"Jadi mereka sudah curiga sama saya? Dan sekarang sedang merencanakan sesuatu?" tanya Rania menyelidik.Wanita paruh baya yang lebih akrab dipanggil Simbok itu menganggukkan kepalanya membenarkan apa yang baru saja dikatakan oleh Rania."Betul, Non. Kurang lebih begitu yang Simbok dengar dari percakapan Pak Farhan dan Non Dinar kemarin," ungkap Simbok berbicara apa adanya sesuai yang dia tahu tanpa dikurang-kurangi atau pun dilebih-lebihkan. "Sayangnya, Simbok tidak tahu apa saja rencana mereka, Non."Rania dan Kendrick saling berpandangan dengan tatapan yang seolah sedang saling berbicara dari hati ke hati. Keduanya sama-sama diam, tetapi nampak seperti saling mengerti satu sama lainnya."Ini, Non. Simbok sudah merekam percakapan mereka. Kalian bisa mendengarnya sendiri, siapa tahu bisa dijadikan bukti."Simbok menyerahkan alat perekam suara yang isinya percakapan antara Farhan dengan Dinar kepada Rania. Ya, Simbok adalah orang yang ada di pihak Rania dan Kendrick. Simbok adalah pem
Kening Kendrick mengerut dalam seraya menatap tajam ke arah mantan suami dari kekasihnya. Dia terdiam beberapa saat, mencoba membaca situasi maksud dan tujuan Farhan berbicara seperti itu kepadanya.Lain hal dengan Kendrick yang masih terlihat tenang, Rania justru merasa tersinggung dengan pertanyaan tak berkelas mantan suaminya itu."Apa maksudmu bicara seperti itu?" tanya Rania ketus.Kendrick menoleh, lalu menepuk pelan punggung tangan Rania dan menggenggamnya lembut. Seulas senyum tipis terukir di kedua sudut bibirnya begitu sang kekasih melihat ke arahnya. Sedetik kemudian, dia mengalihkan pandangan ke arah Farhan lagi."Apa maksudku?" ulang Farhan. "Bukan kah aku baru saja bicara kenyataan? Kalian belum menikah 'kan? Bagaimana mungkin ada anak di antara kalian kecuali dua hal."Farhan sengaja menjeda perkataan untuk melihat reaksi Kendrick dan Rania setelah dia berbicara seperti itu kepada mereka."Kalian berzina sebelum menikah, atau ... anak itu milik pria lain dan kamu yang h
Keesokan harinya, Rania dan Kendrick berangkat bekerja seperti biasanya. Seperti biasa juga, Kendrick akan mengantar kekasihnya itu ke kantor lebih dulu sebelum dia berangkat ke rumah sakit.Farhan merasa heran melihat sikap Rania yang berbeda hari ini. Mantan istrinya itu lebih banyak tersenyum sekarang, berbeda dari hari-hari sebelumnya saat dia baru saja kembali bergabung di kantor.Dia sangat penasaran kepada Rania, tetapi tidak punya keberanian untuk bertanya secara langsung."Baiklah, Nona Rania. Saya setuju dengan idemu itu. Sekarang yang terpenting, bagaimana cara untuk membuktikan bahwa kau bisa berhasil dalam proyek baru ini. Kau harus memikirkan cara supaya design pakaian yang kau buat ini dapat diterima di pasaran," ucap Farhan kepada Rania yang baru saja selesai mempresentasikan rancangan design pakaian model terbaru yang akan dikeluarkan di perusahaannya.Dewan direksi dan lainnya turut mendukung ide yang dirancang oleh Rania dan sangat berharap dia akan berhasil dalam p
Rania mengumpulkan semua berkas-berkas penting untuk dia bawa menemui calon kliennya beberapa saat setelah dia selesai berbicara di telepon. Wanita itu langsung bergegas keluar tepat berbarengan dengan waktu jam pulang kerja.Di luar sana, Kendrick sudah setia menunggunya di dalam mobil. Begitu melihat Rania keluar dari gedung, dia pun langsung turun dari mobilnya menyambut pujaan hati dengan senyum lebar."Sudah nunggu lama?" tanya Rania. Pria itu menggelengkan kepala. "Baru sekitar lima belas menit," jawabnya tenang."Hm, tapi aku mau menemui calon klien dulu setelah ini. Gimana?""Ke mana pun, aku akan siap menjadi sopir pribadimu," sahut Kendrick sembari tersenyum manis dan membukakan pintu mobil untuk Rania. Pasangan kekasih itu pun langsung pergi melesat dengan mobilnya membelah jalan raya. Tak ada percakapan serius selama dalam perjalanan menuju lokasi yang ingin dituju oleh Rania. Kecuali tentang pekerjaan masing-masing.Tak butuh waktu lama, mereka sudah tiba di tempat tuju
