“Hidup pastinya perlu perjuangan, kau hanya bisa memutuskan kemana perjuangan itu akan bertahan atau mati suram.” – Vie Junaeni.
*****
Chapter 57 - Toxic Boss
Keesokan harinya seorang dokter masuk ke kamar perawatan Delina.
“Selamat pagi!” sapa seorang dokter yang bernama Evan pada Delina. Ia datang bersama seorang suster di sampingnya.
“Pagi, Dokter!” jawab Delina.
“Bagaimana kondisi Anda, apa Anda masih merasa lemas atau sudah merasa lebih baik?" tanya dokter itu.
“Aku sudah merasa lebih baik," jawab Delina menunjukkan deretan gigi rapi dan senyum manis itu.
Abi yang terbaring di sofa tiba-tiba terbangun dan langsung menatap ke hadapannya.
“Ini krim hidrokortison yang harus dioles ke bagian kaki yang masih memerah ini ya,” ucap dokter itu seraya mengoleskan krim tersebut pada kulit kaki dekat
Cinta datang tiba-tiba tak mengenal waktu dan tempat. Cinta adalah anugerah Yang Maha Kuasa yang harus disyukuri. — Vie.*****Chapter 58Delina sudah tersadar sedari tadi dan memandang ke arah Abi. Pria itu langsung salah tingkah."Kau dengar semuanya?" tanya Abi.Delina hanya tersenyum dan menganggukkan kepala mengiyakan. Abi menggaruk kepalanya meski tak gatal. Ia menjadi salah tingkah ketika gadis itu mengetahui pembicaraan dengan ibunya tadi."Kau mau minum? Apa kau haus? Apa kamu lapar?" tanya Abi."Boleh. Ummm ... aku haus, tapi aku mau teh manis hangat," jawab Delina."Ya sudah tunggu sebentar. Aku akan bilang pada suster dulu. Kau tunggu di sini dulu!" pinta Abi."Iyalah aku tunggu di sini, memangnya aku bisa ke mana? Lihat nih tangan ku saja masih diinfus seperti ini!" protes Delin
“Be someone who is proud to have you.”Chapter 59 – Toxic BossDelina sampai di rumah besar bersama Abi. Nyonya Mia dan ibunya Delina sudah menyambut Delina dengan menghamburkan sebuah pelukan."Bi, tolong suruh mereka bawa semua barang yang ada di mobil ke kamar!" seru Abi."Baik, Tuan."Delina menghampiri wanita yang sudah menjadi senior asisten rumah tangga di rumah besar itu."Bi, aku punya oleh-oleh buat Bibi dan semua asisten di sini," bisik Delina."Wah, terima kasih banyak Nyonya Delina. Makin nggak sabar untuk segera tahu oleh-olehnya.""Jangan panggil aku Nyonya, panggil saja Delina!""Saya tak bisa melakukannya, Nyonya. Sekarang Anda istri dari Tuan Muda, kalau saya masih panggil nama nanti saya dipecat," ujarnya."Hmmm ... ya sudah kalau begitu. Tapi kalau kau
Chapter 60 – Toxic BossMalam itu, Abi kembali dengan kesal. Pertemuannya dengan model seksi itu tak membuahkan hasil. Dia pikir setelah berkali-kali tidur dengan Delina, penyakitnya sudah sembuh. Namun, pria satu menit itu tetap melekat ke padanya.Semua asisten rumah tangga terkena serangan amarahnya. Abi terlihat mengamuk sampai Ibu Susi meminta Delina menenangkan pria itu agar tidak mengganggu istirahat Nonya Mia. Delina menyeret Abi sampai masuk ke dalam kamar. Untungnya Nyonya Mia sudah terlelap karena obat tidur. Ibu Susi memberikan obat pada Nyonya Mia karena sedang sakit."Kau ini kenapa sih, bisanya hanya mengamuk bagai monster?" tanya Delina sambil mendorong Abi ke atas ranjang besar miliknya.“Bukan urusanmu!”“Ini urasanku karena kau – ah sudahlah, tidur saja di situ pakai guling itu sebagai pembatas!" seru Delina."Tetap saja, nanti kalau kau sudah terlelap, guling pemba
Chapter 61 – Toxic Boss"Apa? Neng sudah menikah dengan Bos Abi?" tanya Anwar penuh dengan wajah takjub."Bukan, Pak. Cuma salah paham aja.” Delina menarik tangan Pak Slamet dan memintanya untuk kembali ke mobil."Baik kalau begitu silakan, Neng. Saya pencetin tombol lift-nya." Pak Anwar membawa Delina menuju ke depan lift."Terima kasih, Pak Anwar."Delina hanya seorang diri di dalam lift tersebut. Lantas ia terlupa sesuatu. Dia berada di gedung kantor yang baru dan masih belum tahu di lantai berapa kantor Abi berada."Duh, bego banget, si Abi di lantai berapa lagi ruangannya?"Ia mengeluarkan ponsel dari sakunya tetapi tak ada sinyal dalam ruangan yang bergerak naik itu. Delina melihat ia berada di lantai sepuluh, lalu menekan tombolnya untuk membukakan pintu. Wanita itu keluar dan mencari seorang satpam untuk menanyakan rua
