Share

Bab 10

Author: Lan Ya
Linda mengangguk. "Dikatakan masalahnya cukup serius."

"Oh, kalau begitu pergi dan tanganilah," ucap Surya dengan santai.

Linda terus menganggukkan kepalanya dan berkata, "Kalau begitu aku pergi dulu. Sampai jumpa, Bos."

Setelah itu Linda pun buru-buru pergi, seolah-seolah dia sedang kabur dari sesuatu.

Surya tertawa dan menyiapkan sarapan sederhana untuk dirinya. Setelah itu, dia pergi berjalan-jalan di taman perumahan tersebut.

Di taman, dia menemukan sebuah tempat yang didatangi orang-orang. Dia pun bermeditasi di tempat itu, kemudian dia mulai menampilkan serangkaian gerakan.

Gerakan-gerakan ini tidak bisa dikatakan sebagai bela diri dan hanya terdiri dari belasan gerakan.

Tiap gerakan meregangkan dan memutar tubuhnya hingga sudut yang tidak terbayangkan, melewati batas kelenturan manusia.

Mempraktikkan belasan gerakan yang melampaui pemahaman manusia, sebuah seni bela diri yang aneh pun terbentuk. Ketika digabungkan, gerakan-gerakan ini tampak mengalir tanpa henti dan menciptakan berbagai macam gerakan yang tak terhingga jumlahnya.

Setelah setengah jam, Sekujur tubuh Surya basah dengan keringat. Namun dia merasa sangat tenang dan segar.

Surya mengelap keringat di keningnya. Dia berencana untuk pulang dan mandi, lalu melanjutkan meditasinya.

Begitu sampai di pintu taman, dia melihat dua orang berjalan sambil membawa hadiah.

Di saat yang sama, kedua orang itu juga melihat Surya, mereka pun segera menghampirinya.

"Wah, setelah keluar dari Keluarga Lintang, kamu berakhir tidur di taman?" tanya Maya dengan mengejek.

Adhi yang berada di sampingnya juga tampak angkuh dan menggelengkan kepalanya dengan sedih. "Meskipun begitu, kamu nggak bisa sampai jadi pengemis. Tapi untung saja kamu tahu lingkungan mana yang baik untuk tinggal, kamu cukup pintar."

Surya tertawa dan berkata, "Imajinasi kalian sungguh luar biasa!"

"Bukankah memang begitu?" Maya mendengus dan menambahkan, "Dengan gaya hidupmu yang malas, apa lagi yang bisa kamu lakukan selain mengemis makanan?"

"Jangan khawatir, kami nggak akan memberi tahu petugas keamanan untuk mengusirmu. Tetapi, lebih baik kamu mencari suatu pekerjaan. Kalau seperti ini terus, kamu akan benar-benar menjadi sampah," ucap Adhi dengan nada penuh kekhawatiran.

Surya melirik kedua orang itu dan berkata, "Kalian mau menikah, tetapi kalian masih sesantai ini?"

"Tentu saja kami sangat sibuk." Maya mencibir dan berkata, "Kami memiliki beberapa teman di sini, mereka semua adalah orang-orang berstatus tinggi. Kami datang untuk mengantar undangan pernikahan."

"Kalau begitu aku nggak akan mengganggu kalian, silakan lanjutkan." Surya pun melangkah pergi.

Namun Adhi berteriak dari belakangnya, "Jangan lupa untuk menghadiri pernikahan. Lagi pula, kamu pernah menjalin hubungan dengan Maya. Kamu harus menyaksikan kebahagiaannya."

"Baiklah," jawab Surya tanpa menoleh ke belakang.

Kedua orang itu saling tersenyum dan menggelengkan kepala.

Saat ini, Indah dan kakeknya telah tiba di taman bersama dengan sang pengawal. Indah telah menyaksikan semua yang terjadi barusan.

Dia berkata pada sang pengawal, "Bawalah Kakek berolahraga, aku akan segera menyusul."

Sang pengawal mengangguk dan membantu Hendra berjalan memasuki taman. Sementara itu, Indah dengan cepat berjalan menghampiri Adhi dan Maya.

"Permisi, apakah kalian mengenal orang yang tadi?" tanya Indah.

Kedua orang itu menoleh dan melihat Indah. Mereka tahu bahwa penduduk perumahan ini adalah orang-orang kaya atau bangsawan, sehingga mereka tidak berani bersikap tidak sopan.

Maya buru-buru berkata, "Kami mengenalnya, kamu ada urusan apa?"

"Namaku Indah Wijaya. Aku ingin tahu apa yang orang itu lakukan, bisakah kamu memberitahuku?" tanya Indah.

