Warning, harap bijak dalam membaca cerita ini. Delina Cantika terpaksa bekerja menjadi sekretaris di perusahaan milik Abimanyu Wijaya. Pria berengsek yang sombong itu memiliki sifat kasar dan suka mempermainkan wanita karena ia membenci sosok ibunya. Delina bahkan tak menyangka kalau pria yang ia benci itu akan menjadi suaminya yang kejam. Namun, Abi memiliki kutukan yang akan membuatnya malu. Apa kutukan yang sebenarnya menimpa Abi? Akankah Delina mampu mengarungi rumah tangganya bersama Abi dan mengatasi kutukan pria angkuh tersebut? Baca kelanjutan kisah TOXIC BOSS hanya di Good Novel. Cover : Saturasi Senja X Naviegirl
View MoreProlog - Toxic Boss
Malam itu, di ruang kerja utama dalam gedung perkantoran bernama WE Corporation. Seorang wanita muda berusia 22 tahun sedang melampiaskan amarahnya.
"Dasar pria berengsek, dasar menyebalkan, dasar iblis! Aku membencimu!"
Delina berteriak dengan lantangnya ke arah figura besar yang memajang foto seorang pria tampan menggunakan jas hitam merek ternama. Pria bernama Abimanyu Wijaya itu telah membuatnya bekerja lebih keras belakangan ini. Sudah satu minggu, wanita bertubuh molek itu, harus pulang lebih lama dari jadwal biasanya.
"Eh, kenapa kau malah menertawaiku, mau aku sobek wajahmu dengan ini, hah?"
Gadis dengan rambut bergelombang panjang sepunggung berwarna hitam itu merasa foto pria itu bergerak dan menertawainya. Tangan mungil berkulit kuning langsat nan halus itu mengarahkan gunting ke foto besar tersebut. Delina bahkan menggunting-gunting map warna hijau berisi laporan penjualan yang selalu saja disalahkan oleh Bos angkuhnya itu. Ia sudah membuat laporan yang baru dengan map warna biru.
Setelah lelah berteriak, ia merebahkan bokongnya di kursi kerja milik sang atasan. Kedua mata lentik miliknya yang berwarna cokelat bak mata boneka itu menelisik ke arah akuarium sepanjang satu meter di samping kanan meja kerja milik Bos-nya.
"Apa kau lihat-lihat? Dasar ikan bodoh! Kau pasti senang karena puas melihatku yang setiap hari mendapat siksaan oleh pemilikmu!"
Ikan arwana jenis black golden tersebut berenang ke sana ke mari di dalam akuarium yang terlihat cantik itu. Delina bangkit menuju akuarium tersebut untuk memberi makan.
"Kamu beruntung karena aku pencinta hewan, makanya aku mau merawatmu dan membiarkanmu hidup dengan tenang, kalau tidak ... pasti sudah kuhancurkan rumahmu ini!" seru Delina seraya memasukkan beberapa butir makanan ikan ke dalam akuarium.
Tiba-tiba, suara derap langkah kaki terdengar. Bunyi gagang pintu ruang kerja bosnya yang dibuka itu sampai ke indera pendengarannya. Seorang pria dengan postur tinggi 180 cm, bertubuh tegap dan atletis memasuki ruangan dengan langkah sempoyongan.
Wajah dengan lesung pipi dan dagu terbelah itu tersenyum menyeringai mendapati sang sekretarisnya masih berada di ruangannya tepat pukul delapan malam itu.
"Hai, Delina! Kau belum pulang?" tanya pria itu dengan suara berat nan seksi untuk menggoda gadis di hadapannya. Tubuhnya roboh juga dan mendarat tepat di atas sofa kulit warna cokelat tersebut. Warna yang senada dengan cat dinding di ruangan itu.
Abi yang mabuk merasakan mual dan langsung memuntahkan isi dalam perutnya ke lantai. Pria itu lalu berbaring. Entah kenapa dengan bodohnya Delina malah membuatkan pria itu teh manis hangat.
Di sudut ruangan ruang kerja Bos Abi terdapat dapur kecil yang memiliki kulkas mini, dispenser air hangat dan dingin, serta satu set cangkir berikut teh, kopi dan gula dalam kemasan terpisah.
