Share

3. Long Time No See

Sepasang peep toe berwarna putih bersih dengan pita kecil di depannya tegas membelah petak demi petak ubin yang menjadi alas pijakannya sekarang ini. Tak ada yang aneh jika Sherina Alexander Lansonia datang dengan ekspresi wajah tegang di pagi hari begini. Bukannya masalah besar sedang datang menghadang dirinya, namun memang begitulah pembawaan dari seorang Sherina Alexander Lansonia. Ia bukan gadis 'garang' yang suka mengomel pada seluruh pegawainya, bahkan Alexa dikenal cukup ramah dan hangat dengan siapapun yang menghuni kantor tempatnya memimpin. Wanita itu adalah wanita yang pandai menempatkan diri dalam keadaan apapun. Sikapnya tenang, menguasai, bahkan tergolong santai kala seorang pegawai sudah membuat satu kesalahan besar. 

Ia adalah gadis yang pandai. Menangani segala masalah yang datang dengan tenang dan bersih tanpa ada jejak yang mengotori adalah cara Alexa mempertahankan bangunannya hingga sekarang ini. Sukses di usia muda memang menjadi impian seluruh manusia penghuni muka bumi. Hidup bergelimang harta dan segala fasilitas mewah adalah harapan seluruh wanita yang ada di dunia. Alexa tak terlalu menyukai uang. Ia hanya gila akan kedudukan dan jabatan yang tinggi. Alexa ingin dihormati, bukannya disegani. Ia hanya ingin seseorang berbicara padanya dengan cara yang sopan, bukan menundukkan kepala dan mengagungkan segala uang yang ia punya. Alexa hanya menganggap bahwa uang adalah bonus dari kerja kerasnya sekarang ini. 

Uang memberikan segalanya untuk Alexa. Teman, rekan kerja, fasilitas, tempat tinggal, dan segala hal yang Alexa inginkan secara material, namun ada satu yang tak bisa didapat olehnya dengan menggunakan uang. Cinta dan kasih sayang. 

Sherina Alexander Lansonia memang cantik secara paras wajah yang terlukis. Hidungnya mancung. Bibirnya kecil menggemaskan dengan garis rahang yang tegas. Dagunya lancip memukau. Sepasang mata bulat yang tajam dengan duduk alis tipis melengkung bulan sabit. Suara Alexa tergolong lembut. Lirih dan tenang kalau didengar dengan seksama. Senyumnya manis, semanis madu yang diambil langsung dari sumbernya. Tingkah lakunya sopan dan santun bak seorang putri dari negeri dongeng. 

Banyak yang menyukai Alexa dari penampilan dan cara gadis itu bersua. Akan tetapi tak menutup kemungkinan bahwa lebih banyak yang membenci Alexa sebab popularitas dan kekayaan yang ia miliki. Seperti Mr. Joe misalnya.

"Nona Alexa." Seseorang menyela langkahnya. Dalam diam wanita itu memperhatikan. Seorang gadis muda datang dengan senyum simpul yang menyertainya.

"Ada yang ingin bertemu denganmu di gedung atas. Dia sudah menunggu satu jam yang lalu," imbuhnya berkata dengan nada bicara yang sopan. 

Alexa tersenyum. Memutar sejenak tubuhnya untuk bisa bertatap muka dengan pegawainya. Alexa menghapal semua wajah pegawai yang menjadi bawahannya. Bahkan nama dan tempat tinggalnya pun Alexa mengetahuinya. Ia adalah bos yang baik, begitu kiranya para pegawai mengenal seorang Sherina Alexander Lansonia.

"Who?" tanya Alexa singkat. Tersenyum manis pada pegawainya.

"Kau mengenalnya dengan baik, Nona Alexa." 

••• Touch You •••

Puncak gedung Joy Holding's Company adalah tempat pribadi yang tak bisa disambangi oleh sembarang orang di luar sana. Hanya orang-orang tertentu yang memiliki akses untuk datang ke puncak gedung Joy Holding's Company. Alexa adalah pemiliknya. Semua orang yang masuk ke dalam gedungnya selalu mendapat pengawasan ketat, namun apa ini? Seseorang menerobos masuk ke dalam gedung yang baru dikembangkan untuk pembangunan baru? Sialan! Siapa yang mengijinkannya?

