
"Aku hanya menginginkanmu, dan sampai kapanpun hanya kamu, tidak ada wanita lain selain kamu." Ucap Jonatan yang tiba-tiba mendekatkan wajahnya kepada Keiko. Keiko hanya menatap wajah Jonatan yang semakin dekat dengan ekspresi tegang. Melihat Ekspresi Keiko, Jonatan pun tertawa. "Kamu sangat imut Kei, ketika kebingungan menguasaimu." Ucap Jonatan. Jantung Keiko berdetak dengan cepat karena sikap Jonatan. Sedikit merasa kesal, namun ada sebongkah rasa bahagia di hati nya. Baru baru ini Jonatan begitu agresif mengejarnya, dan melakukan kontak fisik dengan Keiko. Dulu Jonatan mencintainya dengan sikap dingin dan cueknya, namun sekarang Jonatan lebih berinisiatif, dan membuat pergerakan yang Keiko tidak bisa menebaknya. Ting... Lift terbuka, Jonatan pun beranjak keluar dan mengajak Keiko keluar. "Apa kamu akan terus berada di sini." Ucao Jonatan dengan memandang Keiko yang masih mematung. Keiko terkeju
Mentari pagi bersinar terang di musim semi ini, Keiko memandang ke arah jendela dengan pikiran yang entah lari kemana. "Kei, nglamun aja, ayuk berangkat, dah telat tau!" ucap Rasya yang membuyarkan lamunan Keiko. Keiko tersenyum dan merespon sahabatnya itu. berjalan lima menit dari apartemen, Keiko dan Rasya sudah disambut oleh bus yang datang. mereka bergegas masuk bus agar tidak terlambat. Rasya menceritakan beberapa kejadian di ruang UGD beberapa hari ini, dia mengeluhkan ketidak adilan pembagian shift yang di lakukan oleh dokter kepala. "Bisa gak, kamu meminta Jonatan untuk memindahkanku dari UGD dan ikut bersamamu?"tanya Rasya menatap Keiko penuh harap. "Bukannya kamu harusnya memohon kepada Robbi kalau soal itu, Robby kan lebih dekat dan sering bertemu dengan Jonatan dibanding denganku," jawab Keiko. "Hhhhhhhh, percuma cerita denganmu," ucap Rasya jengkel. "Iya ya, nanti coba aku sampaikan ke dokter Jo. Jangan ngambek
Keiko berjalan keluar dari rumah sakit, dengan pikiran yang sedikit kacau. Dia bahkan tidak menyangka pengakit ibu nya akan menurun kepadanya. Keiko tersenyum ketir melihat nasibnya. Dia yang sekarang masih harus melunasi hutangnya kepada Tuan Hermawan, harus menerima kenyataan pahit ini. "Tenang Kei, ini masih gejala awal yang bisa kamu tekan. kamu harus benar-benar memanagenen dirimu setelah ini, agar penyakit ini tidak menjadi parah. Dokter Haffa bilang dia akan baik-baik saja setidaknya setahun ini. Jadi berhentilah khawatir, lunasi hutangmu dan kita jadwal ulang semua rencanamu," ucap Keiko menyemangati dirinya. **** Keiko bergegas masuk apartemen nya untuk mengambil buku tabungannya. setelah menemukannya dia melihat nominal yang ada di buku tabungan yang telah dia kumpulkan selama 5 tahun ini. "Sudah ada 100.000.000, ku rasa ini bisa melunasi hutangku paling tidak sepaturuhnya," ucap Keiko kepada dirinya. Keiko membawa tabungan itu dan men
