Share

BAB 28

last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-05 11:54:21

“Kita pulang sekarang.” Fatih mendekat ke arah Clara dan Naura. Dia bisa menangkap kode yang diberikan oleh Dewi agar membawa keduanya pergi. “Ayo, Naura, Clara, ikut Papa masuk ke mobil. Kita pulang sekarang.”

Naura mengangguk pelan. Dia berjalan lebih dulu ke arah mobil sambil menggandeng Clara. Wanita itu masih sempat menoleh ke arah Indra yang sedang berdiri dibantu oleh seorang wanita muda. Saat mereka kembali bertatapan, Naura mengalihkan pandangan. Dia Tak bisa memikirkan apapun sehingga menurut saja saat Fatih membukakan pintu mobil dan memintanya masuk.

“Bang! Cukup, Bang. Malu dilihat orang.” Dewi menahan Wahid yang merangsek maju ke depan untuk mendekati Indra kembali. Dia menoleh ke belakang dan menghela napas lega melihat mobil Fatih sudah meninggalkan area masjid. Setidaknya, Naura sudah aman terlepas dari entah bagaimana nantinya saat di rumah.

“Maaf, Mas, Mbak, apa salah suami saya sampai dipukul seperti ini? Kalau memang ada yang harus diluruskan, ada baiknya bicara d
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Adfazha
Kalo Indra bs tenang hdp bersama istrinya saatnya km jg bs mulai belajar membuka hati kna bahagia dimulai dr diri sendiri... kalian berbuat dosa bersma saatnya skrg hapus dosa dg kembali kepada-Nya
goodnovel comment avatar
au nom de lalun
ih itu mah bukan kalimat lembut memuja raga, itu kalimat bujuk rayu dari setan berwujud manusia bernama Indra. sok innocent bgt dia datangi Naura,dasar manusia iblis!
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Titik Nadir Sang Pendosa   BAB 59

    “Aini ….” Indra kembali berbisik pelan. Dia meraih tangan Aini di bawah meja dan menggenggamnya erat. “Maaf ….” Indra mengucap maaf saat melihat Aini diam-diam menyeka air mata. Sungguh, dia tidak bermaksud ingin menyakiti istrinya. Namun, Indra tak bisa menahan diri jika sudah berhubungan dengan Naura.Malam harinya, Naura duduk di depan televisi seperti biasa setelah video call dengan Clara. Dia menonton serial anak-anak kesukaan anak semata wayang Wahid dan Dewi. Sejak tadi, Wahid dan Dewi sibuk membahas tentang keluarga Aini dan Indra yang makan disana.“Itu keluarga istrinya Indra, Bang.” Naura akhirnya ikut bicara setelah sejak tadi diam saja. “Aku kenal baik hampir semua keluarga Indra. Selama pacaran, belum pernah bertemu dengan mereka. Lagipula, kalau tidak salah ingat, Indra sempat cerita waktu itu kalau setelah menikah ikut membantu mengurus usaha adik mertuanya.”Wahid dan Dewi mengangguk bersamaan. Mereka memang sengaja membahas tentang keluarga tadi di dekat Naura. Kedua

  • Titik Nadir Sang Pendosa   BAB 58

    “Semoga bisa mengobati kerinduan dengan kampung halaman, Mangcek.” Wahid menyambut pembeli yang datang dengan hangat. Mereka bahkan berp.lukan, seperti saudara lama yang baru bertemu kembali.Namun, senyum Wahid mendadak surut saat melihat anggota keluarga lain yang masuk. Di belakang sana, Indra dan Aini tampak beriringan menuju meja makan yang sudah dipesan. Lelaki memilih berlalu setelah sedikit basa-basi lagi. Dia merasa dunia benar-benar sempit sekali. Siapa yang menyangka kalau yang datang adalah keluarga dari Indra dan Aini?“Saya tinggal dulu ya, Mangcek, Bicek. Semoga masakan disini cocok dengan lidah walau saya yakin tidak ada yang bisa mengalahkan masakan Bicek ini tentunya.” Wahid tertawa saat yang lain langsung mengangkat jempol mereka. Dia pergi setelah melirik Indra dan Aini yang terlihat tenang dan bersikap biasa saja sejak tadi.“Cak mano, Aini? Jadi tidak katanya mau coba urut sama dukun beranak di Penghulu? Kalau mau, nanti Bibi temani. Katanya harus buat janji dulu