"Sherina Alexander Lansonia!" Seseorang berteriak lantang sembari membuka lebar tangannya. Menyambut wanita berbalut gaun indah yang khas untuk seorang Alexa. Dua tahun, ah tidak mungkin lebih wanita itu tak pernah berubah sedikit pun. Masih tetap aneh dengan gaya busana yang monoton, mungkin.

"Luis!" Alexa berlari. Tepat jatuh pada pelukan hangat pria berjas mahal di tengah ruangan. 

Ia adalah Luis Ambrosius. Pria berkebangsaan Eropa yang akrab dan mengenal baik bagaimana Sherina Alexander Lansonia itu. Si tampan dan gagah yang menjadi sahabat terbaik seorang Alexa. Hanya ia yang berani mengumpat pada seorang pemilik gedung pencakar langit Joy Holding's Company. 

Tentang Luis, si tampan yang mempesona. Wajahnya? Tak perlu diragukan lagi. Jika boleh dideskripsikan dengan benar Luis adalah rajanya orang tampan yang pernah ditemui oleh Sherina Alexander Lansonia. Hidung mancung nan tajam dengan kumis tipis yang merata di bawahnya. Jenggot tipis menggoda yang menghias di bawah bibir sedikit tebal berbentuk hati. Tatapannya bak elang yang membidik. Alisnya tajam hitam legam tak menyiku. Bentuk wajah diamond membuat kesan 'manly' yang begitu pas kalau dipadukan dengan fisiknya yang jangkung juga kekar. Luis sempurna! Dalam hal fisik maupun karir. 

Pria satu usia dengan Alexa ini adalah pemilik sah saham terbesar di sebuah perusahaan yang berpusat di Amsterdam, Belanda. Membuka cabang internasional di London adalah alasannya kembali dan datang menemui Alexa selepas bertahun-tahun hilang tiada kabarnya. Happy Food Company adalah gedung yang ia dirikan dengan tangannya sendiri. Sebuah perusahan yang berinvestasi di setiap bangunan rumah makan yang ada di London sekarang ini. Semua ada di bawah kuasa Happy Food Company. Katakan saja seperti Luis ini adalah 'bapaknya' segala rasa masakan yang ada di London. 

Kariernya hampir sama kedudukan dengan Alexa, namun satu tingkat sedikit lebih rendah kalau puncak gedung Camaraderie selesai dibangun.

"Kapan kau datang?" tanya Alexa mencium pipi pria yang masih memeluk erat tubuhnya. Jo Malone Poppy & Barley Cologne sebuah aroma bunga Poppy yang terinspirasi dari ladang bunga akhir musim panas di Inggris adalah aroma yang paling Luis rindukan datang dari dalam tubuh Alexa. Segar dan menggoda, Luis menyukainya. Segala selera Alexa memang terkesan monoton untuk mata memandang sebab konsep yang diusung hanya itu-itu saja. Mewah, elegan, namun terlihat lebih nyaman dan sederhana.

"Satu jam yang lalu." Luis menyahut. Perlahan melepas pelukannya untuk Alexa.

"Kau langsung datang ke sini?" 

Pria itu mengangguk samar. Tersenyum manis sembari mulai mendekatkan bibirnya untuk mengecup birai merona milik gadis yang hanya setinggi dada bidangnya itu. Alexa menahannya. Meletakkan telunjuk tepat berada di depan wajah pria yang kini menyipitkan matanya tajam. 

"Kita tak bisa melakukan itu lagi, Luis." Alexa berucap. Senyum manis mengembang senantiasa memberi pengertian untuk pria jangkung di depannya. Hanya karena Luis bukan orang terdekat untuk Alexa lagi? Alasan yang sangat klasik! 

Satu fakta yang ada di antara mereka, Luis mencintai Alexa dengan segenap hati dan segala waras yang ia punya. Meskipun tak bisa banyak membantu Alex di masa lalu, namun setidaknya Luis adalah teman yang paling dekat dengan wanita ambisius satu ini. 

"Why not?" tanya Luis memprotes.

"Setelah peresmian gedung Camaraderie, kita akan menjadi saudara ipar."

... To be Continued ...

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ursa Mayor
Aku suka backgroundnya. London
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status