Chapter 62 – Toxic BossDeru napas keduanya saling bersahutan. Abi mencoba mendekatkan wajahnya pada gadis itu lagi. Kini, hidung mereka yang mulai bersentuhan. Perlahan demi perlahan Delina membiarkan permukaan bibir itu juga sudah saling menyentuh. Keduanya terbawa suasana yang mulai memanas. Dua benda kenyal itu saling melumat, memagut penuh kemesraan, dan menaikkan hawa panas di sekitar. Desir aliran darah keduanya juga terasa semakin panas."Abi, jadi bagai— maaf saya tidak tahu akan hal ini," ucap Indra yang terkejut kala melihat Abi dan Delina saling berciuman.Keduanya langsung tersentak dan menjauh, rasa kikuk nan canggung menjalar di keduanya."Iya, ada apa, Ndra?" Abi menggaruk kepalanya salah tingkah."Saya hanya menanyakan mengenai perjanjian kerja sama dengan Nona Gina apa masih berlanjut atau bagaimana?""Tanyakan pada wanita itu, lah!""Baik kalau begi
Chapter 63 – Toxic Boss"Berapa saham yang Gina punya, bisakah aku mengeluarkan orang itu dari sini?" Abi terlihat kesal."Hampir 40 persen, cukup besar. Memangnya kau kenapa, sih? Kenapa kau jadi kesal dengan Gina?" tanya Indra."Aarrgghh, menyebalkan sekali orang itu. Dia terus merayuku tapi suaminya mengancamku, suaminya akan mengirimkan orang untuk membunuhku," ucap Abi dengan berbisik."Bukannya kau suka jika digoda oleh Gina?”“Kau mau aku pukul ya?! Suaminya mengancam mau membunuhku tau! Masih saja kau meledekku!” ketus Abi.“Aku mau makan kue ke kafe,” kata Delina saat hendak masuk ke dalam lift.“Aku ikut!” sahut Abi.“Oke, aku juga ikut,” ucap Indra mengikuti sampai Abi memandangnya sinis.Saat berada di koridor menuju kafetaria, seorang karyawan mendatangi Abi dan Indra.“Permisi, Bos, bulan ini akan ada keterlambatan gaji k
Chapter 64Nyonya Mia langsung menarik Abi untuk duduk di sampingnya."Sini, duduk sini! Mami masak makanan kesukaan kamu!" seru Nyonya Mia.Daging sapi bumbu rendang dengan kentang balado itu terpampang dengan salad sayur yang siap menyambut rasa lapar di perut pria itu. Dari lantai atas, Delina malah terlihat anggun di mata Abi saat menuruni tangga padahal hanya menggunakan kaus putih dan bawahan celana motif kotak-kotak selutut. Abi langsung menggelengkan kepalanya agar pikiran barusan itu langsung enyah begitu saja."Delina, sini duduk di samping Mami yang sebelh sini!" seru Nyonya Mia."Terima kasih, Mi."Selama acara makan malam berlangsung, banyak perbincangan yang seru di antara keempat orang itu. Namun, Nyonya Mia masih melihat Abi yang seolah masih ketus dengannya meskipun dia mulai menuruti segala keinginannya. Abi dan Delina terlihat kikuk dan salah tingkah satu sama lain. Sampai ma
Chapter 65Sementara itu di dalam kamar, Abi duduk di sofa dan masih sibuk dengan layar ponselnya. Delina tiba-tiba mengerang dan menggeliat di atas ranjang sampai membuat pria itu tersentak. Wanita itu bangkit dan duduk di atas ranjang tersebut memandangi Abi."Hei, pria satu menit! Apa kau merasakan kalau kamar ini tiba-tiba panas sekali? Apa AC rusak ya padahal sudah dalam keadaan dingin maksimal?" tanya Delina seraya mengibaskan tangannya di depan wajah."Ini malah dingin banget, tau!""Panas banget Bos! Ih, nggak enak banget badan aku gerah tau!"Delina lalu bangkit berdiri sampai tak sadar kalau dia sedang memakai lingerie pemberian Nyonya Mia tadi."Astaga, kenapa kau pakai baju tidur seperti itu? Kau mau menggodaku, ya?" tanya Abi seraya menelan cairan saliva di tenggorokannya yang makin terasa berat.Delina malah berjalan mondar-mandir tak menjawab sampai akhirnya dia me