Mendengar ini, Maya berpikir sejenak sebelum menjawab, "Dia adalah mantan suamiku. Dia tinggal bersama keluargaku selama 3 tahun, tetapi dia sangat malas. Kami baru saja bercerai."

Adhi memperingatinya, "Berhati-hatilah, dia pasti datang ke sini dengan niat tersembunyi. Seseorang yang gila karena kemiskinan bisa melakukan apa pun."

Indah perlahan mengangguk. "Terima kasih, aku mengerti."

Setelah itu, dia pun berbalik dan pergi ke taman.

Sesuai dugaannya, pria itu sengaja mendekati Keluarga Wijaya. Memangnya kemampuan macam apa yang dimiliki orang seperti itu?

Ketika ayahnya kembali, Indah akan mengungkapkan sifat asli Surya. Dia nggak bisa membiarkan kakeknya ditipu lagi.

Sementara itu, sesampainya di rumah, Surya segera mandi dan memulai meditasinya.

Begitu hari sudah sore, bel pintu pun berbunyi.

Surya berdiri dan membukakan pintu. Di depan pintu, terdapat Hendra yang berdiri sambil memegang sebotol anggur.

"Pak Hendra, silakan masuk." Surya mempersilakan Hendra untuk masuk ke dalam rumah.

Hendra meletakkan botol anggur tersebut di atas meja. Surya membuatkan Hendra secangkir teh dan mereka berdua pun duduk.

Hendra menghela napasnya. "Sungguh menakjubkan. Sejak kamu membantu menuntun energi di dalam tubuhku, juga setelah aku mempraktikkan teknik kultivasimu, aku seperti telah lahir kembali. Tampaknya aku masih bisa menikmati hidup beberapa tahun lagi."

"Haha, hidupmu sudah cukup berjaya. Nikmati saja waktu yang tersisa dengan sepuasnya."

Ketika mereka mengobrol, Linda yang sudah selesai kerja pun pulang ke rumah. Melihat ada tamu, Linda buru-buru memberinya salam.

Hendra dengan sopan membalas salamnya. Surya berkata, "Bisakah kamu menyiapkan beberapa hidangan? Tampaknya Pak Hendra ingin minum beberapa gelas."

Linda menganggukkan kepalanya dan segera pergi ke dapur. Dia masih memakai pakaian kerjanya.

Tak lama kemudian, Linda membawakan empat hidangan. Semuanya dia masak sendiri, tetapi disajikan dengan rasa dan penampilan yang sempurna.

Dia meletakkan gelas anggur dan hidangan-hidangan tersebut di atas meja. Kemudian, Linda mengisi gelas anggur mereka.

Orang tua dan anak muda itu mengobrol bersama sambil minum.

Hendra sudah lama tidak minum-minum, sehingga dia terus minum dengan Surya. Dia merasa sangat senang.

Surya pun menemaninya. Meskipun tubuh Hendra belum sepenuhnya sembuh, dia telah mempraktikkan teknik kultivasi Surya. Jadi, sedikit anggur tidak akan memengaruhinya.

Ketika sedang minum, Surya mengeluarkan sebatang rokok dan melihat ke arah Hendra.

Mata Hendra segera berbinar. Surya tersenyum dan bertanya, "Mau sebatang?"

"Berikan aku sebatang," jawab Hendra sambil tertawa.

Surya memberikannya rokok, lalu juga menyalakannya untuknya. Hendra benar-benar menikmatinya. Dia menghisap rokok itu dalam-dalam, lalu setelah beberapa detik, dia mengembuskan asap rokok yang tebal.

"Enak sekali, ini baru namanya hidup," ucap Hendra dengan sangat puas.

Surya terkekeh dan berkata, "Lebih baik kamu kurangi merokok."

"Apa gunanya hidup ribuan tahun tanpa bersenang-senang?" ucap Hendra.

Surya hanya mengangguk tanpa mengatakan apa pun.

Saat ini, bel pintu berbunyi lagi. Linda pun membuka pintu dan melihat Indah yang menerobos masuk dengan penuh amarah.

"Aku tahu kamu ada di sini, Kakek. Kamu merokok dan minum lagi?" Indah kaget ketika melihat rokok dan botol anggur yang ada di atas meja.

Hendra mengerutkan keningnya. "Ribut-ribut apa ini? Kamu datang ke rumah orang dan sama sekali nggak menunjukkan sopan santun?"

"Dia itu penipu, Kakek!" Indah berteriak, "Lihat, sekarang dia membuatmu merokok dan minum. Bukankah Kakek tahu bagaimana kesehatan Kakek?"

"Aku tahu jelas." Hendra membalas cucunya dengan marah, "Aku mengetahui kesehatanku lebih baik daripada siapa pun."

