Share

Menantang Gaib

Sore hari, aku duduk di taman belakang sembari menatap pohon besar di depan sana. Bagian bawahnya gosong, membuat aku membayangkan betapa mengerikannya kejadian tiga tahun yang lalu itu.

Otakku berpikir keras tentang pertemuan dengan Rey tadi pagi. Sayangnya, aku mengakhiri obrolan karena harus pergi ke pasar. Kami pun hanya bertukan nomor HP dan sampai saat ini pria itu belum menghubungi.

Aku meraih ponsel di saku celana, mengecek notifikasi yang masuk. Namun, tidak ada pesan satu pun dari Rey. Apa aku harus menghubunginya duluan?

"Bu, Bapak pergi dulu, ya." Suara Bapak membuatku menoleh ke arah pintu. Sontak aku turun dari kursi kemudian menghampiri beliau di ruang tamu yang masih menggulung kemejanya. Penampilannya sangat rapi.

"Mau ke mana sore-sore gini, Pak?" tanyaku.

Bapak membetulkan kerahnya seraya tersenyum, lantas menjawab, "Mau ke rumah bosnya Kang Budi, Neng."

"Kenapa harus menjelang Magrib gini, sih, Pak. Kenapa gak besok pagi aja atuh. Mencurigan," ketusku seraya mel
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status