"Ini, minum dulu selagi masih hangat," ucap Delina.
Abi meraih cangkir tersebut dan menyeruputnya sedikit demi sedikit. Kepalanya masih terasa pusing, tetapi teh hangat buatan gadis itu cukup membuatnya merasa lebih baik.
"Kenapa kau belum pulang?" Abi bertanya kembali pada gadis itu.
"Ini baru mau pulang, saya sudah buat laporan penggantinya, saya letakkan di meja Bos!" sahutnya dengan nada ketus.
Delina meraih tas kulit miliknya yang tergeletak di atas meja depan sofa bed dekat pria yang kerap dipanggil Bos Abi itu. Pria itu mencoba bangkit berdiri, tetapi Delina sigap menolong pria itu agar tidak jatuh.
Delina membatin menyesali perbuatan baiknya pada pria itu seraya menatap Abi dengan tatapan tajam.
"Jangan pulang dulu! Ikut saya!" Abi malah mengajak gadis itu menuju meja kerjanya.
Kaki ramping Delina terpaksa menurut apalagi ia juga sedang membantu pria itu berjalan. Embusan napas yang berbau alkohol itu membuatnya ingin muntah. Pria brengsek itu ternyata tukang mabuk dan selalu kembali ke kantor ketimbang ia pulang ke rumah.
"Laporan yang kau buat ini jelek, sama persis jeleknya sepertimu!" Abi meraih map plastik warna biru dan melemparnya ke arah wajah Delina.
"Heh, dasar kurang— duh sabar Lin, demi hutang ayah kamu, kamu harus sabar menghadapi setan ini," lirihnya.
"Kamu bilang saya apa?" bentak Abi.
"Tidak, saya tak bilang apa-apa, Bos," sahut Delina.
"Kamu pasti bohong! Nah, karena kamu sudah berbohong maka selesaikan lagi laporan itu sekarang!" seru pria itu menunjuk Delina.
"Bos belum lihat hasil laporan saya yang baru itu, jangan langsung bilang jelek, apalagi pakai lempar ke muka saya!"
"Loh, itu urusan saya, itu hak saya, toh kamu bekerja untuk saya! Jadi, saya mau kamu di sini dan selesaikan laporan itu sekarang di hadapan saya, mengerti!"
"Ya Tuhan cobaan apa lagi ini?" gumam Delina sambil meraih map yang ada di lantai itu.
Abi menelisik tubuh molek Delina dari ujung rambut sampai ujung kaki. Tiba-tiba, timbul niat jahat dalam hatinya untuk melecehkan sekretarisnya itu. Pria itu yakin kalau gadis itu pasti tak akan menolak, sama seperti semua wanita yang sudah ia permainkan.
Abi mulai bangkit dan menghampiri Delina. Ia langsung meremas bokong gadis itu sambil tertawa.
Plak!
"Heh, jangan kurang ajar, ya!" pekik Delina seraya menampar pipi Abi.
Hal itu malah membuat Abi naik pitam dan langsung mendorong Delina sampai jatuh ke sofa. Pria penuh nafsu itu menarik jas hitam gadis itu dan melemparnya ke lantai. Ia lalu merobek kemeja yang gadis itu kenakan sampai ia bisa melihat tubuh mulus gadis itu.
Delina berusaha berteriak minta tolong sampai pria yang dalam pengaruh alkohol itu membalas dengan menampar pipinya.
"Kamu, tak akan bisa lepas malam ini!" Abi berusaha menghujani leher jenjang gadis itu dengan kecupan dan gigitan. Ia bahkan beralih menyesapkan bibirnya dengan paksa.
Delina yang sudah berurai air mata itu berusaha mendorong tubuh pria yang sudah menindihnya itu. Namun, meskipun dalam keadaan mabuk, tenaga Abi lebih kuat darinya. Puas menciumi sekretarisnya itu, kini sang bos mulai membuka celananya.
Tubuh polos bagian bawah milik Abi sampai membuat Delina histeris ketakutan dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Pria itu menarik tangan si gadis dan memaksanya untuk membuka mata.