"Jadi 100.000.000 sudah kamu berikan ke Tuan Hermawan?" tanya Rasya dengan nada penasaran."Emmm," jawab Keiko dengan nada datar."Kenapa? bukannya kamu mau nunggu hingga terkumpul 200.000.000 dulu?" tanya Rasya yang ingin mengorek keterangan dari Keiko."Aku akan bekerja keras lagi untuk mengumpulkan sisa nya Sya, namun setidaknya setengah sudah aku lunasi,""Lalu apa Tuan Hermawan menerimanya begitu saja?" tanya Rasya."Emm dia menerima nya," jawab Keiko."Aku fikir Tuan Hermawan juga tidak begitu jahat, dia hanya menolongmu, bahkan memberi kehidupan yang layak kepadamu selama ini, biarpun alasannya adalah agar kamu meninggalkan Jonatan, namun aku fikir bantuannya juga tidak menghinamu selama ini, bahkan terkesan sembunyi sembunyi. Seandainya waktu itu kamu tidak mendengar ucapan mereka, mungkin sampai sekarang kamu tidak mungkin tahu, apa kamu tidak merasa salah paham dengan Tuan Hermawan Kei?" tanya Rasya yang menarik kesimpulan tentang terjadi anta
“Apa kau sudah begitu merindukanku Kei?” tanya Jonatan dengan senyuman menggoda. Genangan air mata Keiko tiba tiba jatuh. Keiko memeluk Jonatan dengan erat.“Maafkan aku Jo, maafkan aku,” ucap Keiko dengan isak tangis.Jonatan membalas pelukan Keiko, akhirnya setelah sekian tahun, Jonatan berhasil membawa Keiko dalam pelukannya. Dalam hatinya, dia tidak akan melepaskan Keiko seperti dulu.“Bersiaplah tuan putri, setelah ini, aku tidak akan melepaskanmu lagi,” ucap Jonatan. Keiko semakin erat memeluk Jonatan.“Berjanjilah kamu tidak akan menodorongku pergi lagi seperti dulu, apapun situasi kita,” ucap Jonatan.“Emmm, aku janji,” jawab Keiko.Jonatan mengantar Keiko kembali ke ruangannya dan meminta nya untuk beristirahat. Dia tidak mau Keiko kelelahan seperti kemarin.“Istirahatlah, lusa kita aka nada operasi lagi. Aku tidak mau kamu kelelahan seperti kemarin,” uca
“Keiko….” Teriak Rasya yang melihat Keiko diantar oleh Jonatan. Dia sangat penasaran tentang apa yang terjadi. Keiko yang baru sampai terkejut dengan teriakan Rasya.“Apakah itu Jonatan yang mengantarkan mu pulang?” tanya Rasya dengan penasaran dan menempel pada Keiko. Keiko tersenyum melihat rasa penasaran Rasya dan sedikit menggodanya.“Emmm cerita gak yaa!” ucap Keiko dengan nada menggoda. Rasya mengerutkan keningnya.“Ayuks cepat cerita, aku hanya mendapat kabar sekilah dari Robby tadi pagi, aku ingin tahu detailsnya,” ucap Rasya dengan memburu. Keiko sedikit terkejut Robby sudah tahu, kapan Jonatan memberi tahu Robby. Keiko hanya bertanya pada dirinya sendiri. Kediaman Keiko membuat Rasya semakin kesal dan tidak sabar. Keiko menaruh tasnya di kursi, dan kemudian duduk di ranjangnya. Dia menatap Rasya dengan senyuman bahagia.“Mungkin kali ini, aku benar-benar bisa bersama Jonatan,” ucap
Jonatan membaca buku di ruang tamu apartemen Keiko. Dia menunggu Keiko selesai bermake up untuk datang ke pernikahan Robby dan Rasya. “Kei sudah pukul 09.00 am. Acara nya sudah mau mulai,” ucap Jonatan. “Iyaa, lima menit lagi,” ucap Keiko. Keiko keluar dari kamarnya, dengan gaun merah dan rambut di urai. Keiko berhasil membuat Jonatan takjub. Jonatan menatap Keiko dengan tatapan takjub dan bahagia, ada rasa senang ketika Jonatan sadar, wanita yang dihadapannya kini telah menjadi kekasihnya secara resmi. Bukan hanya cinta khayalan ataupun bertepuk sebelah tangan. “Kenapa kau menatapku seperti itu?” tanya Keiko yang merasa risih dengan tatapan Jonatan. Jonatan tersenyum mendengar gerutuan Keiko. Dia berdiri dan menghampiri Keiko. Jonatan memegang bahu Keiko dan mengarahkannya ke cermin lemari. “Apa kau lihat, wanita yang ada di cermin ini sangat cantik. Bagaimana bisa aku tidak berkedip ketika melihatntya,” ucap Jonatan tersenyum menggod