Indah berkata, "Kalau begitu kenapa kamu merokok dan minum? Apa yang Dokter katakan?"

Hendra menggelengkan kepalanya dan menatap Indah. "Tampaknya aku nggak bisa menghabiskan anggur ini. Suatu hari aku akan mati karena gila."

Setelah itu, tanpa memedulikan Indah, Hendra berdiri dan pergi.

Indah menatap Surya dan berkata dengan penuh kebencian, "Dasar penipu. Demi mencapai tujuanmu, kamu sampai membuat orang sakit merokok dan minum. Kamu sungguh hina!"

Surya menyalakan rokoknya, sama sekali tidak merespon tuduhan Indah.

Melihat ini, Indah pun menatap Linda dan bertanya, "Apa hubungan kalian?"

"Maaf, memangnya kamu siapa? Apa aku harus memberitahumu?" Linda menjawabnya dengan tak acuh.

Indah dengan dingin berkata, "Tak peduli apa hubungan kalian, mulai sekarang jangan lagi dekati kakekku. Selain itu, sepertinya kamu adalah orang penting. Orang ini adalah penipu. Aku harap kamu nggak akan tertipu olehnya. Kalau nggak, mungkin uangmu akan lenyap."

Setelah mengatakan itu, Indah buru-buru pergi dan mengejar kakeknya.

Linda terdiam, dia tidak mengerti kenapa gadis itu bersikap sangat aneh.

"Bos, siapa dia? Kenapa dia seperti itu?" tanya Linda dengan bingung.

Surya berkata, "Orang tua itu adalah Hendra Wijaya, sementara gadis itu adalah cucunya, Indah Wijaya."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tinggal Bersama Bos Cantikku   Bab 2907

    Linda mengenakan gaun pengantin tradisional. Seluruh gaunnya berwarna merah terang, sementara wajahnya bahkan lebih merah dari pakaiannya.Surya juga mengenakan pakaian tradisional berwarna merah yang khas. Keduanya membawa minuman, memberikan penghormatan satu per satu pada keluarga dan teman-teman yang hadir dalam pernikahan tersebutOrang tua kedua belah pihak tersenyum lebar, tidak bisa menyembunyikan kegembiraan mereka. Sebagai orang tua, yang paling dikhawatirkan adalah pernikahan anak-anak mereka.Sekarang, keduanya telah menemukan pasangan yang begitu baik. Kebahagiaan mereka jelas tak bisa dilukiskan dengan kata-kata.Orang-orang lainnya juga ikut bersukacita. Mereka mengangkat gelas, lalu minum dengan gembira.Mereka adalah teman, bawahan, serta orang-orang yang setia pada Surya dan Linda. Mereka sangat senang melihat kebahagiaan keduanya.Tidak ada pembawa acara di pesta pernikahan ini, semuanya dilaksanakan dengan sangat sederhana, tapi juga sangat meriah dan penuh kegembir

  • Tinggal Bersama Bos Cantikku   Bab 2906

    Malam harinya, ketika kembali ke Pulau Aora, Surya merasa sangat terharu saat berdiri di jembatan tertutup. Dia diam-diam melepaskan sedikit auranya.Pulau Aora seketika menjadi ramai. Satu per satu sosok yang dikenalnya muncul dengan terburu-buru.Surya perlahan berjalan memasuki pulau dengan senyuman.Saat tiba di alun-alun, Surya melihat sosok-sosok yang sangat dikenalnya seperti Linda, Yenny, Raka, Gesang, serta yang lainnya. Senyum di wajah Surya tampak makin lebar.Ketika orang-orang ini melihat Surya, wajah mereka penuh dengan ekspresi gembira yang sulit untuk disembunyikan.Setelah sekian lama tidak bertemu dan tidak bisa dihubungi, mereka sangat khawatir, juga merindukan Surya."Surya, aku pikir kamu nggak akan kembali." Linda adalah orang lebih dulu membuka mulutnya. Dia berkata dengan penuh kesedihan.Surya berjalan mendekat, memeluk Linda, lalu berujar, "Maafkan aku, mulai sekarang aku nggak akan melakukannya lagi. Semua masalah sudah selesai. Aku nggak akan pernah meningga