"Lihat punyaku! Kau pasti akan menikmatinya!" seru Abi dengan nada penuh kebanggaan.
Namun, sesuatu yang tak terduga terjadi. Jagoan Abi yang ia banggakan itu melemah. Sekuat apapun pria itu berusaha membuatnya naik, ia tetap tak bisa melakukannya. Delina langsung mendorong bosnya kala itu.
"Kutukan sialan!" Abi berteriak penuh amarah.
Delina buru-buru meraih jas hitamnya untuk menutupi kemejanya yang robek. Ia raih tasnya lalu ia bergegas pergi dari ruangan itu. Ia merutuki dirinya sambil menangis.
"Kalau saja ayah belum meninggal dan punya banyak hutang, aku lebih memilih bekerja menjadi kasir mini market yang gajinya lebih kecil dari pada harus bekerja di sana," ucapnya pada diri sendiri seraya terisak saat berada di depan gedung kantor nan mewah itu.
Delina lalu masuk ke dalam sebuah taxi yang baru saja ia hentikan sembari menangis.
"Mau ke mana, Nona?" tanya sang sopir.
"Jalan Anggrek nomor lima, Pak," jawabnya sembari menangis.
"Sepertinya, Nona butuh tisu."
Sopir itu memberikan kotak tisu ke arah Delina.
"Terima kasih, Pak."
*****
To be continue...
Chapter 105"Tumben Mbok Nah ngomong bijak banget, ada apa ini?" tanya Delina seraya melayangkan senyum hangat."Sayangnya tidak semua anak paham akan arti penting seorang ibu, Non. Terkadang perkataan dan perbuatan anak kerap membuat orang tua terluka. Sayangnya, anak-anak itu tak sadar jika di dalam hati ibunya sedang menangis. Namun apa daya, rasa cinta ibu lebih besar dibanding amarahnya. Dia tak mengenal benci pada anak yang teramat dicintai," ucap Mbok Nah yang mengingat anak satu-satunya yang ia miliki. Dia menceritakan mengenai putranya. Sayangnya, putra tunggalnya itu malah pergi meninggalkannya. Ia memilih pergi ke luar negeri untuk bekerja tanpa pernah ingat."Mbok Nah, yang sabar ya," ucap Delina memeluk wanita itu dari samping. Kania juga ikut memeluk Mbok Nah."Kalian harus jadi ibu yang baik ya, semoga anak-anak kalian menjadi anak yang soleh dan soleha dan berbakti pada orang tua," ucap Mbok Nah dengan
Chapter 104Delina langsung menggerutu karena Kania yang sudah muak mendengar kemesraan keduanya berani merebut ponselnya dan mematikannya. "Kalau nggak aku ambil tuh hape, kalian pasti nggak akan kelar bilang I love you masing masing sampai subuh!" ucap Kania saat menarik ponsel Delina dan memutuskan sambungan ponsel tersebut dengan Abi."Huuuu! Kamu selalu aja kayak gitu. Udah deh bilang aja sirik!""Ya habisnya kamu mah segitu lebay sama Abi. Sampai kalah deh gaya pacarannya anak abege," ucap Kania bersungut-sungut."Biarin aja, sih. Lagian suka-suka aku dong, kan aku sama Abi udah nikah bukan pacaran lagi, wleekk!" Delina menjulurkan lidahnya pada Kania."Duh, yang sabar ya King punya ibu macam itu," ucap Kani pada Delina yang masih berenang."Dedek bayi juga yang sabar ya punya ibu bawel dan calon galak macam wanita ini," ucap Delina yang gantian mencibir Kania sinis seraya mengus