  • Titik Nadir Sang Pendosa   BAB 57

    “Salam kembali buat Tante.” Naura menjawab pelan. Tanpa sengaja, dia memperhatikan Fatih yang fokus mengemudi. Walau sering menggoda, lelaki itu benar-benar sopan. Tidak sekalipun saat mereka berinteraksi, Fatih mencari kesempatan agar bisa bers.tuhan. Lelaki itu selalu menjaga jarak sehingga membuat Naura merasa aman bepergian dengannya.“Walau saya ngebet pengen menikah, tapi tenang saja, Mbak Naura tidak perlu khawatir. Saya bukan orang yang suka memaksa. Kalau Mbak Naura belum nyaman, saya tentu segan. Ya walau sebenarnya, tanpa disadari rasa itu mulai ada di hati Mbak Naura. Entah tidak menyadari atau tidak mengakui sebenarnya.”Naura mencebik. Baru saja dia memuji Fatih dalam hati, lelaki itu sudah mulai lagi. Dia akhirnya kembali memperhatikan jalanan. Seperti biasa, cuaca cerah. Matahari seakan tinggal sejengkal dari kepala saking panasnya.“Terima kasih sudah mengantar, Pak. Besok-besok, misal Bang Wahid minta bantuan lagi untuk mengantar, ditolak saja. Saya bisa sendiri. Tem

  • Titik Nadir Sang Pendosa   BAB 56

    Naura terbatuk mendengar pertanyaan Clara. Wajahnya terasa panas karena kuah ramen yang baru dia hirup membuatnya tersedak. Wanita itu melirik Fatih yang tampak fokus makan dan terlihat tenang-tenang saja. Namun, tidak lama sumpit yang dipegang lelaki itu jatuh dan ramennya hampir tumpah. Naura mencebik, akhirnya ketahuan kalau Fatih ternyata salah tingkah juga.“Ih, Papa makan yang benar dong. Biasanya Papa bilangin Clara biar makan nggak tumpah-tumpah. Sekarang kok Papa makannya begitu.” Clara menggeleng melihat Fatih yang mengelap percikan kuah ramen di tangannya.Setelah makan, Clara masih ingin bermain di funworld. Namun, Fatih tidak mengabulkan permintaan itu karena ada pekerjaan yang sudah menunggunya. “Kita antar Clara ke rumah Papa dan Mama dulu ya, Mbak Naura? Biar nanti saya bisa sekalian berangkat setelah mengantar Mbak Naura pulang.”“Loh? Eh?” Naura langsung merapikan penampilannya secara spontan. Dia menatap Fatih yang mengangkat sebelah alis melihat kelakuannya barusan

  • Titik Nadir Sang Pendosa   BAB 55

    “Buat apa jas hujan, Ma?”Fatih melirik ke arah ponsel yang dipegang oleh Clara. Dia menautkan alis mendengar ucapan Naura tadi. Sama seperti Clara, hampir saja dia juga ikut keceplosan bertanya untuk apa membawa jas hujan.“Orang pintar itu suka nyembur, Ra. Nanti baju kamu basah disembur segelas air. Mau? Nah, makanya itu bawa jas hujan. Bilang Papa minta bawain kalau mau ikut. OK?” Naura mengedipkan sebelah mata. Dia tertawa melihat Clara mengangguk beberapa kali.“Dukun kali, ah!” celetuk Fatih tanpa sadar. “Loh? Papa nggak boleh ikut ngobrol atau lihat Mama Naura. Itukan perjanjiannya.” Clara langsung bergeser dan menyembunyikan layar ponselnya saat Fatih bergerak ingin melihat Naura yang tertawa-tawa.Keesokan harinya, Naura keluar rumah dengan langkah ringan. Ini kali ketiga dia konsul dengan psikolog. Perlahan, mimpi tentang masa lalu bersama Indra sudah jarang datang. Dia juga sudah jarang mendengar tangisan bayi, walau kadang ada sesekali datang. Namun, sudah berkurang jauh

  • Titik Nadir Sang Pendosa   BAB 54

    Biasanya, wanita itu akan selalu bersikap manja. Aini selalu berusaha untuk menyenangkan dirinya. Seharusnya, Indra beruntung memiliki istri seperti Aini. Ya, Seharusnya. Namun, belenggu masa lalu masih sulit sekali Indra lepaskan hingga tanpa dia inginkan, hal itu membuat Aini kesakitan.“Sedang apa kamu, Nau? Sudah tidur atau masih terjaga?” Indra mendadak tersenyum membayangkan kebiasaan Naura dulu. Jam segini, Naura pasti sedang nangis bombay karena nonton drama Korea kesukaannya. Setelah menonton, suasana hati Naura akan mengikuti jalannya cerita. Bisa ceria, manja atau bahkan marah tidak jelas asalnya karena terbawa perasaan dengan tontonannya.“Kamu jangan dekat-dekat aku dulu, Yang. Aku masih kesal sekali karena Dae-Jun ternyata mengkhianati Areum. Dasar lelaki. Padahal kurang apa selama ini Areum? Spesiesmu tuh, Ndra. Sana, jauh-jauh!”Indra tertawa kecil membayangkan wajah galak Naura. Naura akan terus seperti itu sampai drama Korea yang dia tonton berubah alur menjadi menye

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status