  • Tinggal Bersama Bos Cantikku   Bab 2905

    Baroman sebenarnya adalah inkarnasi dari Govi. Saat ini, Baroman melesat menuju ke arah Surya. Keduanya berubah menjadi bentuk manusia setelah berada beberapa kilometer jauhnya, lalu mulai bertarung lagi. Govi mengalirkan energinya ke dalam tubuh Baroman, membuat Baroman menjadi makin kuat dalam pertempuran, hingga akhirnya dia berhasil melukai Surya dengan parah menggunakan satu tebasan pedang. Ini membuat Surya terjatuh dari udara."Hahaha!"Pada saat ini, Govi tiba-tiba muncul sambil tertawa, lalu berujar, "Baroman, kamu sudah melakukan pekerjaan dengan baik.""Terima kasih, Pak."Baroman mundur ke belakang Govi, menatapnya dengan tatapan dingin, lalu tiba-tiba mengeluarkan pedang dari balik jubahnya. Dia menusukkannya ke arah Govi. Govi dengan cepat berbalik, menangkap pedang hitam Baroman, lalu bertanya dengan ekspresi dingin, "Baroman, apa kamu sudah gila?"Pada saat itu, suara Penguasa Kegelapan terdengar dari tenggorokan Baroman, "Govi, kamu sudah beberapa kali menghentikanku.

  • Tinggal Bersama Bos Cantikku   Bab 2904

    Pada saat ini, Dewa Kejahatan Gunung Es tiba-tiba melafalkan mantra. Gunung-gunung es mulai berjatuhan dari langit. Salah satu gunung es menghantam Surya dan Oberon. Dewa Kejahatan Gunung Es tertawa terbahak-bahak, lalu berujar, "Hahaha, sepertinya kalian nggak begitu kuat."Belum selesai dia berbicata, terdengar suara ledakan keras. Gunung es meledak menjadi pecahan-pecahan kecil, sementara Surya dan Oberon muncul tanpa luka di hadapan para Dewa Jahat."Apa?""Dasar bajingan!"Dewa Iblis Api berteriak penuh amarah. Seketika itu juga, sekeliling berubah menjadi lautan api. Namun, api setinggi ratusan meter yang membara itu langsung lenyap begitu menyentuh perisai pelindung Surya dan Oberon.Dewa Iblis Bumi berkata, "Biar aku yang melakukannya!"Dewa Iblis Bumi melafalkan mantra, membuat tanah tiba-tiba terbelah, sementara Surya dan Oberon terjatuh ke dalam jurang tanpa dasar. Segera setelah itu, Dewa Iblis Bumi membuat tanah yang terbelah menutup kembali dengan pikirannya.Namun, hanya

  • Tinggal Bersama Bos Cantikku   Bab 2903

    Pada detik berikutnya, Surya menggunakan Pedang Naga Iblis untuk membuka sebuah celah di udara. Mereka berdua melewati celah tersebut, langsung menuju ruang bawah dari ruang atas, kembali ke ruang bumi.Celah tersebut kembali tertutup. Saat ini, gelombang besar energi hitam langsung mengalir dari langit ke laut di ruang bumi. Dalam beberapa menit saja, energi hitam tersebut sudah menyebar, mengubah seluruh ruang bumi menjadi ruang kegelapan.Beberapa celah retakan besar hitam muncul di langit, sementara satu per satu Dewa Iblis turun ke ruang bumi.Dewa Darah, Dewa Penghancur, Dewa Kejahatan Gunung Es, Dewa Iblis Api, Dewa Iblis Bumi, Dewa Iblis Angin, Dewa Pembantaian, serta Dewa Ular. Delapan Dewa Iblis tiba di ruang bumi pada saat yang sama.Surya melambaikan tangan kanannya, mengeluarkan Baju Besi Cahaya yang terpecah dari Cincin Naga Api. Pecahan-pecahan yang memancarkan cahaya putih itu melayang di udara seperti bulu putih yang bersih. Dengan pikirannya, Surya bisa dengan mudah m

  • Tinggal Bersama Bos Cantikku   Bab 2902

    Sebelum pilar cahaya putih tiba, Serena dan Karen segera menghindar. Dalam sekejap, mereka muncul di depan Silvan. Satu orang di depan dan satu di belakang. Pada saat yang sama, pedang panjang di tangan Serena dan tombak panjang di tangan Karen menusuk tubuh Silvan.Serena berkata dengan nada dingin, "Orang yang benar-benar kotor adalah kamu, Silvan. Selamat tinggal untuk selamanya!""Aaahh!"Tubuh Seth dipenuhi cahaya putih yang meledak-ledak. Diiringi dengan suara ledakan keras, Silvan hancur menjadi debu, lalu menghilang tanpa jejak.Detik berikutnya, Serena dan Karen berlutut dengan satu kaki secara bersamaan, menangkupkan tangan sambil berkata, "Kami berdua memberi hormat."Pada saat ini, Surya dan Oberon yang sedang melayang di udara, melihat ke arah Serena dan Karen. Oberon berkata pelan, "Sudahlah, nggak ada urusan lagi di sini untuk kalian. Kembalilah.""Baik, Pak."Setelah berkata demikian, Serena dan Karen menghilang. Namun, pada saat itu ada angin kencang yang bertiup, sert

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status