Sergio seakan tak percaya mendengar kata-kata Tilly. Istrinya itu tidak sedang mabuk, kan?Tilly tidak sedang tiba-tiba mengalami gegar otak lagi, kan?Ada ragu di dalam hatinya. Namun ragu itu tidak bertahan lama manakala perjalanan mereka pulang ke kamar hotel dilalui dengan Tilly memeluk erat lengannya.Lalu ...Pergulatan panas itu terjadi ketika mereka kembali ke kamar hotel.Sergio tak bisa menahan dirinya begitu pintu kamar tertutup rapat. Pria itu langsung menghimpit Tilly di tembok samping pintu dan menciuminya membabi buta. Pagutan panas dan liar tercipta saat itu juga. Dan tangannya sudah merayap ke sekujur tubuh Tilly.Tilly pun dengan cepat sudah terlena. Seperti yang Sergio pernah katakan, dia hanya perlu menyentuh Tilly dan dirinya akan terlena begitu saja. Tilly membenci ucapan itu, tapi dia juga tak berdaya untuk mengelaknya.“Hmmpt ... Sergio ...” desah Tilly kala jemari itu menyelusup ke balik dress tipi
Sergio masih tak habis pikir, karena kini dia harus menahan sepasang matanya untuk tidak melotot lebar melihat berapa banyak makanan yang sanggup dihabiskan Tilly.Sudah seporsi spageti, ditambah steak daging sapi lengkap dengan french fries, juga salad. Dan kini, Tilly masih menikmati makanan penutup yang berupa pie keju, ditambah lagi sepotong red velved chocolate cake, serta segelas besar hot chocolate.Hanya melihat Tilly makan saja, Sergio sudah merasa sangat kenyang. Tapi, bagaimana mungkin semua itu bisa masuk ke dalam perut Tilly yang tadi sempat mengatakan dia tidak lapar?“Kau tidak makan makanan penutup?” tanya Tilly disela kunyahannya. Moodnya sudah jauh lebih baik. Dia sudah tenang dan santai.Sergio menggeleng pelan. Dia sudah tak tahan untuk kembali ke kamar sebenarnya.Tapi, melihat Tilly seperti itu juga merupakan hiburan tersendiri. Dia pun tetap menemani Tilly.“Aku sudah kenyang.”“Han
Tapi lagi-lagi, Tilly mengelak. “Aku cemburu? Yang benar saja!”Mendengar itu, Sergio terdiam sejenak.Rasanya konyol juga dia beranggapan Tilly cemburu.Sedangkan Tilly semakin memanas rasa hatinya, meskipun dia sempat menyesal mengatakan kalimatnya barusan dengan nada teramat ketus.Jika dia mau jujur, memang ada sedikit kecemburuan. Kenapa Lucy bisa dengan mudah merayu Sergio tanpa merasakan egonya tersentil? Sedangkan dirinya?Entah mengapa di hadapan Sergio dia menunjukkan penolakan pada apa yang dia inginkan dan malah melakukan apa yang tidak dia inginkan.Huuuffft ... rasanya sungguh memusingkan.Perasaan memang sulit diatur.“Kalau kau tidak cemburu, kenapa kau marah-marah tidak jelas?” Suara Sergio kembali menggema membuat Tilly terhenyak.“Siapa yang marah-marah? Mungkin kau saja yang merasa aku marah karena jelas tadi kau begitu teramat menikmati pesta karena seorang Lucy-Lucy tadi, kan? Tubuh kalian menempel dan kau bisa merasakan dadanya yang besar dan kenyal di dadamu.
“Apa yang kau lakukan di sini?” bisik Sergio di telinga Tilly sambil menggigiti kecil daun telinga itu.Tilly terkesiap dan tersadar dari lamunannya. “Oh, kau sudah berdansanya? Bagaimana dansanya?” tanyanya lirih.Hatinya masih terasa hancur saat melihat ternyata ada Romeo di pesta ini dan pria itu begitu mesra bersama sepupunya, Annabella.“Tidak menyenangkan berdansa jika pasanganku bukan dirimu,” bisik Sergio lagi.Tilly hanya tersenyum kecil. Dia masih tidak tahu harus bersikap seperti apa pada pemandangan di depannya.Namun, entah kenapa dia tidak ingin Sergio melihat Romeo. Tilly pun berbalik dan mengajak Sergio pergi dari sana, sebelum Sergio melihat Romeo.“Kau kenapa? Terlihat tegang,” tanya Sergio sambil merangkul pinggang Tilly.“Tidak apa-apa. Bagaimana dansanya?” tanya Tilly lagi.“Kau sudah menanyakannya tadi.”“Oh! Benarkah?”“Iya. Lihat, kan? Ada apa denganmu?”“Ah? Tidak apa-apa. Mungkin saja efek lapar,” elak Tilly dengan mengeleng pelan.Sergio menatap Tilly. Dia me
Tilly terus berpikir dengan serius, memikirkan alasan apa yang bisa dia berikan pada Sergio jika pria itu menagih apa yang dia tangguhkan saat di kereta.Jika dia memberinya lampu hijau, maka dia harus memberikan alasan baru. Kenapa tadinya dia marah lalu sekarang dia bersedia.Tapi jika dia memberi lampu merah, Tilly seperti menggigit jarinya sendrii.Entah mengapa bayangan benaknya sudah terisi adegan panas di antara mereka, yang membuatnya malu sekaligus penasaran.Tanpa dia sadari, Sergio sudah melepaskan pelukannya. Pria itu mengambil pakaian dan mengenakannya.Ketika Tilly tersadar, dia menatap heran tapi juga kesal karena Sergio sudah berpakaian lengkap.Jika memang tidak mau, untuk apa merayunya tadi?Lalu saat Sergio menyadari tatapannya, pria itu hanya berkata, “Aku tidak akan memaksakan keinginanku padamu hanya karena kau istriku. Tilly ... aku sudah memutuskan aku akan menunggu sampai kau menginginkannya dariku.”Tilly menatap hampa pada Sergio. Kalimat ini seharusnya bagu
“Ini mesin penyulingan yang paling kecil. Itu yang medium. Yang large harus dipesan dulu.”Pria yang ditemui Sergio menjelaskan sambil menunjuk beberapa mesin yang memang sudah lama ingin dilihat Sergio.Pria itu melihat-lihat. Dia juga bertanya harga dan kualitas satu dari lainnya.Setelah beberapa saat melihat-lihat, Sergio memutuskan untuk membeli yang medium.Dia membayar, kemudian memberikan alamat rumahnya.“Baiklah. Dalam paling lambat satu minggu, barang sudah akan diterima.”Sergio mengangguk setuju. Mereka berjabatan tangan dan Sergio kembali ke hotel.Waktu sudah cukup sore saat itu.Dan saat Sergio memasuki kamar, terdengar suara Tilly yang sepertinya sedang menelepon.“Aku tidak tau, Dad. Dia tiba-tiba menghilang!Saat tiba aku langsung melanjutkan tidurku. Beberapa jam kemudian aku terbangun dan dia tidak ada di mana-mana! Aku sudah menanyakannya ke petugas hotel, tapi mereka tidak melihat Sergio di