"Kamu siapa? Sedang apa di rumah ini?"Farhan langsung menoleh ke arah sumber suara. Matanya menyipit melihat wanita paruh baya yang baru saja masuk ke rumah itu dan sedang menatapnya dengan sorot yang sulit diartikan."Nyonya," sapa pengasuh baby Noah sembari menunduk hormat.Nilam berjalan lebih mendekat lagi dengan masih tak mengalihkan pandangannya dari Farhan. Sepertinya pria itu nampak asing baginya. "Siapa dia, Bi?" tanya Nilam."Anu ... dia papa kandung Den Noah, Nyonya," jawab pengasuh Noah dengan ragu-ragu mengatakannya. Nilam bergeming sesaat, merasa sedikit terkejut atas apa yang dia lihat sekarang. Setelah lama hanya mendengar cerita dari Kendrick, akhirnya dia bisa bertemu secara langsung dengan mantan suami calon menantunya itu.Farhan menunduk hormat memberi salam dan menyapa wanita paruh baya itu yang disambut dengan senyum ramah oleh Nilam."Saya Farhan. Maaf sebelumnya kalau kehadiran saya di sini membuat kalian tidak nyaman," ucap pria itu sopan."Saya Nilam, mam
Farhan masih berada di depan rumah mewah Rania. Dia duduk di pinggir jalan dengan hati berharap jika mantan istrinya tersebut berbaik hati untuk keluar dan membiarkannya bertemu dengan sang anak. Namun, itu hanyalah khayalan saja. Sampai, setetes air dari langit hingga menjadi deras pun membuat seluruh pakaian yang digunakan Farhan basah, Rania tidak peduli sama sekali. Walau hujan yang datang tiba-tiba dengan deras, tak membuat Farhan untuk pergi dari sana. Dengan tekat bulat dan keinginan kuat, dia beranjak dari duduknya seraya mengusap kasar air yang terus membasahi wajah.Farhan berjalan pelan menuju pagar utama rumah Rania. Sejenak, dia menarik napas guna mengumpulkan tenaga. "RANIA," panggilnya dengan nada suara naik beberapa oktaf. "INI AKU, FARHAN." Tak ada suara lagi, Farhan sedang mengamati suasana dari dalam rumah. Namun, tak ada feedback. Membuatnya membali berteriak, "plis, beri aku satu kesempatan untuk melihat putraku!" Farhan merapatkan diri ke arah gerbang yan
Dinar keluar dari mobil berlagak bak ratu yang disambut oleh ribuan orang lalu digelar karpet merah sepanjang jalan walau pada kenyataannya iya berjalan di atas aspal yang sudah berlubang dan juga ditatap dengan sini sama orang sekitar karena dandanannya yang mencolok.Tak ada yang salah dengan pakaian Dinar, dirinya hanya mencontoh model yang memakai baju bertabrakan dan terlihat sangat cantik serta elegan.Kacamata hitam bundar yang menutupi setengah wajahnya bertengkar manis di atas hidung Dinar. Matanya banyak membersihkan ke rumah-rumah yang jaraknya saling berdempetan."Ck! Dasar tidak bertanggung jawab. Mengapa saat aku datang tidak ada orang sama sekali dan harus membuatku menunggu," kesal Dinar yang tidak mendapati orang yang menjanjikan dirinya untuk datang hari ini. "Jika bukan aku yang memerlukan mereka tidak akan aku menginjakkan kaki di perkampungan kumuh ini." Telapak tangan Dinar menjadi penghalang antara hidungnya dengan aroma tidak sedap yang menyeruak mengguncang
"Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan." Rania sengaja tidak membukakan pintu dan menguncinya saja karena waspada bila sewaktu-waktu orang tersebut menyakiti dirinya.Ketiga orang yang berani dalam mobil sulfat tersebut keluar dan berjalan ke arah mobil Rania dengan tetapan tajam. Tubuh Rania semakin bergetar hebat, dirinya tidak bisa berpikir di saat seperti ini.Tok! Tok! Tok! Suara ketukan pintu yang kuat memerahkan telinga Rania membuat wanita itu langsung menutup telinga. Dengan takut dia menoleh ke arah jendela di mana seorang pria berbadan besar menatap ke arahnya."Keluar! Cepat keluar!" teriaknya persamaan dengan suara gedoran yang semakin kuat.Rania memejamkan mata dan berdoa di dalam hati agar dirinya bisa kabur dari mereka dan tidak terlibat dalam masalah yang cukup besar. Rania pun merasa bingung siapa mereka sehingga menghentikan mobilnya dan bersikap seakan ingin membunuh Rania dengan tatapan tajam bak pisau."Tuhan tolong aku," pinta Rania dengan suara berbisik agar t