Chapter 103 Satu bulan telah berlalu.Di sebuah kafe dengan menu khas negara Jepang yang ternama di wilayah ibukota tersebut, Indra dan Abi menemui seorang klien wanita dari perusahaan fashion terkenal yang ingin bekerjasama dengan perusahaan miliknya.Wanita bernama Yuki itu akan membuat program yang menggunakan jasa desainer ternama untuk membuat pakaian seperti gaun yang cantik yang bisa dipadu padankan dengan kosmetik miliknya."Halo Abi, selamat siang! Apa kabar kamu?" sapa Yuki saat melihat Abi datang bersama Indra, wanita itu mengulurkan tangannya. Abi sampai terkejut kala melihat wanita itu adalah mantan kekasihnya yang pernah bersama dalam waktu singkat saat dia berada di Tokyo."Selamat siang, Yuki. Kabar aku baik. Wah, nggak nyangka ternyata kamu rekan bisnis aku," balas Abi seraya menjabat tangan wanita tersebut."Mau makan siang bersama sekalian sebelum kita bicarakan program kerjasama kita?" tanya Yuki dengan menun
Chapter 102Setelah proses persalinan Delina selesai, tampak satu orang suster yang ke luar dari ruang persalinan langsung diberondong banyak pertanyaan dari Nyonya Mia, Ibu Susi, dan Kania."Bagaimana keadaan Delina dan bayinya, Sus?" tanya Kania."Syukurlah mereka selamat. Nyonya Delina melahirkan bayi kembar, sekarang bayinya sudah berada di ruang perawatan. Ibunya masih di dalam," ujarnya.Kania yang tak sabar langsung ingin memasuki ruangan tempat Delina bersalin. Namun, dia langsung ditahan oleh sang suster."Eh, mau ke mana, Bu?" tanya suster."Mau liat Delina, hehehe.""Jangan dulu, belum boleh ditengok dulu, ya. Tadi pasien masih belum sadar karena terlalu letih. Kalau mau lihat bayinya ada di kamar bayi di ujung koridor sana belok kanan," ucap suster itu menjelaskan."Oke, deh Suster.""Ayo, para Oma yang baru kita langsung liat dedek bayi!" ajak Kania seraya menarik tangan Ibu Susi dan Nyonya
Chapter 101Keesokan harinya, Lala sudah diperbolehkan pulang oleh dokter karena sudah stabil setelah Ibu Ani bersikeras meminta Lala agar melakukan perawatan di rumahnya saja. Sesampainya mereka di rumah, semua mata menatap ke arah Lala yang baru saja tiba."Ada apa ini?" tanya Bu Ani."Kania sama yang lainnya mau pamit, Ma," ucap Kania.Lala tampak tersenyum puas penuh kemenangan. "Lalu kamu juga ikut pulang, Ndra?" tanya Ibu Ani pada putranya."Nggak, Ma. Kan Mama suruh aku nikahin Lala," jawab Indra lalu memanggil asisten rumah tangga di rumah itu, "Bi, tolong bawa minumnya ke sini," pinta Indra.Tak lama kemudian, Bi Tati membawa beberapa cangkir berisi teh manis hangat."Yang buat Mama saya mana, Bi?" tanya Indra."Yang ini, Tuan." Bi Tati menyerahkan cangkir berisi teh manis itu pada Ibu Ani."Minum dulu, Ma, biar seger," pinta Indra. Tanpa menaruh rasa curiga, Ibu Ani langsun
Chapter 100"Aku belum hamil, bukannya nggak bisa hamil! Jaga ucapan kamu, ya!" "Hahaha, sudahlah Kania, Indra itu awalnya jodoh aku dia suamiku. Dia akan tetap menjadi suami aku," sahut Lala begitu penuh percaya diri."Mantan suami kamu! Sekarang dia suamiku! Kamu harusnya mikir waktu kamu pergi begitu saja meninggalkan dia dalam kehancuran hanya demi laki-laki lain. Kamu lebih memilih pria tak baik yang akhirnya kamu kena karma karena ulah kamu itu," sahut Kania."Mungkin aku kena guna-guna dari Brian. Dan sekarang aku sudah terbebas dari guna-guna si Brian!" "Oh gitu, guna-guna kata kamu? Jangan-jangan sekarang kamu yang pakai guna-guna buat bikin Ibu mertuaku luluh." Kania sampai kesal melihat Lala yang terlihat begitu tergila-gila pada Indra kini."Sudahlah, yang jelas kamu harus rela kalau Indra sebentar lagi akan menikah dengan ku.""Aku tak mau membagi suamiku dengan siapapun,
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments